1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

PBB: Dunia Masih Berperang Melawan COVID-19

25 Mei 2021

PBB menyerukan kerja sama seluruh negara di dunia untuk memerangi pandemi COVID-19 secara lebih efektif. Dirjen WHO mendesak negara-negara kaya menyumbangkan dosis vaksin ke COVAX.

https://p.dw.com/p/3ttlu
Tentara di Ekuador
Tentara Ekuador telah mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca COVID-19 di Benteng Militer Epiclachima di QuitoFoto: Dolores Ochoa/AP/picture alliance

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (24/05) menyerukan "penerapan logika masa perang" dalam pertempuran internasional melawan COVID-19.

Guterres mengeluhkan "tsunami penderitaan" yang dipicu oleh krisis virus corona.

Perlu "meningkatkan kapasitas senjata"

"Kita berperang dengan virus," katanya. "Kita membutuhkan logika dan urgensi ekonomi perang untuk meningkatkan kapasitas senjata kami." Guterres menunjukkan laporan bahwa lebih dari 3,4 juta orang telah meninggal dan 500 juta orang kehilangan pekerjaan sejak virus corona muncul pada 2019.

"Lonjakan lebih lanjut dapat merenggut ratusan ribu nyawa dan memperlambat pemulihan ekonomi global," katanya. Guterres bersikeras bahwa "COVID-19 tidak dapat dikalahkan satu negara pada satu waktu."

Sidang majelis tahunan negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dibuka dengan pernyataan dari berbagai pemimpin dunia, menteri kesehatan, dan pejabat tinggi lainnya, serta akan berlanjut hingga 1 Juni 2021.

Perubahan dari keseluruhan pendekatan dalam menangani keadaan darurat kesehatan global di masa depan juga akan dipertimbangkan sebagai bagian dari pembicaraan pekan ini.

Dalam pidato pembukaannya, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan penyebaran COVID-19 sedang diabadikan oleh "skandal ketidakadilan" dalam distribusi vaksin.

Tedros mendesak negara-negara untuk menyumbangkan dosis vaksin ke program berbagi vaksin WHO, COVAX, yang menargetkan menginokulasi 10% populasi setiap negara pada September 2021 dan 30% pada akhir tahun.

Apa yang Merkel dan Macron katakan?

Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron termasuk di antara pembicara pertama.

Merkel memberikan dukungannya di balik gagasan "dewan ancaman kesehatan global" dan menyerukan kepada para pemimpin untuk memberi WHO "dukungan finansial dan pribadi yang abadi." "Kami telah membicarakan hal ini selama bertahun-tahun, tetapi sekarang yang lebih penting adalah bertindak," katanya.

Sementara Macron berkata: "Kita harus memiliki institusi yang sesuai dengan tugas, yang memenuhi ambisi kita. WHO harus kuat dan fleksibel pada saat darurat, dan harus benar-benar transparan, memastikan orang-orang untuk percaya."

Mengenal Majelis Kesehatan Dunia

Majelis Kesehatan Dunia (WHA) adalah badan pembuat keputusan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) - yang dihadiri oleh delegasi dari 194 negara anggota WHO.

Fungsi utama WHA adalah untuk menentukan arah yang ingin dikejar organisasi, menunjuk Direktur Jenderal - yang saat ini adalah Tedros, yang masa jabatannya berakhir tahun depan - dan membahas anggaran. Pembicaraan ini diadakan setiap tahun di Jenewa, Swiss, meski tahun ini digelar secara virtual karena pandemi yang sedang berlangsung.

Acara utama berlangsung pada Selasa (25/05) ketika para pejabat membahas penilaian tanggapan pandemi global dan upaya mempersiapkan diri dengan lebih baik di masa depan. "Tahun lalu telah menjadi ujian terbesar dalam sejarah organisasi kami," Tedros mengakui sebelum pertemuan.

Apa yang kontroversial tahun ini?

Ada tekanan balik yang signifikan atas kebijakan WHO, karena beberapa negara menjadi waspada terhadap pelanggaran kedaulatan mereka. Taiwan, yang memiliki salah satu respons pandemi terbaik di dunia, tetap terkunci dari pertemuan tahunan selama lima tahun berturut-turut. Cina berada di balik itu semua.

Jelang pertemuan, Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mendesak WHO untuk "mempertahankan sikap profesional dan netral, menolak campur tangan politik Cina" dan mengizinkan partisipasi bangsanya.

"Cina terus mengklaim secara tidak benar bahwa pengaturan yang sesuai telah dibuat untuk partisipasi Taiwan di WHO. Ini sepenuhnya menyimpang dari kenyataan," kata Wu.

WHO juga berada di bawah pengawasan sendiri dalam beberapa pekan terakhir. Investigasi mengungkapkan bahwa badan kesehatan PBB itu tidak bereaksi cepat atau cukup efisien terhadap pandemi setelah pertama kali muncul di Wuhan, Cina, pada akhir 2019.

Harapan untuk mencapai kesepakatan

Pada Selasa (25/05), temuan tiga panel independen terpisah yang telah menilai aspek berbeda dari respons pandemi global memasuki tahapan pembahasan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa negara dan lembaga sangat kurang siap untuk menghadapi krisis. Oleh karena itu, para ahli telah menganjurkan perombakan total sistem alarm global.

Mereka juga mendesak reformasi WHO untuk meningkatkan kemandirian, transparansi, dan pendanaannya. Rancangan resolusi untuk memperkuat organisasi juga sedang dibahas pekan ini. Laporan itu meminta negara-negara untuk mengirimkan ulasan tentang seberapa siap mereka menghadapi wabah virus corona.

Resolusi itu juga dapat memberi WHO kekuatan tambahan untuk menyelidiki ancaman kesehatan yang serius tanpa menunggu undangan dari negara-negara anggota yang bersangkutan, sebuah mosi yang didukung oleh Merkel dan Macron. 

ha/hp (AFP, dpa, Reuters)