1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obat Baru Menyontek Sistem Kekebalan Serangga

Mabel Gundlach23 November 2013

Sejak awal millennium, kepik Asia berkembang biak dengan cepat di Jerman, menggeser populasi kepik lokal. Keunggulan semacam ini tengah diteliti untuk pengembangan obat.

https://p.dw.com/p/1AMz7
Foto: DW

Kepik Asia, ulat bulu dan kumbang Eropa. Ketiga binatang tersebut punya banyak keunggulan. Pakar serangga Andreas Vilcinskas dari Universitas Gießen mengungkapkan, ketiganya paling sukses dalam evolusi.

"Sukses tentu ada penyebabnya. Salah satunya, serangga mampu memproduksi molekul yang dapat melawan musuh atau enzim yang dapat beradaptasi pada sumber makanan. Keragaman molekul inilah yang kami teliti untuk kemaslahatan manusia," jelas Vilcinskas.

Kandidat mana yang paling potensial? Nomor satu: Kepik Asia. Sama seperti kepik Eropa, mangsa utamanya adalah kutu daun.

Para peneliti menemukan resep sukses perkembangbiakkan kepik Asia. Darah kepik Asia beracun, hingga tidak dimangsa oleh serangga lain.

"Idenya, membandingkan jenis yang invasif seperti kepik Asia, serta membandingkan sistem kekebalan tubuhnya dengan yang tidak invasif. Dengan cara itu kami menemukan sesuatu," ungkap sang peneliti.

Melawan tuberkulosis dan malaria

Mula-mula darah kepik Asia atau hemo-limfositnya diekstraksi. Kepik tetap hidup meski diberikan rotasi sesaat. Sampel darah kepik dioleskan pada lapisan agar-agar. Lalu selama 24 jam dimasukkan lemari hangat.

Hasilnya menakjubkan. Unsur Harmonin dari darah kepik tidak memungkinkan bakteri hidup. "Harmonin sudah kami ujicoba, dan ampuh melawan bibit penyakit TBC dan juga Malaria. Kini unsur aktif itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan obat TBC atau Malaria," tutur Vilcinskas.

Kandidat nomor dua: Ulat bulu, yang kebal gangren. Ulat ini memiliki enzim yang membunuh bibit penyakit. Kembali Vilcinskas menjelaskan: "Sebuah molekul dari ulat bulu ini, sekarang berada dalam tahapan riset klinik untuk pengembangan obat baru dengan keampuhan unik."

Peneliti Mark Salzig dari Universitas Gießen bersama para pakar bioteknologi memicu molekul untuk tumbuh dalam sebuah bioreaktor, yang kondisinya sama dengan di instalasi serupa di industri. Unsur aktif antibiotikanya kemudian dibubuhkan pada agar-agar.

Kumbang penggali kubur masuk dalam daftar spesier terancam punah di Amerika Serikat
Kumbang penggali kubur masuk dalam daftar spesier terancam punah di Amerika SerikatFoto: DW

Masih dalam tahap pengembangan

Salzig memaparkan sudah sampai mana penelitiannya berjalan, "Kami relatif sudah cukup jauh. Dalam waktu dekat akan kami ujicoba pada model kulit. Tapi farmasi masih perlu waktu, sebelum dapat sampai tahap penggunaan."

"Meski sudah ada perusahaan farmasi besar yang menyatakan berminat, dan mengembangkan bersama hingga produk final," tambahnya.

Kandidat nomor tiga: Kumbang penggali kubur. Para peneliti mempelajari bagaimana serangga ini mengawetkan makanannya. Jika menemukan bangkai tikus, kumbang akan menguburnya, melapisi dengan ludahnya, agar makanan itu awet.

Para peneliti terus mengejar kumbang yang lebih suka mengubur diri ini. "Kami mencoba, bagaimana bisa memperoleh enzim kumbang tersebut. Bagi industri makanan dan teknik itu sangat menarik," kata Andreas Vilcinskas.

Pemenang lomba belum ada. Yang jelas, banyak serangga punya keunggulan yang bisa dimanfaatkan. Para ilmuwan hanya harus teliti dan sabar untuk menemukannya.