1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemberontak Sudan Selatan Rebut Kota Bor

1 Januari 2014

Jelang perundingan damai, pemberontak Sudan Selatan melanggar gencatan senjata dan merebut kota Bor. Dengan langkah itu pemimpin pemberontak, Riek Machar, diyakini ingin memperkuat posisi tawar selama perundingan.

https://p.dw.com/p/1AjxX
Foto: Reuters

Sesaat menjelang perundingan damai, kelompok pemberontak di Sudan Selatan merebut salah satu kota penting di negara yang terancam perang saudara itu. "Mereka merebut Bor," kata Njial Majak Nhial, Walikota ibukota negara bagian Jonglei.

Sebelumnya militer menarik mundur pasukannya dari pertempuran yang berkecamuk sejak Rabu (1/1) pagi dengan alasan taktis. Saat ini serdadu pemerintah berlindung di barak militer yang terletak sekitar tiga kilometer di selatan kota Bor.

Selasa (31/12) kemarin tim mediasi bentukan Uni Afrika mengatakan, kelompok pemberontak dan pemerintah menyepakatai gencatan senjata. Organisasi lintas negara itu mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada kedua pihak yang bertikai, jika mereka menghalangi upaya perdamaian internasional.

Perang Suku di Selatan

Utusan khusus Amerika Serikat, Donald Booth menyerukan kedua kelompok agar menghentikan operasi militer agar "memberikan waktu beberapa hari untuk jalannya proses negosiasi." Rencananya perundingan damai akan digelar di ibukota Ethiopia, Addis Abeba, Rabu (1/1).

Menteri Informasi Michael Makuei, Senin (30/12) mengklaim, pemimpin penberontak Riek Machar yang juga bekas wakil presiden itu ingin merebut Bor agar "ia bisa berunding dalam posisi yang lebih kuat." Machar dan Presiden Salva Kiir berseteru sejak keduanya memenangkan pemilu pertengahan 2011 lalu.

Polemik berawal ketika Kiir memecat Machar yang merupakan anggota suku etnik Nuer. Suku tersebut sejak lama terlibat konflik dengan suku Dinka. Kelompok pemberontak pimpinan Machar bersekutu dengan "tentara putih" bentukan Peter Gadet, bekas komandan militer Sudan Selatan. Sebagaimana Machar, Gadet juga berasal dari suku Nuer.

Konflik Belum akan Berakhir

Sementara itu Presiden Kiir menolak membagi kekuasaanya dengan Riek Machar untuk mengakhiri konflik yang sejauh ini telah menelan sedikitnya 1000 korban jiwa itu. Kiir menilai, pembagian kekuasaan cuma akan berarti membenarkan pemberontakan Machar.

"Pria-pria ini memberontak. Jika anda ingin kekuasaan, jangan memberontak dan berharap mendapat ganjaran berupa kekuasaan. Untuk itu anda harus melalui proses yang sah," katanya di Juba. Ia mengingatkan, kekuasaannya bukan berasal dari kudeta militer, melainkan kotak suara.

"Pemilu akan digelar 2015, kenapa tidak menunggu saja agar kita semua melewati proses yang sama?" sanggahnya. Kiir juga menolak membebaskan sekutu politik Machar yang ditangkap sejak tahun lalu. Machar sebaliknya bersikeras menolak negosiasi selama rekan-rekannya masih belum dibebaskan dari penjara.

rzn/hp (ap,afp)