1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penangkapan Oposisi di Bahrain

17 Maret 2011

Enam orang pendukung oposisi ditangkap di Bahrain, setelah aksi protes dibubarkan dengan kekerasan Rabu kemarin (16/03).

https://p.dw.com/p/10b2H
Foto: dapd

Pemerintah Bahrain menangkapi pembangkang hari ini (Kamis, 17/03). Sebelumnya, pemerintah Bahrain mendapat tekanan dari luar negeri agar mengakhiri tindakan brutal pemerintah ketika membubarkan aksi protes warga Syiah. Langkah pemerintah yang menyebabkan lima orang tewas dikecam sekutunya, Amerika Serikat dan menyebabkan kemarahan Iran. Lima aktivis Syiah dan seorang aktivis Sunni ditangkap malam kemarin. Demikian dikatakan Khalil Marzouk pemimpin gerakan aliansi oposisi Al Wefaq kepada AFP.

Penangkapan Pembangkang

Salah satu yang ditahan adalah Hassan Mashaima, pemimpin gerakan Syiah berhaluan keras "Haq" yang berusaha menggulingkan keluarga Sunni yang berkuasa 230 tahun, di negara yang sebagian besar penduduknya Syiah. Mashaima kembali ke Manama 26 Februari lalu setelah tuduhan teroris yang dijatuhkan kepadanya dicabut, sebagai bagian tawaran untuk berdamai dari pemerintah di waktu lalu. Aktivis dan anggota Haq, Abduljalil al Singace, yang dibebaskan Februari lalu setelah dipenjara enam bulan juga ditangkap malam kemarin. Bersama mereka pemerintah juga menahan aktivis kiri Ibrahim Sharif, demikian oposisi.

Superteaser NO FLASH Bahrain Perlenplatz in Manama
Pembubaran demonstrasi di Lapangan Mutiara (Rabu, 16/03)Foto: AP

Sejauh ini pemerintah belum membenarkan laporan tentang penangkapan itu. Empat pria tiba sekitar pukul dua pagi hari. Salah seorang dari mereka menempatkan pistol di kening suami saya dan memaksanya untuk ikut, sebelum kami sempat menelfon pengacara. Demikian dikatakan istri Sharif, Farida Gulam.

Pembubaran Demonstrasi

Aparat keamanan menggunakan gas air mata dan melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi pro demokrasi di Lapangan Mutiara, Rabu kemarin (16/03), yang menjadi hari paling berdarah sejak demonstrasi dimulai bulan lalu. Oposisi mengatakan, tiga demonstran tewas dalam aksi yang dilancarkan pemerintah. Sementara pemerintah mengatakan, dua polisi tewas akibat serangan pendukung oposisi yang menggunakan motor.

Bahrain Frau Reaktion auf Polizeiaktion
Seorang perempuan Bahrain menangis di tengah bentrokan antara penentang pemerintah dan polisi (16/03).Foto: dapd

Presiden AS, Barack Obama, yang negaranya merupakan sekutu dekat Bahrain, menyerukan Raja Hamad untuk menyatakan kekhawatiran. Sementara Perdana Menteri Inggris David Cameron menuntut Raja Hamad untuk menjalankan reformasi, bukan represi. Demonstran menuntut monarki konstitusional, mundurnya pemerintahan dan penghentian represi serta korupsi. Sedangkan kelompok Syiah yang lebih radikal seperti Haq menginginkan republik.

Raja Hamad menyatakan keadaan darurat selama tiga bulan Selasa lalu (15/03), dan ratusan tentara bersenjata telah tiba dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk membantu pemerintah Bahrain menindak demonstran. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menggambarkan situasi di Bahrain sebagai "menggelisahkan". Ia menambahkan, "Kami telah menyatakan kepada orang di tingkat tertinggi dalam pemnerintahan Bahrain, bahwa mereka menempuh jalan yang salah. Bahwa tuntutan reformasi politik dan ekonomi tidak dapat dijawab dengan kekerasan oleh aparat keamanan."

Tindakan Pemerintah

Schweiz USA Außenministerin Hillary Clinton in Genf UN-Menschenrechtsrat
Menlu AS Hillary Rodham ClintonFoto: dapd

Ketegangan antara Syiah dan Sunni di Bahrain juga menyebabkan kekhawatiran di antara negara Arab yang dipimpin Islam Sunni, bahwa Iran akan menyebabkan kerusuhan di negara kerajaan tersebut. Saat ini polisi dan tentara berada di berbagai lokasi di ibukota Manama. Desa-desa di sekitar Manama yang mayoritas penduduknya warga Syiah ditutup akibat munculnya laporan tentang bentrokan yang menyebabkan ratusan orang luka-luka.

Larangan keluar, dari sore hingga subuh ditetapkan di daerah bisnis Manama. Di samping itu, perjalanan dibatasi. Rumah sakit utama Manama ditutup polisi yang bersenjata senapan, sementara bank-bank dan perusahaan tidak berfungsi. Aktivis hak asasi mengatakan aparat keamanan mencegah warga yang cedera untuk tiba di rumah sakit, dan memukul tenaga medis yang berusaha mengangkut warga yang luka-luka dari jalan-jalan.

afp/rtr/cnn/Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih