1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

180910 Afghanistan Wahlen

18 September 2010

Serangan Taliban dan dugaan kecurangan selama proses pemungutan suara mewarnai pemilu legislatif di Afghanistan. Lebih dari 1000 TPS terpaksa ditutup. Pemantau internasional mengkhawatirkan manipulasi besar-besaran.

https://p.dw.com/p/PFdn
Afghanistan gelar pemilihan umumFoto: DW

Di tengah serangkaian serangan yang dilancarkan Taliban pada saat pemilu di Afghanistan berlangsung, Sabtu (18/09), diperkirakan hanya 40 persen warga berhak pilih memberikan suaranya. Hal itu disampaikan Komisi Pemilihan Afghanistan (IEC). Hasil pemilu dijadwalkan akan diumumkan akhir Oktober mendatang

Menurut Ketua IEC Fasel Ahmed Manawi, jumlah sementara pemilih yang memberikan suaranya berkisar 3,6 juta orang. "Itu setidaknya 40 persen dari jumlah warga yang berhak pilih," ungkapnya pada Sabtu malam. Meski pemilu tahun ini diwarnai serangan, Manawi mengatakan, "Saya rasa saya akan menarik neraca yang seimbang. Memang terjadi sangat banyak aksi kekerasan. Kami masih harus mengetahui apakah hal tersebut mempengaruhi jumlah pemilih yang memberikan suaranya."

Ditemukan Sejumlah Keganjilan

Sementara itu Panitia Pengawas Pemilu (ECC) melaporkan sejumlah keganjilan yang ditemukan dalam proses pemungutan suara di berbagai wilayah Afghanistan. Dilaporkan banyak tempat pemungutan suara (TPS) yang terlambat dibuka. Di beberapa tempat panitia mengeluhkan kurangnya kertas suara dan berbagai ancaman.

Adu mulut yang nyaris berujung pada perkelahian terjadi di kantor pusat pengaduan milik panitia pemantau pemilu di kota Kabul, antara salah seorang politikus Afghanistan, Ramazan Bashadorst dengan Utusan PBB, Stefan de Mistura.

Bashadorst yang dikenal sebagai musuh politik Hamid Karsai memulai serangan verbal tersebut, "anda seorang penipu," teriaknya, "dalam pemilu ini banyak yang dipalsukan, di mana-mana orang mengakali kertas suara."

Tidak lama kemudian Bashadorst menampilkan bukti-bukti atas tudingannya. Ia menunjuk penemuan di beberapa TPS di Kabul, di mana tinta yang dipakai untuk menandai pemilih yang sudah memberikan suaranya, ternyata bisa dicuci.

Serangan Membayangi Pelaksanaan Pemilu

Menurut keterangan kementerian dalam negeri di Kabul, setidaknya 14 orang terbunuh dalam sejumlah serangan pada hari pelaksanaan pemilu. Sementara itu NATO mencatat sekitar 300 aksi serangan yang dilancarkan.

Selama pemilu berlangsung, Taliban melancarkan serangan terhadap sejumlah TPS di provinsi Kunar, Nangarhar, dan Takhar. Menteri Dalam Negeri Bismillah Mohammadi mengatakan dalam jumpa pers, Sabtu (18/09), 14 orang yang tewas adalah 11 warga sipil dan tiga anggota polisi. Dilaporkan pula 13 polisi dan 45 warga sipil menderita luka-luka akibat serangkaian serangan itu. Selain itu, Taliban menembakkan roket ke ibukota Kabul, kota Nimros di selatan Afghanistan serta Baghlan di utara.

Dengan melakukan serangan pemberontak ingin menghalangi pemilu, agar masyarakat tidak pergi memilih. Sebelumnya, Taliban melontarkan peringatan, barang siapa menggunakan hak pilihnya akan diserang.

Frauen in Wahllokal in Bamyan Afghanistan September 2010
Perempuan Afghanistan mengantri di TPS untuk memilihFoto: DW

Jadi Sasaran Serangan, TPS Terlambat Dibuka

Karena menjadi sasaran serangan, pembukaan TPS di Kabul, Jalalabad dan provinsi Chost di timur Afghanistan sempat tertunda, namun tidak ada korban luka. Di kawasan Surch Rud, provinsi Nangarhar juga sempat terjadi penundaan pembukaan TPS, karena dihalangi pemberontak Taliban. Kassim, seorang warga setempat menuturkan pada kantor berita DPA, bagaimana tentara NATO dan militer Afghanistan mendesak Taliban untuk meninggalkan kawasan itu.

TPS dibuka hingga pukul 13.30 waktu setempat. Partisipasi masyarakat di setiap lokasi tampak berbeda. Seperti di Kabul, di halaman depan sebuah mesjid, sekitar 100 orang sudah mengantri sejak pagi untuk mencoblos kartu pemilu.

Sedangkan di bagian lain kota Kabul, jumlah pemilih dapat dihitung dengan jari tangan. Ancaman Taliban untuk menggunakan kekerasan berhasil mempengaruhi warga Ghasni. Seorang juru bicara pemerintah setempat melaporkan, pemilih baru berani datang ke TPS siang hari.

Berbeda dengan di sebuah sekolah dasar di Kabul. Sekitar 20 warga menunggu satu jam sebelum TPS dibuka. Mohammed Husman seorang pegawai negeri berusia 50 tahun mengatakan, ia datang untuk menggunakan hak pilihnya, agar tercipta stabilitas dan kemakmuran di Afghanistan. Tapi ia kuatir dalam pemilu kali ini kembali terjadi kecurangan seperti pemilihan sebelumnya.

Flash-Galerie Wahlen in Afghanistan 2010
Seorang warga menggunakan hak pilihnyaFoto: DW

Presiden Serukan Pemilih Untuk Tidak Takut Taliban

Sehari sebelum pemilu diselenggarakan, Presiden Hamid Karzai menyerukan kepada rakyat Afghanistan untuk tidak menghiraukan ancaman Taliban dan menggunakan hak pilihnya.

"Kami mengharapkan partisipasi pemilu yang tinggi dan tidak ada yang dipengaruhi oleh insiden-insiden kekerasan.“

Presiden Karzai sendiri memilih di sebuah sekolah tingkat atas di ibukota Kabul. Kepada wartawan ia menuturkan Jumat kemarin (17/9), bahwa pemilu tahun ini sangat penting. Karzai mengatakan, pemberontak Taliban hendaknya mengabdi pada tanah airnya dan seharusnya ikut menggunakan hak pilihnya, demi pembangunan dan stabilitas Afghanistan. Sekitar 2.500 kandidat memperebutkan 249 kursi di majelis rendah Aghanistan.

Andriani Nangoy/Luky Setyarini/rtr/dpa/afp

Editor: Rizki Nugraha