1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penangkapan dan Antisipasi Pasca Serangan ke Konsulat AS

GD/fab (dapd, dpa, rtr, afp)14 September 2012

Pemerintah Libya menangkap empat orang pascaserangan berdarah di konsulat Amerika Serikat. Jerman juga memperketat keamanan perwakilan diplomatiknya di sejumlah negara.

https://p.dw.com/p/168ow
Gedung konsulat AS di Benghazi sasaran serangan. (Foto: ap)
Foto: dapd

Saat ini keempat lelaki itu sudah diamankan dan sedang diinterogasi, ujar Wakil Menteri Dalam Negeri Wanis al Sharif. "Mereka dicurigai ikut membantu serangan terhadap konsulat." Sharif tidak menyebutkan informasi lebih rinci.

Pimpinan Libya ingin menelusuri indikasi bahwa serangan di Benghazi bukanlah serangan kekerasan spontan, melainkan aksi terencana bertepatan dengan peringatan peristiwa serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Al Sharif mengatakan bahwa aksi di Benghazi itu merupakan rangkaian dua serangan yang terjadi pada waktu yang telah ditentukan. Selain gedung konsulat AS, penginapan rahasia aparat keamanan jadi sasaran penyerangan. Sedianya penginapan itu menjadi markas darurat aparat keamanan jika ada serangan mendadak.

Jerman Memperketat Pengamanan Perwakilan Diplomatik

Protes dengan kekerasan terhadap film yang menghina Nabi Muhammad SAW di berbagai negara Arab juga membuat Jerman memperketat pengamanan perwakilan diplomatiknya.

"Kami tentu juga mengkhawatirkan keamanan perwakilan diplomatik kami di negara-negara yang dilanda protes," kata Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle dalam acara pagi televise nasional Jerman. Tindakan pengamanan sudah dilakukan, tambahnya.

Protes Meluas Di Negara Arab

Kemarahan terhadap film itu memicu kerusuhan di berbagai negara Arab. Dilaporkan, aksi protes digelar di Iran, Mesir, Kuwait, Irak, Jalur Gaza dan Yaman. Kerusuhan di depan gedung kedubes AS di Sanaa, Yaman mengakibatkan empat orang tewas dan 34 orang cedera. Di sana terjadi bentrokan antara demonstran dan polisi, demikian dilaporkan aparat keamanan setempat. Presiden Yaman Abd Rabbo Mansur Hadi menyatakan terkejut dan prihatin atas serangan terhadap kedubes AS di ibukota.

Demonstran mengritik film "Innocence of Muslims" di Sanaa, Yaman. (Foto: Reuters)
Demonstran mengritik film "Innocence of Muslims" di Sanaa.Foto: Reuters

Di ibukota Mesir, Kairo, polisi membubarkan kerumunan demonstran di depan kedubes AS dengan gas air mata. Menurut keterangan kementerian kesehatan, lebih dari 200 orang terluka. Presiden Mohammed Mursy mengecam aksi kekerasan, tapi juga mengritik  'serangan' terhadap Nabi Muhammad SAW. Sementara itu Saudi Arabia mengecam film berkualitas rendah tersebut dan Iran mendesak agar pembuat film itu dihukum.

Perwakilan Diplomatik AS Perketat Pengamanan

Amerika Serikat menanggapi gelombang protes yang terjadi di depan gedung perwakilan diplomatiknya dengan memperketat pengamanan. Kementerian luar negeri AS menyatakan bahwa seluruh perwakilan diplomatiknya memberlakukan situasi waspada.

Dalam sebuah kampanye pemilihan di Colorado, Presiden Barack Obama mengatakan sudah memerintahkan tindakan pengamanan seluruh warganya di luar negeri. Sebelumnya Obama mengirimkan dua kapal laut tempur ke pesisir Libya.

Menteri Luar Negeri Hillary Clinton mengatakan bahwa pemerintah di Washington tidak terkait dengan pembuatan film itu. "Film itu menjijikkan dan tidak bermoral," kata Clinton. Ia menambahkan, karena Amerika Serikat memberlakukan kebebasan berpendapat, pemerintah di Washington "tidak mungkin" mencegah pembuatan film semacam itu.

Masih belum jelas, siapa yang membuat film yang menghina Nabi Muhammad itu. Orang yang diduga pembuat film itu, Nakoula Basseley Nakoula, sudah berada dalam pengamanan polisi di Amerika Serikat. "Tidak ada perlawanan ketika diamankan," kata jurubicara Sheriff Los Angeles. Nakoula menyangkal dirinya penulis skenario film itu, dengan nama samaran “Sam Bacile“.

Demonstran mengecam serangan konsulat AS di Libya. (Foto: Reuters)
Demonstran mengecam serangan konsulat AS di Libya.Foto: Reuters