1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Belanda Jadi Barometer bagi Eropa

15 Maret 2017

Belanda gelar pemilu parlemen hari Rabu ini. Pemilu kali ini jadi isimewa, karena jadi pusat perhatian internasional yang ingin menjajagi indikator kekuatan kubu populis ekstrem kanan di Eropa.

https://p.dw.com/p/2ZBic
Niederlande Wahlplakate
Foto: Reuters/M. Kooren

Jajak pendapat terakhir sebelum pembukaan TPS, menunjukkan partai konservatif VVD dari Perdana Menteri saat ini, Mark Rutte berada di posisi teratas. Sementara Partai untuk Kebebasan PVV di bawah Geert Wilders yang anti Islam, berada di posisi kedua.

Rutte yang telah memimpin pemerintahan dua periode dan kini kembali mencalonkan, selama kampanye menampilkan diri sebagai pilihan yang tepat jika orang menginginkan kontinuitas dan tidak ingin situasi negara yang kacau-balau.

Ia tampil sebagai aktor utama yang membawa negara keluar dari krisis ekonomi. Sementara Wilders disebutnya sebagai partai radikal ekstrem kanan yang tidak siap mengambil keputusan penting.

Crisis and debate add complexity to Dutch vote

Wilders janji tutup perbatasan

Dalam kampanyenya Wilders antara lain melontarkan janji akanmenutup perbatasan Belanda bagi imigran dari negara-negara Muslim. Ia juga berjanji akan menutup semua mesjid di Belanda dan melarang Al Quran. Di samping itu, ia ingin Belanda keluar dari Uni Eropa. Sikap ini juga jadi pandangan partai-partai ekstrem kanan lain di Eropa, antara lain di Jerman dan Perancis.

Menurut konstitusi Belanda, semua partai bisa terwakili di parlemen, tanpa harus memenuhi jumlah kuota suara tertentu. Dengan begitu tidak ada partai yang bisa berkuasa sendiri dan harus berkoalisi. Namun sejauh ini semua partai telah menyatakan tidak bersedia berkoalisi dengan partai populis kanan Wilders. Sehingga kemungkinan Geert Wilders akan jadi perdana menteri sangat kecil.

Krisis dengan Turki untungkan Rutte

Belanda saat ini sedang terlibat krisis politik dengan Turki. Politisi puncak dalam pemerintahan Turki dalam beberapa pekan terakhir secara demonstratif "berkampanye" terkait referendum amandemen konstitutsidi sejumlah acara yang diadakan bagi warga Turki di Eropa. Pemerintah Turki di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan gusar, setelah pemerintah Belanda tidak mengijinkan dua menteri Turki untuk berbicara di Belanda.

Langkah ini di kalabngan pemilih Belana dianggap positif karena menunjukkan bahwa PM Mark Rutte tidak bersedia takluk pada tekanan dari luar. Sikap ini mendapat dukungan luas dari warga Belanda. Rutte menyatakan, sudah jadi tugasnya untuk menjaga keamanan dan stabilitas negara, dan menghadapi "orang-orang semacam itu."

TPS dibuka sejak pukul 12 malam hari ini (Rabu) dan akan ditutup pukul 9 malam waktu Belanda. Pemilu diikuti 28 partai. Selain di Belanda, dalam pemilu di Perancis dan Jerman yang akan akan digelar tahun ini, kubu ekstrem kanan dengan ideologi nasionalistis juga terlihat meraih dukungan cukup besar.

ml/as (rtr, ap, dpa)