1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemerintahan Baru Irak Akhirnya Akan Terbentuk

11 November 2010

Kesepakatan untuk berbagi kekuasaan mengakhiri kebuntuan politik yang telah berlangsung 8 bulan di Irak, setelah Pemilu dilangsungkan tanggal 7 Maret.

https://p.dw.com/p/Q6E6
Perdana Menteri Irak Nuri al-MalikiFoto: AP

Blok-blok politik utama menyepakati para kandidat yang akan menduduki tiga pos tertinggi dalam pemerintahan, kata presiden wilayah Kurdi Irak, Massoud Barzani, Kamis ini (11/11). Perjanjian pembagian kekuasaan antara kelompok masyarakat Irak yang terpecah belah, menetapkan bahwa satu pos diberikan pada seorang Arab Sunni, satu kepada Kurdi dan satu lagi perwakilan dari mayoritas Syiah.

Perdana Menteri Irak Nuri al-maliki, dari kelompok Syiah, tetap berada di pos perdana menteri, sementara faksi Kurdi akan menduduki kursi kepresidenan. Blok Irakiya yang dipimpin mantan PM Iyad Allawi akan memperoleh pos ketua parlemen nasional, sementara Allawi sendiri akan mengepalai dewan baru yang mengurus kebijakan strategis.

Presiden Kurdi Massoud Barzani menyebut kesepakatan ini adil bagi semua blok. Ia menyebutnya sebagai pemerintah 'kemitraan nasional'. Masuknya blok Iraqiya yang didukung kelompok Sunni dalam pemerintahan, mungkin akan membantu tidak terulangnya pertempuran kelompok minoritas yang menewaskan puluhan ribu orang, setelah invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 yang menumbangkan diktator Sunni Saddam Hussein. Jika aliansi yang didukung Sunni dalam pemilu 7 maret dikesampingkan, amarah kelompok itu dapat membangkitkan pemberontakan ekstrimis Sunni yang sebetulnya sudah melemah tapi tetap mematikan.

Barzani tidak menyebutkan nama-nama kandidat bagi pos-pos teratas, tetapi Nuri Al-Maliki adalah calon tunggal untuk jabatan perdana menteri dari aliansi nasional yang dipimpin Syiah. Para anggota parlemen menyebutkan, Jalal Talabani, seorang Kurdi, akan tetap menjadi presiden Irak. Sementara Osama al-Nujaifi, anggota parlemen Sunni dari Iraqiya, disebut-sebut sebagai calon ketua parlemen.

Para politisi Irak mencapai kesepakatan Rabu malam (10/11) setelah perundingan intensif selama tiga hari dan percekcokan selama berbulan-bulan antara kelompok Syiah, Sunni dan Kurdi.

Kesepakatan yang dicapai ini membuka jalan bagi berakhirnya kekosongan kekuasaan berbulan-bulan di Irak yang disertai meningkatnya kekerasan di penjuru negeri. Rabu (10/11), serangkaian serangan bom anti-Kristen menewaskan enam orang. Beberapa hari sebelumnya, drama penyanderaan di sebuah gereja di Bagdad oleh anggota Al Qaida menewaskan 44 jemaat dan dua pastur.

Dalam konferensi pers di Baghdad, Presiden Kurdi Barzani meyampaikan rasa syukurnya atas pencapaian besar yang ia sebut kemenangan bagi semua rakyat Irak. Pos-pos tertinggi dalam pemerintahan kemungkinan akan diputuskan secara resmi dalam rapat parlemen yang dijadwalkan Kamis (11/11).

Renata Permadi/ afp/ap/rtr

Editor: Yuniman Farid