1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembangunan Kembali Jepang Pascagempa Sulit

29 April 2011

Bencana gempa bumi dan tsunami 11 Maret lalu menghancurkan total pesisir timur laut Jepang. Pembangunan kembali akan sulit. Perekonomian negara yang hancur menyulitkan pendanaan pembangunan kembali.

https://p.dw.com/p/116ac
Patung di tengah reruntuhan bangunan di Jepang pascagempa dan tsunami.
Patung di tengah reruntuhan bangunan di Jepang pascagempa dan tsunami.Foto: AP

Sebenarnya jumlah pengangguran di Jepang sedikit menurun. Tapi situasi di timur laut negara itu berbeda. Gempa bumi hebat dan gelombang raksasa tsunami 11 Maret lalu membunuh lebih dari 25 ribu orang dan meluluhlantakkan 150 ribu rumah. Para korban selamat berusaha mendapatkan apa yang bisa dimakan dan tempat bernaung. Mereka lalu antri di balai kota darurat untuk mendapatkan bantuan uang dari negara. Kini uang itu habis dan kehidupan harus berlanjut.

"Saya memutuskan untuk membangun kembali perusahaan di Ofunato sini. Saya harap karyawan saya menunggu sampai produksi kembali dimulai," ujar seorang pengusaha.

Para karyawannya mau tidak mau harus menunggu, karena tidak ada lowongan pekerjaan yang lain. Mereka mendapatkan uang tunjangan Negara hingga perusahaannya dibangun kembali. Biasanya tunjangan pengangguran di Jepang jumlahnya kecil dan diberikan dalam kurun waktu singkat saja.

Tapi mengawali pembangunan kembali sangat sulit dilakukan, seperti yang dikatakan Walikota Ofunato, Komei Toda, "Pembangunan rumah darurat bagi warga jadi prioritas utama. Oleh sebab itu saya mencari tanah rata yang sesuai. Tapi itu sulit sekali."

Walikota Komei Toda harus memilih dua alternatif yang dua-duanya tidak menyenangkan. Ada yang terhimpit laut dan gunung terjal. Jika rumah-rumah itu dibangun, warga kemungkinan besar tidak bisa menemukan pekerjaan atau suatu saat harus pindah ke kota besar. Jika lahan itu diberikan pada perusahaan, maka warga tidak punya tempat tinggal.

Petugas penyelamat Jepang mencari korban gempa bumi dan tsunami.
Petugas penyelamat Jepang mencari korban gempa bumi dan tsunami.Foto: AP

Banyak wilayah yang secara geografis cukup menarik, tapi bukan kawasan timur laut Jepang. Belum lagi harus memikirkan perkembangan penduduk. Sebelum bencana terjadi, 30 persen penduduk di daerah itu berusia lebih dari 65 tahun.

Perdana Menteri Jepang Naoto Kan sudah mengumumkan bahwa pembangunan kembali memerlukan waktu sepuluh tahun dan dana 25 triliun Yen atau sekitar 2600 triliun rupiah.

"Kabinet mengusulkan anggaran istimewa ke parlemen, untuk membantu korban selamat dan membangun kembali daerah yang hancur. Anggaran itu bernilai empat triliun Yen. Artinya empat kali lipat dari dana gempa Hanshin 1995. Saya harap, semua partai menyetujuinya supaya daerah timur laut bisa dengan cepat disantuni," kata Kan.

Bagaimana mendapatkan dana anggaran istimewa itu? Kenaikan pajak atau pinjaman baru? Padahal saat ini utang Jepang sangat tinggi. Profesor Hiroko Ota, yang pernah menjabat menteri keuangan Jepang berpendapat, "Banyak sumber yang sudah tercantum dalam anggaran yang bisa disusun ulang. Selain itu dana pembangunan kembali adalah pengeluaran sementara. Artinya, kenaikan pajak juga sebaiknya berlangsung sementara. Reformasi sistem asuransi sosial merupakan hal berbeda, tapi dalam hal ini harus dihubungkan."

Hiroko Ota juga memandang krisis sebagai peluang merombak struktur sektor pertanian dan perikanan yang sudah kuno. Dengan begitu wilayah yang terkena dampak gempa mampu bersaing dan menyongsong masa depan baru.

Peter Kujath/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk