1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Bukan Agama, Melainkan Cinta Bumi Beserta Mahkluk Hidupnya

25 Desember 2018

Bisa jadi makhluk hidup bermata dan kaki ganjil. Gambaran ini diwujudkan dalam karya seniman Jawa di Jerman, Daniel Kho. Menurutnya, bukan agama yang diperlukan, namun rasa kasih pada bumi beserta mahkluk hidupnya.

https://p.dw.com/p/3Ac3b
Köln - Ausstellung Daniel Kho: indonesischer Künstler
Foto: DW/A. Purwaningsih

Daniel Kho gemar bermain wayang. Ia bahkan memodifikasinya sebagai wayang modern. Seniman yang sejak tahun 1977 bermukim di Jerman ini juga jatuh cinta pada keindahan warna. Fitur-fitur wayang modern dalam balutan warna terpadu pada satu ciri khas karya-karya lukisan dan instalasinya, yakni menebar pesan perlindungan lingkungan dan pentingnya kelestarian alam yang menjadi rumah makhluk hidup di bumi.

Dalam setiap karyanya, Kho selalu menampilkan dunia imajinatif dengan tema sentral ‘Pohon Kehidupan‘, yang diperkaya figur-figur unik seperti mahkluk-mahkluk ajaib. Ada yang bermata satu dan bertangan tiga misalnya, ada anjing berkaki dua, dan sejenisnya. Semua inspirasinya lahir dari wayang.

Seniman asal Jawa Tengah ini  kerap tampil di berbagai belahan kota di dunia. Pada musim dingin 2018 ini, Galeri Musnadi-Weskamp di kota Köln juga menyuguhkan karya seni uniknya.  Kepada Deutsche Welle, Daniel Kho menceritakan  lebih jauh misteri dari tiap karyanya yang diulas di atas kanvas, kayu, kulit, pasir atau pun bahan fiber.

DW: Bagaimana awal kisahnya hingga Anda bisa menemukan karakter unik dalam karya Anda ini?

Daniel Kho: Beberapa puluh tahun silam, saya punya sebuah studio seni di Paris. Saya bersama seniman dari Jepang, Amerika, dan Thailand sedang duduk di tepi Sungai Shein. Waktu itu bulan Oktober, sangat berkabut. Tiba-tiba muncul sebuah kapal berhenti di depan kami dan kami membayangkan kalau saja itu adalah UFO yang mendarat dan bertanya pada kami: ‘ Wahai manusia Bumi, apa kabar?‘, lalu kami menjawab:  ‘jelek.‘ Mengapa demikian? Karena manusia sebagai binatang aneh, saling bunuh-membunuh. Nah sejak saat itu kami semua sepakat untuk membuat karya yang indah dan berwarna. Itu awalnya kenapa karya saya semua penuh warna.

Berapa macam warna yang Anda gunakan dan mengapa begitu tergila-gila pada kekayaan warna?

Saya saat ini bereksperimen dengan lebih dari 80 warna. Kecintaan saya pada warna dan figur yang kekanak-kanakan ini terkait dengan  "Seni Bahagia". Kita semua sudah dikelilingi oleh terlalu banyak warna abu-abu dalam kehidupan kita sehari-hari dan laporan tentang perang, penderitaan dan kesengsaraan di banyak tempat. Cat warna-warni tentu dapat membantu kita untuk merasa lebih bahagia dan terlihat lebih optimistis dalam memandang ke masa depan.

Namun selain berwarna, juga bentuknya wayang dalam kartun atau yang Anda sebut tadi kanak-kanak. Mengapa demikian?

Saya memang mendapat inspirasinya dari wayang. Saya pikir di luar planet Bumi pasti ada kehidupan lain.  Figur wayang yang tradisional bahkan tampak kadang-kadang seperti aliran animisme 90-an ini dalam karya saya menjadi wayang modern seperti anak-anak.

Figur apa saja yang selalu ada di lukisan?

Tentunya pohon, lalu  dalam lukisan juga ada mata. Ada yang kecil, ada yang besar tergantung figurnya, tapi bentuk bulan selalu keluar, karena kehidupan itu sendiri perputaran 360 derajad. Titik awal berjumpa dengan titik akhir. Roket, ikan terbang, itu juga selalu ada.

Mengapa ‘Pohon Kehidupan‘ menjadi tema utama Anda? 

Pohon memiliki fungsi penting di dunia kita. Mereka membersihkan udara dari polusi, berfungsi sebagai pemasok oksigen dan air bersih, menyediakan tempat tinggal dan habitat bagi manusia dan hewan. Tanpa pohon tidak akan ada kehidupan di Bumi. Orang Indian berkata, kalau pohon terakhir ditebang, baru orang sadar bahwa uang tidak bisa dimakan. Jika air sungai dikotori, ikan terakhir diambili, maka kehdiupan berakhir. Kita perlu ingatkan manusia untuk mencintai alam. Oleh sebab itu, karya-karya saya mengandung pesan ekologis, keberlangsungan ekosositem di  Bumi.

Pohon Kehidupan Dunia Seniman Jawa di Jerman

Bisa ceritakan film animasi terbaru yang menampilkan figur karya Anda?

Saya punya grup wayang yang bisa dimainkan. Dalam pameran Wayang "Jackson," kreasi terbaru dari dunia figur saya dieksplorasi, sebagai karakter utama dalam dunia Medialoop dan berpadu dengan pohon kehidupan, simbol alam, tempat tergantungnya seluruh umat manusia. Film animasi itu ada dalam tradisi "lentera ajaib", lampu mimpi yang diciptakan oleh seniman foto dan video  Lili Voigt dalam permainan cahaya dan bayangan. Dalam film pendek ini, ilustrasinya juga dari alunan gamelan, yang diaransemen oleh Rick Loef. Kami bertiga berkolaborasi.

Apakah Anda mendefinisikan khusus karya Anda?

Sebetulnya idenya adalah aku ingin menciptakan duniaku sendiri, karena aku kecewa dengan dunia yang aku tempati saat ini. Bagi saya seharusnya di dunia ini kita bisa menerima perbedaan, mau makhluk hidupnya punya dua tangan, satu tangan, tujuh tangan, itu seharusnya bisa diterima dengan baik. Yang penting adalah kebersamaan, bukan malah hanya melihat perbedaan saja. Hidup itu adalah hidup, tidak ada yang bagus atau jelek. Saya lama hidup di Bali, bagi penganut Hindu, mau yang baik atau yang buruk sama-sama dipuja. Di dunia tidak perlu agama, yang indah-indah saja.

Mengapa dunia tidak perlu agama?

Karena agama kan tujuannya untuk menyelesaikan masalah tapi yang ada orang-orangnya malah ‘saling memukul' dan mengatakan punyaku lebih bagus dari punyamu. Tidak ada  kebersamaan. Jadi tidak perlu ada agama. Gampang saja, kalau saya potong tangan saya pakai pisau dan rasanya sakit, saya tak perlu potong tangan kamu atau potong tangan yang lain juga.

Bisa dibilang karya Anda terpengaruh seniman, seperi Miro misalnya?

Tidak. Yang mempengaruhi saya adalah wayang, saya buat menjadi wayang modern. Kalau orang bilang karya saya terpengaruh Miro, sebenarnya karena seperti Miro, karya saya kaya warna, tapi pengaruh lainnya tidak. Saya menggunakan lebih dari 80 warna, nanti ke depan akan memakai 250 warna.