1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penangkapan Wartawan Al Jazeera Bermotif Politik?

Kersten Knipp22 Juni 2015

Wartawan Al-Jazeera Ahmed Mansour ditangkap aparat keamanan di Berlin. Dasarnya perintah penangkapan internasional dari Mesir yang diduga bermotif politik dan disebut sudah ditolak Interpol.

https://p.dw.com/p/1Fkfy
Ahmed Mansour
Ahmed MansourFoto: picture-alliance/dpa/Al-Dschasira

Deutsche Welle melacak, bahwa penangkapan terhadap wartawan Al Jazeera Ahmed Mansour, Sabtu (20/06/15) petang, dilakukan berdasarkan perintah dari Kementrian Kehakiman Mesir. Tuduhannya: tahun 2011 silam wartawan ini terlibat aksi penyiksaan terhadap seorang pengacara di lapangan Tahrir. Secara in absentia wartawan kenamaan ini dijatuhi vonis 15 tahun penjara oleh pengadilan Mesir. Dia juga dituduh merampok dan memperkosa.

Mansour sudah membantah semua tuduhan. Stasiun televisi Al Jazeera pada situs resminya juga sudah menyatakan perintah penangkapan itu "berindikasi" sebagai upaya untuk merusak citra wartawan kenamaan tersebut. Ahmed Mansur kelahiran 1962 adalah anggota Ikhwanul Muslim, yang terus dikejar oleh kehakiman Mesir setelah tumbangnya rezim Husni Mubarak pada 2013.

Mansour adalah salah seorang jurnalis kenamaan dunia Arab. Ia amat vokal dan dalam acara "Bi la hudud" atau tanpa batas yang dipancarkan Al Jazeera kerap melakukan wawancara tajam dengan berbagai pihak, baik kaum konservatif maupun kelompok ekstrim. Belum lama ini ia mewawancarai Abu Mohamed al-Jolani pimpinan kelompok "jihadis" Al-Nusra-Front yang beroperasi di Suriah.

Mesir terus intimidasi kebebasan pers

Setelah digulingkannya pemerintahan terpilih dari Presiden Mohammed Mursi, pemerintahan baru di bawah Abdel Fatah Al-Sisi terus melakukan intimidasi terhadap para wartawan. Desember 2013, kehakiman Mesir menjatuhkan vonis hukuman berat kepada tiga wartawan Al Jazeera, Peter Greste asal Australia, Mohamed Fadel-Fahmy dan Baher Mohamed.

Tahun 2014 silam kehakiman Mesir mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Mansour dan meminta Interpol juga mengeluarkan perintah memburon. Tapi pada Oktober 2014 Al Jazeera melaporkan, Interpol menolak permohonan Mesir itu.

Daftar penangkapan dan vonis hukuman berat trerhadap wartawan di Mesir amat panjang. Amnesty International melaporkan saat ini sedikitnya 18 wartawan meringkuk di tahanan dan puluhan lainnya sedang dalam proses pengadilan. Pasal-pasal yang digunakan antara lain perang melawan terorisme dan keamanan negara.

Jerman merusak citra

Hingga kini Jerman belum melontarkan tuduhan resmi terjadap Ahmed Mansour terkait penahanannya. Semua pihak masih menunggu penjelasan resmi aparat kehakiman di Berlin. Aparat hukum di Jerman kini harus membuktikan, penangkapan wartawan Al Jazeera itu harus berdasar landasan hukum yang benar, dan bukan membantu sebuah rezim yang membungkam kebebasan pers atau kelompok oposisi politik serta bermotif keagamaaan.

"Kehakiman di Berlin dalam bentuk apapun tidak boleh menjadi pembantu sebuah rezim di Kairo yang menerapkan hukum secara sewenang-wenang," ujar Franziska Brantner.anggota parlemen dari Partai Hijau. Jika lembaga kehakiman di Berlin terbukti terlibat dalam praduga semacam itu, berarti citra Jerman sebagai sebuah demokratis akan runtuh. "Bukan hanya di Mesir melainkan di bagian luas negara-negara Arab," tegas anggota parlemen Jerman itu.