1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan Presiden Ukraina Tahap Kedua

5 Februari 2010

Minggu (07/02) Ukraina memilih presiden baru. Pengamat memperkirakan, akant erjadi persaingan ketat antara PM Julia Timoshenko yang pro Barat dan pemimpin oposisi Viktor Janukovich yang pro Rusia.

https://p.dw.com/p/Ltmd
Plakat dalam pemilu presiden Ukraina. Yanukovich (kiri) dan Timoshenko (kanan)Foto: AP

Tiga pekan setelah kemenangannya dalam putaran pertama pemilihan presiden, Viktor Yanukovich yang menentang Pakta Pertahanan Atlantik Utara-NATO kini berharap dapat mengalahkan Julia Timoshenko dalam pemilu tahap kedua hari Minggu (07/02). Timoshenko yang berusia 49 tahun mendapat sekitar 10% suara lebih sedikit dari Yanukovich, dalam pemilu 17 Januari lalu.

Setelah kalah empat tahun lalu, sekarang Yanukovich yang berusia 59 tahun kembali berupaya untuk menjadi presiden. Sementara itu, Uni Eropa menyatakan harapan agar krisis segera berakhir di negara itu. Bagi Uni Eropa, Ukraina adalah negara transit terpenting untuk penyaluran gas dari Rusia.

Terobosan bagi Krisis Politik

Ukraine / Präsidentenwahl / Juschtschenko
Presiden Ukraina Viktor YushchenkoFoto: AP

Pemilu di Ukraina dianggap sebagai kesempatan untuk tercapainya terobosan dari krisis politik dalam negeri yang telah berlangsung bertahun-tahun. Berbeda dengan Viktor Yushchenko, yang sekarang masih menjabat sebagai presiden, Yanukovich dan Timoshenko menjalin hubungan yang lebih baik dengan Rusia. Di bawah Yushchenko, sengketa soal gas yang tak kunjung henti antara pemerintah di Kiev dan di Moskow menyebabkan dihentikannya penyaluran gas sepenuhnya awal 2009 lalu. Ketika itu sejumlah besar warga Uni Eropa tidak mendapat pasokan gas berhari-hari.

Presiden Yushchenko kalah dalam pemilu Januari lalu. Banyak pengamat menilai, penyebabnya adalah kemiskinan dan masalah sosial lainnya, serta korupsi yang merajalela. Jushchenko dulu bertekad membasmi korupsi tetapi tidak berhasil. Adu kekuatan yang kemudian menyusul antara Jushchenko dan mitra revolusinya Julia Timoshenko akhirnya menjerumuskan Ukraina ke dalam krisis terbesar sejak kemerdekaan, setelah terpecah-belahnya Uni Sovyet.

Viktor Janukowitsch, Wahlen in der Ukraine
Viktor YanukovichFoto: AP

Keadaan ini digunakan Yanukovich. Ia berkata, "Saya yakin, rakyat sudah muak. Mereka tidak percaya lagi kebohongan yang dikatakan Timoshenko. Rakyat sudah melihat sengketa antara Yushchenko dan Timoshenko selama lima tahun. Sudah terlalu lama."

Pelaksana Harapan

Kini Viktor Yanukovich, yang tahun 2004 lalu dikecam Uni Eropa dan AS sebagai pemalsu kertas suara, dipandang negara-negara Barat sebagai orang yang lebih cocok menjadi pelaksana harapan negara. Untuk melaksanakan berbagai reformasi dan mencegah kebangkrutan negara yang kini mengancam untuk jangka waktu lama.

Tetapi Julia Timoshenko mengetahui dengan pasti, apa yang ingin didengar rakyat Ukraina. Yanukovich akhirnya mundur dari acara debat langsung di televisi. Waktu siaran selama dua jam tersebut kemudian digunakan sepenuhnya oleh Timoshenko.

Ukraine Präsidentenwahl Timoschenko
Yulia TimoshenkoFoto: AP

Ia berujar, "Hari ini saya dipaksa untuk berada sendiri di studio dan menatap tempat di sebelah saya yang kosong. Yang penting adalah, tempat yang kosong ini tidak diperindah dengan jabatan presiden. Jika terjadi, itu sangat menyedihkan dan salah."

Harapan Rakyat

Sekitar 46 juta rakyat Ukraina terutama mengharapkan tercapainya stabilisasi melalui pemilu. Dibanding dengan negara-negara lain yang dulu termasuk Uni Sovyet, Ukraina adalah yang paling demokratis.

Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa-OSCE juga menilai pemilu pertengahan Januari lalu adil dan bebas. Negara-negara Barat terutama memuji kebebasan media dan pluralisme politik sebagai kesuksesan revolusi tahun 2004 lalu, yang berlangsung damai.

ML/AR/dpa/rtrd/ap