1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Indonesia Kukuh Lanjutkan Pembangunan PLTN

16 Maret 2011

Meski kekhawatiran atas keamanan PLTN semakin meningkat menyusul kasus kebocoran pembangkit nuklir Fukushima di Jepang, pemerintah Indonesia memastikan untuk terus melanjutkan rencana pendirian PLTN.

https://p.dw.com/p/10Zoz
Gambar simbol bahaya unsur radioaktifFoto: picture alliance/dpa

Kepastian untuk melanjutkan pembangunan PLTN itu antara lain dinyatakan Dewan Energi Nasional (DEN) dan Badan Tenaga Átom Indonesia (BATAN). Juru bicara BATAN, Ferhat Aziz, menyatakan pihaknya telah menyiapkan lokasi bagi pembangunan PLTN, yaitu di wilayah Bangka-Belitung. Ferhat Aziz menyampaikan alasan pemilihan lokasi ini, "Pertama dia sangat jauh dari pusat-pusat gempa di pantai barat Sumatera maupun di pantai selatan Jawa. Kedua, dekat dengan Sumatera yang merupakan konsumen energi yang cukup besar juga dekat dengan Singapura yang juga merupakan konsumen energi yang besar. Dan dia jelas di situ tidak ada tsunami dan kondisi masyarakatnya secara umum menerima."

Ferhat Aziz juga mengulang kembali alasan yang selalu dikemukakan pemerintah, bahwa pembangunan reaktor nuklir dibutuhkan sebagai sumber energi alternatif pemasok tenaga listrik. Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sudah digagas sejak masa pemerintahan Soeharto. Tetapi proyek ini dihentikan karena banyak mendapatkan tentangan.

Salah satu pertimbangan pemilihan Bangka-Belitung juga karena setelah rencana pembangunan PLTN di pegunungan Muria di Jawa Tengah ditentang keras oleh masyarakat setempat dan para pegiat lingkungan hidup yang mengkhawatirkan masalah keamanan.

Selain ledakan reaktor nuklir di Chernobyl, Rusia pada tahun 1986, kecemasan terhadap pembangunan PLTN semakin meningkat setelah kebocoran pembangkit nuklir Fukushima di Jepang pekan lalu.

Namun Ferhat Aziz menolak kekhawatiran itu. Ia meyakinkan bahwa Indonesia telah memiliki tenaga ahli untuk mengoperasikan PLTN. Terlebih menurutnya, untuk mengoperasikan PLTN tidak harus memiliki kemampuan tekhnologi seperti Jepang. Ferhat Aziz memaparkan, "Dunia menunjukan bahwa tidak ada negara yang memulai program PLTN nya setelah dia menguasai 100 persen tekhnologi nuklir tersebut kecuali Amerika. Prancis pun belajar dari Amerika, Jerman begitu, Jepang dan Korea juga belajar dari Amerika. Dan tidak ada salahnya kita memulai dengan cara seperti itu. Apalagi tekhnologi yang dikuasai anak bangsa ini sudah sangat lumayan. Jadi saya tidak mempunyai keraguan sedikitpun. Indonesia juga secara Human Development Indeks, ternyata juga sudah lebih baik dari katakanlah India, Pakistan."

Betapapun, deputi direktur Walhi dan pegiat anti pembangunan PLTN, Ali Akbar, menolak klaim pemerintah bahwa Bangka Belitung adalah lokasi aman untuk pembangunan reaktor nuklir. Ia menunjuk sejumlah fakta, bahwa lokasi di bagian utara pantai Muntok, antara perairan Bangka utara dan Kepulauan Riau tersebut, pernah menjadi pusat gempa.

Selain ancaman kebocoran reaktor akibat gempa dan tsunami, Dian Abraham, dari Masyarakat Anti Nuklir Indonesia, mencemaskan, sejumlah faktor lain yang mungkin terjadi jika pemerintah tetap memaksakan pembangunan PLTN. "Syarat-syarat untuk terjadinya kecelakaan di Indonesia itu jauh lebih banyak ketimbang di Amerika, di Jepang atau di negara negara maju lainya. Saya gak yakin kita betul betul punya SDM yang bisa nangani kecelakaan-kecelakaan di PLTN. Budaya nuklir kita yang sangat tidak disiplin, mulai dari pekerjanya. Kemudian (kerapnya) kita meremehkan hal-hal yang kecil perawatan PLTN. Saya pikir itu bisa memicu kecelakan yang sangat besar di Indonesia."

Indonesia sendiri saat ini memiliki tiga reaktor nuklir, yakni di BATAN Yogyakarta, Serpong dan Bandung. Namun ketiga reaktor ini murni hanya untuk penelitian.

Zaki Amrullah

Editor: Ayu Purwaningsih