1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembuangan Sampah Antariksa

Judith Hartl23 April 2013

Para pakar dari seluruh dunia berkumpul di Darmstadt untuk menghadiri konferensi sampah antariksa yang ke enam.

https://p.dw.com/p/18LTg
Foto: DW/F. Schmidt

Satelit pengamat bumi bisa berhenti memancarkan sinyal, apabila kehabisan bahan bakar atau ditabrak sampah angkasa luar, yang termasuk bagian perlengkapan mesin yang terlepas. Tabrakan di antariksa bisa terjadi akibat banyak hal.

„Tabrakan bukan hal mengejutkan“

Pada Februarr 2009 untuk pertama kalinya dalam sejarah dua satelit yang masih berfungsi bertabrakan di luar angkasa. IRIDIUM-33 dan KOSMOS-2251, dua satelit komersial masing-masing milik Rusia dan AS, meluncur cepat di langit Siberia. Ketika jalur bersilang, tabrakan tak terhindar dan kecup kematian terjadi pada ketinggian 790 kilometer diatas bumi.

Porträt Heiner Klinkrad 2
Heiner KlinkradFoto: picture-alliance/dpa

"Kejadian seperti itu yang memang sudah diperkirakan bisa terjadi.“, tutur Heiner Klinkrad, Ketua Bagian Sampah Antariksa di Organisasi Antariksa Eropa, ESA.  Setiap misi ke luar angkasa meninggalkan sampah, mulai dari obeng yang jatuh, mesin penggerak roket hingga bangkai satelit yang sudah rusak. „Semua benda ini masuk dalam kategori sampah antariksa“, jelas Klinkrad dan Kepala misi satelit pemantau Envisat, Frank-Jürgen Diekmann.

"Sampah yang berukuran besar menyebabkan masalah jangka panjang", jelas Klinkrad. Ada reaksi berantai yang terjadi, bisa menabrak satelit yang kemudian meledak dan mengancam satelit lainnya. Sampah terkecil pun bisa berbahaya. Tambahnya, "bila sebuah satelit ditabrak benda yang berukuran satu sentimeter, maka kita bisa menanggap bahwa satelit itu akan rusak dan tidak berfungsi lagi." Daya tabraknya bisa sebanding dengan hebatnya ledakan sebuah granat.

Upperstage explosion H1
Ledakan sebabkan reaksi berantaiFoto: ESA

Katalog Jenis Sampah

Dalam katalog pemantau antariksa Amerika "Space Surveillance Network" saat ini terdata sekitar 13.000 sampah Antariksa berukuran besar. Selain itu ada lebih dari 700 ribu obyek berukuran 1 sentimeter, sebagian besar darinya adalah pecahan sisa dari satelit yang meledak. Maka tak heran bila orang bertanya, kapan sampah-sampah itu akan jatuh ke bumi. Menurut Diekmann kemungkinannya sangat tipis.

Sampah antariksa jarang jatuh ke bumi. Namun menurut perhitungan Heiner Klinkrads, setiap pekannya ada kemungkinan dua obyek berukuran satu meter jatuh ke dalam ruang atmosfir bumi.

Sejak 1957 sudah 6000 Satellit diluncurkan ke luar angkasa. 1000 diantaranya berfungsi dan digunakan untuk penelitian, militer dan telekomunikasi. "Diketahui bahwa hanya enam atau 7 persen dari semua satelit itu masih berfungsi. ungkap Heiner Klinkrad.

ESA sudah dua puluh tahun memperhatikan tema ini dan membangun kerjasama internasional. Sebelas stasiun antariksa telah menyatakan ingin terlibat menanganinya dan bergabung dalam. IADC (Inter-Agency Debris Coordination Committee). Menurut Klinkrad, tak berguna menutup-nutupi masalahnya. Namun diapun skeptis. "

Weltraumschrott beschossener Aluminiumblock
Dampak ditabrak oleh benda berukuran 1 cm.Foto: DW/F. Schmidt

Membersihkan Antariksa

Lalu bagaimana membuang sampah satelit ini. Saat ini ada dua strategi yang dikenal: Pertama memanipulasi sampah sehingga mendekati jalur putaran bumi, agar bisa dijatuhkan secara terkontrol. Cara ini tidak cocok untuk semua satelit, karena satelit itu berkisar sekitar 35.786 Kilometer di atas bumi dan biaya untuk menjatuhkannya ke bumi akan mahal sekali. Cara lainnya adalah menarik satelit itu ke jalur yang berkisar 300 kilometer dari lalu linntas utama satelit. Saat ini di sana sudah ada 1000 obyek sampah.

Konferensi sampah antariksa di Darmstadt berlangsung dari 22.04.-25.04.2013 dengan tujuan mengembangkan strategi bersama untuk mengatasi sampah antariksa yang semakin banyak.