1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Afganistan Ajak Dialog Taliban

31 Januari 2007

Lebih baik berunding daripada menembak mati.

https://p.dw.com/p/CP9H
Pejuang Taliban ditangkap di perbatasan Afganistan
Pejuang Taliban ditangkap di perbatasan AfganistanFoto: AP

Di tahun 2001, ia adalah wajah dan suara milisi Taliban. Sebagai duta besar Afganistan di Pakistan, Mullah Abdul Salam Saif menjadi nara sumber bagi berbagai media di dunia. Setelah rejim Taliban runtuh, Saif mendekam 3 tahun lebih di penjara Guantanamo.

Kini ia hidup di Kabul. Sebagai orang sipil dan tak punya kontak dengan Taliban, begitu pengakuannya. Sejak setahun lebih, Saif mengkampanyekan dialog dengan Taliban.

"Hanya pemahaman dan perundingan, dan bukan perang, yang membawa pada solusi. Penggunaan cara-cara kekerasan hanya memperburuk situasi dan menambah destabilisasi Afganistan."

Mullah Saif, tokoh terkemuka Taliban, bukanlah satu-satunya yang menyatakan tidak pada kekerasan. Lebih dari 3.000 pejuang dan komandan Taliban meletakkan senjata dalam kerangka program rekonsiliasi nasional, sejak pertengahan 2005.

Mengingat bertambahnya aksi kekerasan di Afganistan, komisi rekonsiliasi kini ingin menggencarkan upayanya. Demikian pernyataan juru bicara komisi Sayed Sharif Yousofy dalam perbincangan dengan perwakilan radio Jerman ARD di New Delhi.

"Kami berencana memperluas program tahun ini, membuatnya lebih besar. Kami memutuskan, tahun ini, setiap anggota Taliban yang ikut dalam program rekonsiliasi, akan kami beri sebidang tanah untuk dibangun rumah. Kami juga akan menawarkan pada mereka pendidikan ketrampilan, sebagai penjahit atau tukang cat."

Lebih baik berunding daripada menembak mati Taliban. Ini juga tujuan parlemen di Kabul. Sejak pekan lalu sebuah komisi khusus mengolah program rekonsiliasi secara luas bagi para penentang pemerintah. Salah satu penggagasnya adalah Nurulhaq Olomi dari kandahar, Ketua Komisi Pertahanan.

"Kita bisa mengundang setiap Taliban Afganistan, mengundang setiap orang yang menentang pemerintah untuk menjalani hidup normal. Jika berbalik mereka mendukung pemerintah, maka akibatnya 100% positif bagi perdamaian dan stabilitas."

Senin (29/01) lalu Presiden Karsai menyatakan, pintu untuk pembicaraan dan negosiasi terbuka bagi para musuh.

Tapi, haruskah tawaran rekonsiliasi juga mencakup para komandan tinggi yang aktif dalam pertempuran? Para politisi Afganistan tidak mau membuat perkecualian.

Sebaliknya, pasukan Pakta Pertahanan atlantik Utara (NATO) di Afganistan, ISAF, mendukung agar menjaga jarak dengan para Taliban garis keras. Walaupun begitu juru bicara NATO di Kabul Mark Laity menyatakan, secara keseluruhan program rekonsiliasi sangat penting.

Bahwa Taliban bersedia diajak berunding, dialami sendiri oleh NATO musim gugur tahun lalu di Musa Kala, provinsi Helmand. Setelah pertempuran yang memakan banyak korban dari kedua belah pihak, Taliban dan ISAF sama-sama mundur dari kawasan itu. Atas desakan suku-suku setempat dan gubernurnya, kedua pihak menyepakati gencatan senjata.

Sebuah contoh sikap bijaksana, puji satu pihak. Namun pihak lain melihat di dalamnya ada kemenangan bagi Taliban, karena mereka berhasil memaksa mundur NATO.