1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemberontak Umumkan Berakhirnya Era Gaddafi

22 Agustus 2011

Pemberontak di Libya merayakan kemenangan dengan was-was. Mereka berhasil menguasai sebagian besar Tripoli. Pertempuran masih terjadi di sekitar kompleks Gaddafi. Keberadaan Gaddafi masih belum diketahui.

https://p.dw.com/p/12LQd
Pemberontak Libya di Tripoli arahkan tembakan ke potret Gaddafi.
Pemberontak Libya di Tripoli arahkan tembakan ke potret GaddafiFoto: picture-alliance/dpa

Senin (22/08), kelompok perlawanan menyatakan berakhirnya era Muammar al Gaddafi. "Era Gaddafi telah berakhir," kata ketua Dewan Transisi Nasional bentukan pemberontak, Mustafa Abdel Jalil. Dikatakannya, hampir seluruh wilayah Tripoli berhasil dikuasai mereka. Pemberontak juga berhasil mengambil alih stasiun televisi pemerintah. Menurut laporan stasiun televisi Al Arabiya, kelompok perlawanan juga menguasai bandara Tripoli.

Di pusat kota, ratusan orang menyambut kedatangan kelompok perlawanan. Pawai mobil mengelilingi Lapangan Hijau yang sebelumnya merupakan simbol rezim Gaddafi. Banyak warga yang juga mengibarkan bendera pemberontak.

Baku tembak masih terjadi di sejumlah kawasan Tripoli, terutama di sekitar kompleks Gaddafi di Bab Al Asisiya. Milisi Gaddafi susah payah menghalau serangan pemberontak. Dalam pertempuran itu diduga jatuh banyak korban.

Banyak Pendukung Gaddafi Ditangkap

Minggu (21/08) malam, kelompok pemberontak berhasil memasuki ibukota Tripoli. Stasiun berita Al Jazeera menampilkan penduduk yang bersorak sorai menyambut kelompok pemberontak. Pemberontak juga menguasai pusat kota Tripoli dan menjelaskan banyak pendukung Gaddafi ditangkap, yang lainnya masih melakukan perlawanan.

Lewat telefon seorang penduduk Tripoli mengatakan kepada stasiun pemancar BBC "Orang-orang merayakan, mengibarkan bendera dan bersorak-sorai di mana-mana. Kami dapat bernafas dengan bebas. Tidak ada yang dapat menghentikan kami mengatakan perasaan kami.“

Pada saat yang sama di timur Libya, ratusan ribu penduduk Benghazi juga mengibarkan bendera sepanjang malam di tengah kota. Harapan tergulingnya rezim yang telah memerintah 42 tahun menciptakan suasana seperti di Lapangan Tahrir Kairo, ketika Presiden Mesir Husni Mubarak mundur. Juga di kota lainnya di Libya seperti Zawiyah dan Misrata berlangsung pesta kemenangan.

Pendukung kelompok perlawanan Libya di Tunisia rayakan kemenangan, Senin (22/08).
Pendukung kelompok perlawanan Libya di Tunisia rayakan kemenangan, Senin (22/08).Foto: dapd

Gaddafi Sempat Menyampaikan Pesan Telepon

Sebelumnya Minggu malam, televisi pemerintah menyiarkan barisan militer Libya yang pernah dibanggakan. Diseling dengan beberapa kali hubungan telefon langsung dengan Gaddafi dalam durasi singkat. Ia mengandalkan suku-suku yang tampaknya masih setia terhadapnya. Gaddafi meminta mereka menyandang senjata menuju Tripoli, untuk mempertahankan Libya di bawah kekuasaannya. Jika tidak kolonialisme akan kembali. Permintaan itu terdengar seperti ucapan minta tolong. Garda pengawal presiden Gaddafi telah meletakkan senjata dan menyerah.

Televisi Non Pemerintah Dukung Oposisi

Di semua stasiun berita yang tidak dikuasai pemerintah, ditampilkan pesan kemenangan pihak oposisi, yang disampaikan dewan transisi kelompok pemberontak Libya TNC dan dari stasiun televisi Al Jazeera. Sementara itu dalam wawancara dengan stasiun televisi Amerika Serikat CNN, duta besar dewan transisi Libya Ali Suleiman Aujali di Washington menyampaikan optimisme "Saya mengerti bahwa brigade Gaddafi telah mengibarkan bendera putih. Dan tentara revolusioner serta nasional akan memasuki sesi ketiga, yang mereka sebut areal industri. Ini berarti Libya kini sudah berada di bawah kekuasaan TNC."

Putra Gaddafi, Saif al Islam, ditangkap.
Putra Gaddafi, Saif al Islam, ditangkap.Foto: dapd

Dari bandara ibukota Tripoli dilaporkan, tengah malam dua pesawat Afrika Selatan mendarat. Beberapa hari sebelumnya beredar spekulasi, Gaddafi merencanakan melarikan diri ke Afrika Selatan.

Sementara itu dua putra Gaddafi ditangkap. Mahkamah Internasional di Den Haag membenarkan, bahwa diantaranya terdapat putra Gaddafi Saif al-Islam. Terhadapnya dikenakan surat penangkapan internasional atas tuduhan kejahatan perang. Hingga laporan ini diturunkan, masih belum diketahui keberadaan Muammar al Gaddafi.

Dyan Kostermans/DW/bbc/cnn/Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk/Ayu Purwaningsih