1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengaruh Partai pada Perusahaan Besar di Cina

8 Agustus 2012

Partai politik Cina memiliki pengaruh besar terhadap dunia insustri. Salah satu sasaran kebijakannya adalah menyarap teknologi asing.

https://p.dw.com/p/15lvG
Nexen's Galaxy IIIFoto: Reuters

Tahun 2011, sekitar 70 perusahaan Cina tercatat dalam daftar Fortune Global 500 atau 500 perusahaan terbesar di dunia. Tiga diantaranya bahkan berada di urutan 10 besar. Salah satu ciri khas perusahaan besar di Cina adalah: dekat dengan Partai Komunis Cina. Mereka saling terkait dan berperan besar dalam melaksanakan tujuan kebijakan. Posisi pimpinan industri raksasa negara diduduki orang-orang dari departemen organisasi partai yang berkuasa.

“Badan eksekutif manajemen perusahaan besar diduduki menteri,“ papar Doris Fischer, pengamat perekonomian Cina dari Universitas Würzburg. Secara keseluruhan, sepertiga posisi pimpinan perusahaan negara terisi oleh orang-orang partai. Sebagai jabatan tambahan, para pimpinan perusahaan besar itu juga duduk di Komitee Pusat Partai Komunis yang saat ini terdiri dari 204 anggota.

Manajer pada Garis Partai

Bahkan bila sudah meninggalkan perusahaan negara, atas persejutuan organisasi partai, karier mereka tetap dapat berlanjut sebagai eksekutif senior. Dengan demikian, partai memastikan, bahwa kebijakan para manajer perusahaan tak bertentangan dengan garis partai, demikian kutipan sebuah kajian yang dilakukan Kongres Amerika Serikat pada Oktober 2011. Salah satu penulis studi itu, Cole Kyle, menekankan, “Saat ini waktunya bukan lagi seperti pada masa ekonomi terencana, partai juga tak mengurus keputusan satu per satu. Namun jika menyangkut kepentingan strategis apa bagi partai dan negara, harus mereka mengikuti garis partai dan bukan pada apa yang terbaik bagi perusahaan itu.“

VW will Absatz in Südchina verdreifachen
VW will Absatz in Südchina verdreifachenFoto: picture-alliance/dpa

Studi AS tersebut memaparkan: “Perusahaan ngara merupakan alat penting bagi politik pemerintah. Pemerintah memanfaatkan perusahaan negara untuk membuat perubahan struktural di tatanan perekonomian Cina, di bidang teknologi dan mendapatkan bahan baku dari luar Cina.

Teknologi, Penyerapan dan Penemuan Baru

Kata kunci teknologi: Pembangunan Nasional dan Komisi Reformasi Cina atau NDRC melakukan perencanaan yang tepat, menetapkan teknologi mana yang harus diimpor dan dikembangkan. Setelahnya, menetapkan rencana jangka menengah dan jangka panjang bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknik. Di dalam kebijakan digariskan mengenai taktik politik dan pelaksanaan. Mengenai taktik antara lain ditetapkan: memperkuat pelaksanaan impor teknologi, penyerapannya dan penemuan baru.“

Sebagai contoh praktis, kereta api cepat Cina. Tahun 2004, kementerian perkeretaapian Cina mendapat tawaran 200 kereta berkecepatan tinggi. Sebagian besar tender itu dimenangkan perusahaan Kawasaki dari Jepang. Tapi setelah 60 kereta disepakati dealam rangka joint venture dengan bekerjasama dengan perusahaan CRS Sifang di Provinsi Sandhong, timur Cina, selesai pengirimannya, Cinapun memutuskan kontrak kerjasama dengan Kawasai. Pabrik di Sandhong tersebut kemudian tiap tahun memproduksi 200 kereta serupa.

Wakil pimpinan bidang teknik Luo Bin tahun 2010 mengatakan, bentuk luar kereta itu mungkin sama, tapi teknik bagian dalamnya berbeda. Pada saat yang sama ia mengakui, dalam dua tahun setelah bekerjasama dengan Kawasaki, mereka telah memroses teknologi „Kawasaki“ sepenuhnya.

Banyak Cara Transfer Teknologi

Hal serupa menimpa pula perusahaan otomotif Jerman VW, sebagaimana diberitakan harian "Handelsblatt". Setelah bermitra dengan perusahaan Cina FAW tahun 2010 membangun ulang mesin motor untuk VW Golf dan Polo, baru-baru ini diketahui bahwa mitranya tersebut juga berhasil memperoleh know-how untuk sistem transmisinya.

Pakar ekonomi, Doris Fischer menganalisa metode pihak Cina sebagai berikut: „kesuksesan model perekonomian Cina terletak pada titik bagaimana memimpin harga pasar. Kita dapat mempengaruhi pasar dunia lewat harga namun tidak lewat kepemimpinan teknologi.”

Matthias von Hein/Purwaningsih

Editor: Kostermans