1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mullah Mansour Terbunuh

Florian Weigand23 Mei 2016

Amerika Serikat mungkin berharap bahwa pemimpin Taliban yang moderat akan muncul menggantikan Mullah Mansour. Harapan itu lebih didasarkan pada keputusasaan ketimbang pertimbangan masak. Demikian opini Florian Weigand.

https://p.dw.com/p/1Iskq
Afghanistan Farah Taliban Mullah Mohammad Rasool Akhund
Foto: Getty Images/AFP/J. Tanveer

Amerika Serikat baru saja menegaskan bahwa pembicaraan damai dengan Taliban tak akan berlangsung di saat-saat sekarang ini: Minggu (22/05) pagi, upaya pembunuhan yang dilakukan AS terhadap pemimpin Taliban Mullah Akhtar Mansour lewat serangan drone, berlangsung sukses. Demikian menurut laporan pemerintah Afghanistan.

Satu-satunya alasan yang bisa masuk akal dari serangan ini adalah jika persiapan perundingan damai mengalami kebuntuan dan pengganti Mullah Mansour yang baru bersikap lebih terbuka terhadap negosiasi tersebut.

Pembicaraan damai telah berlangsung selama berbulan-bulan, dengan diikuti oleh Amerika Serikat, Cina, Pakistan dan Afghanistan - di meja perundingan. Namun, kursi Taliban selalu tetap kosong, meski sudah dilakukan upaya propaganda dan tekanan dinas intelejen.

Taliban terus melaju

Setelah dua tahun penarikan pasukan Jerman dari Afghanistan, Taliban merebut Kunduz. Taliban juga meraup lokasi-lokasi lain di Afghanistan. Mereka mengklaim aktif di 70 persen di negara itu, yang pastinya merupakan propaganda yang belum terkonfirmasi, namun mungkin lebih mendekati kebenaran, ketimbang laporan pemerintahan di Kabul. Faktanya, NATO lagi-lagi harus lebih banyak campur tangan dan lebih sering terlibat dalam pertempuran, dimana mandatnya diperluas hingga tahun 2017.

Di sisi lain, pemerintahan di Kabul dan Washington tidak beristirahat sampai mereka telah berhasil menumbangkan kepemimpinan Mullah Mansour.

Florian Weigand, editor DW.
Penulis opini: Florian Weigand, redaktur DW untuk layanan bahasa Pashtu dan Dari.Foto: DW/P. Henriksen

Namun apakah hal itu kemudian benar-benar akan memungkinkan dimulainya perundingan dengan pemimpin Taliban moderat? Itu tentu saja merupakan harapan Kabul, Washington dan Islamabad.

Diplomat dan badan-badan intelijen pasti akan mencoba untuk membuka dialog yang lebih seimbang. Pakistan khususnya, diperlukan ikut andil dalam perundingan damai ini, dimana negara itu memiliki reputasi yang panjang: dekat dengan Taliban.

Meski demikian, strategi untuk memunculkan pemimpin yang lebih moderat, lewat jalan tersebut, akan tak semulus yang diharapkan. Dalam suksesi kepemimpinan Taliban, calon potensial harus menoreh prestasi di mata pengikut mereka - dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan serangan teroris spektakuler atau penaklukan.

Penggantinya mungkin tak sesuai harapan AS

Kemegahan era Mullah Mansour adalah patokan yang harus dilampaui. Pengalaman menunjukkan bahwa Taliban mampu mencetak keberhasilan bahkan, tanpa keterlibatan kepemimpinan pusat.

Tanpa perlu instruksi dari pusat, para milisi Taliban tahu betul apa tujuan mereka yakni penggulingan pemerintah di Kabul dan penarikan semua pasukan asing, diikuti dengan pembentukan negara Islam, seperti yang telah mereka perjuangkan sebelumnya, di era 1990-an. Tujuan itu, tentunya bukan prospek yang menjanjikan untuk negosiasi perdamaian.

Amerika Serikat bersama pemerintah Afghanistan dan Pakistan mungkin sungguh-sungguh menginginkan tipe pemimpin yang berbeda, tetapi Taliban mungkin lebih cenderung untuk memilih pemimpin yang lebih tanpa kompromi: Mereka sudah melihat diri mereka sendiri berada di jalan menuju kemenangan. Serangan terhadap Mullah Mansour lebih merupakan tindakan keputusasaan ketimbang kalkukasi matang untuk memulai perundingan dari awal lagi dengan pemimpin Taliban yang baru.