1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembangkang Cina Dibebaskan Tapi Tak Boleh Bicara

28 Juni 2011

Bersamaan lawatan Perdana Menteri Wen Jiabao ke Eropa, pemerintah Cina membebaskan aktivis pembangkang. Ai Weiwei bebas, juga Hu Jia. Tapi meski bebas, mereka tidak bisa bicara seperti dulu.

https://p.dw.com/p/11kgm
Ai Weiwei saat dibebaskan, Kamis (23/06)Foto: dapd

Pembebasan Ai Weiwei, pekan lalu adalah peristiwa besar. Wartawan menunggu berjam-jam di depan rumahnya untuk mewawancarai. Tapi mereka kecewa. Seniman pembangkang itu menolak bicara "Saya tidak bisa bicara ... Saya tidak diizinkan mengatakan apa-apa ...Saya minta maaf, tolong Anda mengerti keadaan saya".

Ai Weiwei tidak bisa mengatakan apa-apa, dia bisa tidak memberikan wawancara. Seniman yang vokal pada Beijing itu bebas, tapi harus diam.

Sikap diam juga diperlihatkan Hu Jia, yang akhir pekan lalu dibebaskan setelah tiga setengah tahun dipenjara. Istri Hu Jia menulis, suaminya punya kebebasan terbatas, apartemennya dijaga oleh banyak polisi: seperti berada di dalam tahanan rumah. Bebas tapi tidak bebas.

Nicholas Bequelin dari Human Rights Watch, mengatakan, ini adalah strategi pemerintah Cina. "Saya pikir ini adalah strategi pemerintah Cina untuk menghindari pemenjaraan resmi, yang akan menimbulkan protes. Sebagaimana yang telah kita lihat dari kasus Ai Weiei. Tapi pemerintah Cina tetap tidak mentoleransi orang-orang yang terlibat dalam isu hak asasi manusia atau kritis terhadap pemerintah."

Menurut perkiraan Amnesty International, sejak Februari 2011, sekitar 130 orang ditahan atau dituntut di pengadilan Cina. Beberapa hingga kini masih dinyatakan hilang.

Liu Xia, yang biasanya bisa dikontak dihubungi lewat telepon, beberapa pekan terakhir tidak bisa dikontak. Liu Xia, adalah istri peraih Nobel Perdamaian Liu Xiaobo. Liu Xia kini hidup di bawah tahanan rumah dengan penjagaan ketat - tidak ada telepon, tidak ada koneksi internet. Suaminya dijatuhi hukuman penjara 11 tahun dan sejak beberapa bulan terakhir tak ada kabar mengenai nasibnya.

Tahanan rumah juga dialami pengacara buta Chen Guangcheng di Provinsi Shandong - bersama anak perempuan dan istrinya. Dia, seperti juga Hu Jia, adalah pemenang hadiah Sakharov, yang menjalani hukuman penjara, dan sekarang tinggal di tahanan rumah.

Awal tahun ini, Cheng Guangcheng berhasil menyelundupkan rekaman video dari rumahnya yang dijaga ketat. Dalam rekaman itu dia mengatakan, "Memang benar bahwa aku dibebaskan, tapi setiap saat aku bisa dipenjara. Ini adalah negara satu-partai yang membuat keputusan tentang semua hal: jika mereka mengatakan bahwa Anda bersalah, maka Anda bersalah. Jika mereka memukul Anda, tidak ada yang peduli karena partai telah mengatur itu. Tapi ketika Anda membela diri, Anda dituduh sengaja menyakiti orang lain."

Kata-kata Chen dalam rekaman video itu membuat Beijing marah. Menurut sebuah kelompok hak asasi manusia Amerika, Chen dipukuli hingga harus dibawa ke rumah sakit.

Bahkan, orang yang termasuk kurang radikal dalam membela hak asasi manusia juga mengalami represi. Liu Ping yang berusia 46 tahun, Mei lalu mencoba maju sebagai calon independen dalam pemilihan anggota parlemen lokal di Provinsi Jiangxi, Cina Timur. Hasilnya sia-sia. Dia diganggu, dianiya, dan ditangkap. Pada hari pemilihan dia dijebloskan ke dalam penjara.

Kelompok aktivis pembela hak asasi manusia memperkirakan bahwa masih ada sekitar 1.500 hingga 5.000 orang ditahan karena mengkritik pemerintah Cina.

Andy Budiman/rtr/dpa/afp

Editor: Hendra Pasuhuk