1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB: Bisnis Opium di Asia Tenggara Meningkat

1 November 2012

Permintaan yang tinggi atas obat-obatan terlarang telah meningkatkan produksi opium di Asia Tenggara. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut semakin banyak petani yang beralih menanam opium.

https://p.dw.com/p/16bAt
Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Badan PBB untuk urusan Obat Bius dan Kejahatan UNODC melaporkan bahwa seperempat pengguna opium di dunia kini berada di wilayah Asia Tenggara. Laporan itu mengatakan bahwa kenaikan jumlah pengguna ini seiring dengan temuan meningkatnya produksi opium.

“Secara keseluruhan, budidaya tanaman opium di wilayah itu meningkat dua kali lipat sejak tahun 2006,” demikian temuan badan PBB tersebut, meski ada laporan dari Laos, Myanmar dan Thailand bahwa 25 ribu hektar ladang opium telah dimusnahkan pada tahun 2012.

Bisnis Opium Meningkat

Budidaya di Laos meningkat 66 persen pada tahun 2012, menjadi 6.800 hektar dan kenaikan selama enam tahun berturut-turut terjadi di Myanmar, yang merupakan negara penghasil opium terbesar kedua dunia, menjadi 17 persen atau 51 ribu hektar, demikian menurut perkiraan PBB. Studi itu memperkirakan bahwa produksi opium di Laos dan Myanmar bernilai 431 juta dollar Amerika pada tahun 2012, naik sepertiga dibanding tahun sebelumnya.

Cina memiliki 1 juta pengguna yang mengkonsumsi 70 persen obat-obatan terlarang dari wilayah ini, demikian temuan laporan PBB. Kabar ini menimbulkan keraguan atas program pemberantasan yang sebelumnya diklaim sukses mendorong berkurangnya penanaman di Myanmar dan Laos selama satu dekade hingga tahun 2006.

Para petani lebih memilih menggunakan tanah di wilayah itu untuk menanam opium ketimbang padi, karena mereka bisa memperoleh pendapatan 19 kali lebih banyak per hektar. Kini para petani opium ini makin terdesak ke wilayah terpencil untuk menghindari agar tanaman mereka tidak dimusnahkan oleh pemerintah, demikian laporan PBB.

Perdamaian dan Keamanan

Penelitian itu menemukan bahwa empat dari setiap sepuluh rumah menanam opium, sementara yang lainnya ikut berpartisipasi saat musim tanam atau panen. Itu mengakibatkan pertanian opium mempunyai peran sangat penting bagi ekonomi seluruh masyarakat setempat. Produksi opium juga dikaitkan dengan kelompok pemberontak etnik di dalam negeri Myanmar, kata Gary Lewis, perwakilan Badan PBB untuk Urusan Obat Bius dan Kejahatan UNODC di wilayah Asia Tenggara.

“Tak ada yang perlu dipertanyakan bahwa ini berkaitan kuat dengan konflik di negara itu dan sumber pendanaan yang cepat untuk membeli senjata, dan dalam banyak kasus baik opium maupun heroin serta pil-pil methamphetamine," kata Lewis. "Wilayah yang intensitas budidaya paling tinggi juga merupakan wilayah yang sedang mengalami konflik. Berkembangnya perdamaian dan keamanan karena itu merupakan unsur penting untuk menanggulangi masalah opium.

Harga per kilogram opium mencapai 1.800 dollar Amerika, bagi petani di Laos dan 520 dollar di Myanmar. Jumlah orang yang terlibat juga meningkat: 38 ribu rumah tangga yang menanam opium di Laos dan 300 ribu rumah tangga di Myanmar. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa para petani, sebagian besar di timur laut, hanya akan berpaling dari budidaya opium jika alternatif mata pencarian lainnya tersedia di kawasan itu, demikian isi laporan PBB.

ab/ dk (AFP, Reuters, dpa, AP)