1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penembakan dan Demo Warnai Keadaan Darurat

22 Januari 2014

Seorang pemimpin “kaus merah” pro pemerintah Thailand terluka akibat ditembak orang tak dikenal, seiring pemberlakuan keadaan darurat oleh pemerintah yang diabaikan pihak oposisi.

https://p.dw.com/p/1AvEK
Foto: Pornchai Kittiwongsakul/AFP/Getty Images

Pembawa acara radio lokal bernama Kwanchai Praipana, salah seorang tokoh dibalik aksi massa “kaus merah” dalam demonstrasi 2010 di Bangkok yang berakhir dengan tindakan berdarah yang dilakukan militer, terkena tembakan di bahu dan lutut oleh seorang pria tak dikenal, demikian pernyataan kepolisian.

“Kemungkinan motif penembakan adalah politik,” kata Kolonel Polisi Kowit Charoenwattanasak yang bertugas di Udon Thani, sambil menambahkan bahwa luka Kwanchai tidak membahayakan nyawanya.

Serangan terjadi bersamaan dengan pemberlakuan keadaan darurat di Bangkok dan wilayah sekitarnya, sebagai respon atas aksi massa yang ingin memaksa Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mundur dari jabatannya.

Kaus Merah secara luas dikenal setia kepada saudara laki-laki Yingluck yakni Thaksin Shinawatra, yang terjungkal dari jabatan perdana menteri lewat kudeta militer tujuh tahun lalu dan kini tinggal di pengasingan Dubai, karena menghindari hukuman penjara atas tuduhan korupsi.

Meski mereka selama ini masih belum merespon demonstrasi kelompok oposisi, para pemimpin Kaus Merah telah memperingatkan bahwa para pendukung mereka akan bangkit jika pemerintahan yang mereka dukung ini dijatuhkan lagi dari kekuasaan.

Yingluck kini di bawah tekanan kuat untuk mundur setelah lebih dari dua bulan aksi unjuk rasa yang bertujuan menggulingkan pemerintahannya yang terpilih lewat pemilu, dan menggantikannya dengan “Dewan Rakyat” yang akan ditunjuk.

Lanjutkan unjuk rasa

“Kami mengindahkan pemberlakuan keadaan darurat dan akan terus melanjutkan protes kami sebagaimana biasanya,“ kata juru bicara demonstran Akanat Promphan.

“Itu menunjukkan bahwa pemerintah mulai putus asa karena momentum kini berpihak kepada kami.”

Sembilan orang dilaporkan tewas dan ratusan terluka akibat serangan granat, yang dipicu penembakan dan bentrokan jalanan sejak demo dimulai pada akhir Oktober lalu.

Protes ini dilatari perjuangan bertahun-tahun kelompok yang setia kepada kerajaan melawan Thaksin, seorang konglomerat politisi yang mendapat dukungan dari masyarakat kelas bawah.

Pemberlakuan 60 hari keadaan darurat telah memberi kekuasaan luas kepada pasukan keamanan.

Dekrit ini terakhir diberlakukan pemerintah sebelumnya selama demo “Kaus Merah” 2010. Saat itu, lebih dari 90 orang tewas dan hampir 1.900 lainnya terluka akibat tindakan keras tentara yang menembakkan peluru tajam ke kerumunan massa.

Menahan diri

Tapi pemerintahan Yingluck mengatakan bahwa, supaya kejadian itu tidak terulang, ia tak berencana memberlakukan jam malam, melarang orang berkumpul atau menyensor media.

”Dekrit itu dimaksudkan sebagai penghalang. Dalam cara yang tidak perlu menggunakan kekerasan, kekuatan dan menahan diri…,“ kata Menteri Luar Negeri Sihasak Phuanggetkeow.

Yingluck telah menyerukan percepatan pemilu pada 2 Februari mendatang sebagai jalan tengah untuk memecahkan kebuntuan politik, tapi kelompok oposisi terbesar menolak tawaran itu.

Komisi Pemilihan Umum telah meminta Mahkamah Konstitusi untuk menunda pemilihan umum terkait kerusuhan terakhir, setelah pemerintah menolak seruan pengunduran jadwal pemilu.

ab/vlz (afp,ap,rtr)