1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

200511 Seeigel Augen

Agus Setiawan9 Juni 2011

Sejak 150 tahun lalu diketahui bahwa landak laut bereaksi terhadap rangsangan cahaya. Kini, sebuah tim peneliti internasional dapat menemukan posisi sel-sel pengindraan yang peka cahaya pada binatang laut ini.

https://p.dw.com/p/11XQL
Landak lautFoto: Enrique Arboleda

Para peneliti dari Universitas Bonn di Jerman bersama rekan-rekannya dari Norwegia, Swedia dan Italia, kini berhasil melacak keberadaan sel-sel peka cahaya pada landak laut yang diperkirakan tidak memiliki mata itu. Dengan keberadaan sel-sel khusus yang peka cahaya, landak laut memiliki kemungkinan dapat melihat pada satu arah.

Teknologi Rekayasa Genetika

Sebelumnya, juga dengan menggunakan mikroskop elektron, para peneliti tidak berhasil menemukan atau mengidentifikasikan posisi sel pengindraan cahaya pada landak laut. Peneliti evolusi dari Universitas Bonn, Esther Ullrich-Lüter, berhasil menyingkap rahasia posisi sel-sel peka cahaya yang disebut photo reseptor itu dengan bantuan teknologi rekayasa genetika. Kemungkinan menemukan reseptor cahaya itu, setelah pada tahun 2006 seluruh kode genom landak laut diuraikan.

Die Forscherin und Meeresbiologin Esther Ullrich-Lüter auf einem Boot
Esther Ullrich-LüterFoto: Anne Zakrzewski

Dengan begitu, peneliti evolusi biologi dari Universitas Bonn itu dapat secara terarah memilih sekuens genetika dari sel-sel bersangkutan, untuk menemukan reseptor yang dicarinya. Setelah peneliti evolusi itu berhasil menemukan di mana posisi reseptor peka cahaya tersebut, maka sel-selnya dapat dikenali di bawah mikroskop elektron.

Keterbatasan Kemampuan Mikroskop Elektron

Para peneliti sebelumnya tidak berhasil menemukan reseptor peka cahaya pada sel-sel landak laut. Penyebabnya struktur sel reseptor peka cahaya itu jauh lebih kecil dari perkiraan semula.

Selain itu, sebuah mikroskop elektron hanya dapat digunakan untuk melakukan penelitian dalam kawasan lokal yang amat kecil. Artinya, para peneliti harus mengetahui terlebih dahulu, di mana posisi sel yang akan ditelitinya. Esther Ullrich-Lüter akhirnya dapat menemukan reseptor peka cahaya itu pada ribuan kaki landak laut, yang biasanya digunakan binatang laut itu untuk mencengkram karang.

Fungsi Sel Pengindraan

Die Forscherin und Meeresbiologin Esther Ullrich-Lüter im Labor
Esther Ullrich-Lüter di laboratorium penelitiannyaFoto: Anne Zakrzewski

Dari temuannya, periset evolusi biologi di Universitas Bonn itu menarik kesimpulan, bahwa sel-sel pengindraan itu juga melaksanakan dua fungsi yang berbeda. Sel-sel peka cahaya dekat tubuh, berfungsi agar landak laut dapat melihat arah tertentu.

Esther Ullrich-Lüter menjelaskan, "Lewat tonjolan pada rangka dari unsur kapur, binatang ini dapat menghindari efek bayangan pada sel peka cahaya. Ini merupakan persyaratan bagi penglihatan secara terarah. Sebuah sel reseptor peka cahaya pada ruang bebas, memang dapat melihat apakah cahaya hidup atau padam, akan tetapi tidak dapat melihat dari mana datangnya cahaya."

Penemuan Lainnya

Untuk mengetahui bagaimana fungsi pencegah efek bayangan pada sel-sel peka cahaya itu, para peneliti melakukan riset menggunakan komputer tomografi mikro. Pada prinsipnya peralatan ini bekerja seperti komputer tomografi Röntgen untuk manusia, seperti yang digunakan di bidang kedokteran, namun dengan ukuran lebih kecil.

Dengan peralatan canggih ini, para peneliti dapat memecahkan berbagai rahasia lainnya dari sel-sel peka cahaya pada landak laut. “Bagaimana kenampakan sebenarnya dari cekungan? Di mana selnya berada? Semakin kecil bukaannya semakin besar sudut efek bayangan dari sel-sel bersangkutan yang berada di dalam cekungan tersebut," papar Esther Ullrich-Lüter.

Tergantung Usia

Pada landak laut dewasa sudut efek bayangannya dapat mencapai 272 derajat. Demikian temuan yang dilaporkan para peneliti. Sementara pada landak laut yang masih kecil keadaannya amat berbeda.

Saugfüßchen eines purpurnen Seeigels Strongylocentrotus purpuratus
Kaki landak lautFoto: Maria Ina Arnone

Penyebabnya adalah, "Jika masih amat muda, rangka dari unsur kapurnya belum terbentuk secara sempurna, jadi selnya belum berfungsi. Sehingga belum mampu mengidentifikasi, dari mana datangnya cahaya. Dari situ kami memperoleh petunjuk, bahwa sel-sel yang berada dekat tubuh untuk gerakan terarah menjauhi cahaya, bertanggung jawab untuk hal ini," ungkap Esther Ullrich-Lüter.

Seekor landak laut memiliki sekitar 1500 kaki semacam itu. Karena jumlahnya amat banyak, binatang ini dapat memperhitungkan dari arah mana datangnya cahaya matahari. Peneliti dari Universitas Bonn itu menyebutnya sebagai "efek mata yang kompleks".

Mengenali Skema Gelap Terang

Semua informasi yang masuk kemudian dirangkum oleh sistem saraf yang memiliki efektifitas tinggi seperti jaringan internet. Para periset bahkan memperkirakan, landak laut dapat mengenali skema gelap dan terang secara kasar.

Uji coba yang dilakukan peneliti lain, menunjukan buktinya. Seperti dijelaskan Esther Ullrich-Lüter, "Dalam sebuah tangki dilakukan uji coba. Sebuah piringan berwarna gelap diturunkan, dan binatangnya mendekati piringan ini. Diperkirakan landak laut dapat mengenali derajat tertentu gelap dan terang. Tapi tentu saja tidak sama dengan citra penglihatan seperti pada binatang menyusui."

Fabian Schmidt/Agus Setiawan

Editor: Luky Setyarini