1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Parlemen Australia

23 Agustus 2010

Pemilu hari Sabtu lalu (21/08) tidak menghasilkan satu pemenang. Jumlah suara yang diraih kubu Perdana Menteri Julia Gillard dan penantangnya Tony Abbott berimbang. Kemungkinan Australai akan membentuk parlemen gantung.

https://p.dw.com/p/OuBn
Perdana Menteri Australia Julia GillardFoto: AP

Surat kabar Swiss Neue Zürcher Zeitung, yang terbit di kota Zurich mengomentari kebuntuan yang terjadi akibat hasil pemilu di Australia.

"Sejak kampanye pemilu Australia sudah terlihat, bahwa sasaran dari unjuk kekuatan kedua partai besar ini hanya disesuaikan dengan hasil jajak pendapat yang telah ada. Satu persaingan yang penuh ide tidak terjadi. Yang pertama melakukan manuver politik dalam hal oportunistik adalah Parti Buruh, ketika pada bulan Juni mencopot Perdana Menteri Kevin Rudd dari kekuasaannya, setelah ia terpuruk menurut hasil jajak pendapat. Ini berakibat, Julia Gillard penggantinya, dianggap sebagai penghianat yang haus kekuasaan. Walaupun jika pada akhirnya Gillard berkata bahwa ia menjamin terciptanya satu pemerintahan yang kuat dan stabil di di bawah pimpinannya, tapi apa yang dikatakannya berlawanan dengan kenyataan yang ada. Dengan satu parlemen gantung yang kemungkinan akan terbentuk, ia harus pandai bernegosiasi dengan anggota parlemen independen. Para anggota parelemen yang lebih konservatif ini membentuk kelompok yang tidak homogen, tetapi berkomitmen pada wilayah pemilihan mereka masing-masing."

Harian konservatif Inggris The Times menulis dalam komentarnya:

"Pemilihan sama sekali tidak membawa hasil. Perdana menteri yang baru menjabat yang tidak terlalu populer, Julia Gillard telah melepsakan kesempatan mendapatkan mandat. Sementara lawannya yang hampir tidak terkenal, Tony Abbott, tidak mendapatkan suara mutlak. Sekarang, Australia seperti juga Inggris, harus siap menerima satu koalisi yang tidak pasti. Proses penghitungan akan berlangsung sulit, karena partai buruh serta partai nasional liberal memiliki suara yang hampir sama. Untuk tercapainya satu parlemen mayoritas, kedua partai memerlukan dua atau tiga anggota parlemen lagi. Akan tetapi tidak ada partai ke tiga yang bisa dirayu. Mungkin pemilu baru tak terelakkan. Gillard dan Abbot akan menghadapi masa-masa sulit."

Sementara Luxemburger Wort yang terbit di Luksemburg menulis:

"Perdana Menteri Australia Julia Gillard tidak memperhitungkan: delapan minggu setelah kudeta internal dalam partainya terhadap mantan perdana menteri Kevin Rudd, para pemilih telah menghukumnya. Pemerintahan partai buruh akan mengalami kesulitan besar dalam kebuntuan ini untuk menyatakan hasil pemilu sebagi satu kesuksesan. Karena selain kehausan kekuasaan yang ia tunjukkan, dalam kampanyenya Gillard tidak mempolarisasikan satu tema tertentu. Perekonomian Australia mengalami booming, negara ini mengambil manfaat dari posisinya yang strategis serta terus berkembangnya permintaan impor dari Cina. Negara ini merupakan salah satu dari sedikit negara maju yang bertahan dari krisis finansial global. Mungkin setengah dari pemilih tidak mendukung Gillard. Akan tetapi penggulingan pendahulunya, telah mengurangi simpati kepadanya. Siapa yang menduduki jabatan perdana mentreri terutama harus melakukan satu hal, yaitu tidak memilah."

Mengomentari pasil pemilu di Australia, harian tageszeitung yang terbit di Berlin, Jerman, menulis:

"Keputusan yang dihasilkan pada hari Sabtu lalu merupakan kemenangan bagi demokrasi dan mungkin juga awal dari akhir dari politik dua partai, yang telah mendominasi Australia selama beberapa generasi. Fakta bahwa dalam waktu dekat di parlemen akan terdapat sampai empat anggota independen dan satu dari partai hijau, serta posisi menentukan partai hijau di senat, menjadi tanda dari harapan warga Australia untuk mengakhiri monopoli bersejarah dari dua partai, yang dianggap banyak warga Australia sebagai kesombongan dan sifat egois. Warga mengeluh, para politis yang manja hampir sama sekali tidak memahami ketakutan, kekhawatiran serta harapan mereka."

Yuniman Farid

Editor: Dyan Kostermans