1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pencemaran Lingkungan di Cina

8 November 2006

Cina segera menjadi pencemar udara nomor satu – tetap belum ada kewajiban internasional

https://p.dw.com/p/CPW7
Limbah membuat salah satu sungai di Cina menjadi berwarna merah
Limbah membuat salah satu sungai di Cina menjadi berwarna merahFoto: AP

Kemacetan sehari-hari di Beijing. Lebih dari 2,5 juta kendaraan saling berdesakan di ibukota Cina. Pengendara mobil dengan gugup membunyikan klakson, banyak pejalan kaki dan pengendara sepeda seperti Li memakai masker. Mereka tidak mau menghirup asap motor yang tidak disaring terlebih dahulu.

“Di bagian barat dari Beijing ada sebuah pabrik baja. Di bagian timur ada pabrik kimia. Kebanyakan warga disini juga masih menghangatkan dirinya dengan batu bara pada musim dingin. Dapat dikatakan, bahwa ada banyak mobil yang mengeluarkan gas buangan ke udara, tetapi masih ada banyak alasan. pengawasannya pada mobil-mobil masih paling mudah dilakukan. Tetapi dibutuhkan banyak uang untuk memperbaharui sistem penyaring di pabrik-pabrik.” Demikian diungkapkan seorang warga Beijing.

Proses industrialisasi di negara-negara Barat yang berlangsung lebih dari 100 tahun berjalan dengan sangat cepat di Cina. Gabungan perusahaan minyak dan bahan baku pemerintah Cina mencari persediaan di seluruh dunia untuk mengamankan ‘boom’ investasi dan pembangunan. Akibat dari perkembangan yang sangat cepat ini, Cina menjadi salah satu pencemar udara terbesar dalam waktu singkat. Setelah Amerika Serikat, Cina merupakan negara yang mengeluarkan emisi CO2 paling banyak.

Cina mendapatkan sekitar 70% sumber energinya dari batu bara dan tenaga air. Walaupun Cina mendukung energi yang dapat diperbaharui dan juga ingin memberikan peran yang lebih besar bagi perlindungan lingkungan, pakar energi dan wartawan keuangan Mark Nicholls merasa skeptis tentang hal ini.

“Harus benar-benar dilihat, apakah proyek-proyek yang dilaksanakan dalam bidang perlindungan lingkungan untuk mengurangi efek rumah kaca juga dikerjakan dengan bersih dan jujur. Jika tidak, maka proyek-proyek ini kurang dapat dipercaya.”

Di Cina, tingkat korupsi semakin meningkat. Beban terhadap lingkungan tidak cukup diperhatikan dan pabrik-pabrik mengalirkan zat beracun ke sungai-sungai. Dengan uang suapan, orang menutup mata terhadap hal-hal ini. Di Cina, semakin jelas dampak dramatis dari kurangnya perlindungan lingkungan dan perubahan iklim. Semakin banyak orang yang terkena penyakit kanker akibat ketidaktahuan dan juga minum air yang tercemar karena kurangnya sumber air bersih. Di lebih dari sepertiga wilayah Cina turun hujan asam. Berhari-hari orang di kota tidak dapat melihat matahari karena pandangan mereka terhalang asap. Ditambah lagi, di bagian selatan yang memang kaya air, bencana banjir meningkat. Sementara di bagian utara yang selalu mengeluh kekurangan air, menjadi semakin kering