1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pendekatan antara Turki dan Armenia

12 Oktober 2009

Turki dan Armenia hendak menormalkan lagi hubungan setelah dibekukan selama 16 tahun. Tetapi kesepakatan yang dijalin di Swiss, masih ditentang keras di kedua negara.

https://p.dw.com/p/K4f5
Baha Güngör
Baha Güngör

Dibatalkannya pidato kedua menteri luar negeri Turki dan Armenia, Ahmed Davutoglu dan Eduard Nalbandian sebagai penutup upacara pendandatangan protokol untuk menormalkan kembali hubungan bilateral, merupakan bukti jelas, masih ada yang belum beres. Sebelum protokol yang ditandatangani di Zürich, Swiss, itu diratifikasi oleh parlemen di Ankara dan Yerevan, penentangan dan protes besar dari kelompok nasionalis di kedua negara, harus terlebih dulu diatasi. Sehari sebelum penandatanganan kesepakatan itu, sekitar 10.000 warga Armenia turun ke jalan di ibukota Yerevan.

Jadi, masih belum pasti apakah perbatasan yang ditutup oleh Turki tahun 1993 dan sangat penting bagi perekonomian Armenia, memang pasti akan dibuka kembali. Juga masih belum pasti apakah dan kapan hubungan diplomatik yang terputus akibat konflik Nagorno Karabach akan dapat dijalin kembali.

Yang jelas, Swiss sebagai penengah, dan Amerika Serikat, Rusia serta Perancis sebagai pendukung proses perdamaian yang banyak rintangannya ini, memang sudah meraih tahap yang penting. Pertanyaannya kini: Bagaimana kelanjutannya? Setiap kata harus dipertimbangkan masak-masak. Oleh sebab itulah kedua menteri luar negeri juga tidak 'memahkotai' tandatangan mereka dengan pidato yang meyakinkan, tentang keinginan menuju perdamaian. Menlu Armenia yang tidak mengemukakan tuduhan genosida terhadap Turki, atau menlu Turki yang tidak mengecam pendudukan wilayah Azerbaijan oleh Armenia, menanggung risiko kehilangan kredibilitas di negara mereka sendiri.

Uni Eropa yang diwakili oleh diplomat utamanya, Javier Solana, sebagai pengakuan bagi kesepakatan normalisasi itu, menjanjikan hubungan yang lebih baik. Tetapi justru 'imbalan' serupa itulah yang ditolak oleh kelompok nasionalis di kedua negara, sebagai 'pengkhianatan'. kelompok 'Elang' di Turki mengingatkan akan kematian 37 diplomat Turki akibat serangan kelompok teror Armenia ASALA yang dilakukan di seluruh dunia. Mereka juga mengingatkan agar tidak dilakukan pengkhianatan terhadap warga Azerbaijan. Bagi kelompok nasional Armenia dan mereka yang hidup di berbagai negara, normalisasi hubungan dengan Turki tidak dapat diterima, bila Turki tidak mengaku melakukan genosida terhadap warga Armenia tahun 1915-1917.

Para menlu kedua negara secara alot mengkaji tiap kata dalam protokol itu. Diperkirakan akan alot pulalah upaya untuk meyakinkan parlemen dan masyarakat di kedua negara. Hanya saja, kedua negara tidak boleh berpaling dari proses perdamaian. Sebaliknya yang diperlukan adalah dukungan selanjutnya dan bila perlu tekanan dari Uni Eropa, Amerika Serikat dan Perancis di mana terdapat sejumlah besar warga Armenia, termasuk juga Rusia. Masa 'perang dingin' di Eropa sudah lewat dan hendaknya itu berlaku pula bagi daerah di sekeliling benua Eropa.

Baha Güngör / Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Hendra Pasuhuk