1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintah Pusat Ambil Alih Penanganan Bencana Merapi

5 November 2010

Langkah ini diambil setelah terus bertambahnya jumlah korban dan skala letusan gunung berapi ini semakin meluas. Sejauh ini, sejak meletus, Selasa (26/10), Merapi telah menewaskan sedikitnya 109 orang.

https://p.dw.com/p/PzSb
Tim SAR menyusur wilayah Argomulyo, Yogyakarta, untuk mencari korban, Jum'at (05/11)Foto: AP

Keputusan yang diumumkan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat khusus ini, merupakan salah satu langkah tanggap darurat menyusul meluasnya dampak letusan Merapi. Presiden menyatakan, langkah ini diambil karena letusan Gunung Merapi diperkirakan masih terus berlanjut dan sulit diprediksi.

"Kendali operasi tanggap darurat bencana Gunung Merapi mulai hari ini berada di tangan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) satu komando. Yang kedua, unsur pemerintah pusat akan kita diajukan kepada Menko Kesra, untuk memastikan agar bantuan dari pemerintah pusat bisa lebih cepat dan terkoordinasi lebih baik," demikian disampaikan Presiden Yudhoyono.

Hampir 60 orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka bakar serius dalam letusan terbaru Gunung Merapi hari Jumat (05/11) dini hari. Jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah karena tim SAR belum berhasil mencapai semua dusun di lereng gunung yang diterjang awan panas.

Presiden Yudhoyono juga memutuskan untuk mengerahkan personil TNI dan polisi untuk membantu evakuasi dan keperluan warga dan pengungsi Merapi. Tugas mereka antara lain mendirikan rumah sakit lapangan dan berbagai sarana pendukung.

Selain itu, pemerintah juga memutuskan akan membeli semua hewan ternak milik warga desa di sekitar lereng Merapi. Menurut Menko Kesra Agung Laksono, ini untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih besar setelah adanya laporan, banyaknya warga yang enggan mengungsi yang menjadi korban awan panas, karena menjaga ternak dan harta bendanya.

Letusan Merapi Jumat (05/10) dini hari, memaksa lebih dari 100 ribu warga mengungsi, setelah pemerintah memperluas zona bahaya menjadi 20 kilometer dari puncak Merapi. Sejumlah kampus di dekat Merapi seperti Universitas Islam Indonesia dan Gajah Mada terpaksa meliburkan kegiatan perkuliahan: Sementara para pakar memperingatkan erupsi masih bisa terjadi dalam beberapa pekan ke depan.

Selain aktifitas penerbangan, debu dan abu Merapi juga menganggu aktivitas warga di sejumlah kota di provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Seorang pejabat di Kementerian ESDM menyebut, letusan Merapi kali ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu 140 tahun terakhir, setelah letusan besar pada tahun 1870.

Hari Jumat (05/11) petang, Presiden Yudhoyono dan pejabat terkait terbang ke Yogyakarta untuk memantau langsung penanganan bencana letusan Gunung Merapi.

Zaki Amrullah

Editor: Yuniman Farid