1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

hhh

Ketika sebagian besar sedang tertidur lelap, ia malahan bekerja. Heiko Janssen, manusia malam, mencintai musik dan gemar mengendarai mobil. Sebagai sopir taksi, dia bisa menggabungkan kedua kegemaran ini.

https://p.dw.com/p/NKGZ

Sudah hampir 20 tahun Heiko tinggal di Berlin, membiayai hidupnya dengan bekerja sebagai sopir taksi. Apabila ditanya, mengapa ia mau meninggalkan kota kelahirannya, Aurich yang kecil dan hanya berpenduduk 50.000 jiwa di Ostfriesland, untuk pindah ke Berlin, maka ia menjawab, itu hanya karena keragaman budaya yang ditawarkan kota besar ini, terutama gemerlapnya kehidupan malam. Dan sejak tahun 1980 daya tarik kota itu tak pernah memudar di mata pria berusia 45 tahun ini.

Ketika masih muda, ia sering mengunjungi Balai Kaum Remaja di kotanya. Di sana ditayangkan juga film-film khusus yang tidak diputar di bioskop kota. Di Balai Kaum Remaja juga dibuat pertunjukan konser. Namun lambat laun kota Aurich yang berpenduduk hampir 50.000 jiwa baginya tidak lagi menarik.

Aurich Terlalu Kecil

Gesichter Deutschlands HeJaP3
Berlin, kota impiannyaFoto: DW

Janssen minggat ke Berlin. Di mata kedua orangtuanya, setelah pindah ke ibukota, Heiko hanya hidup luntang-lantung. Sebentar ia bekerja di sini, sebentar lagi di sana, tapi selebihnya ia hanya menikmati hidup kota besar. Tahun 1993 cita-cita yang yang sudah lama ia idamkan menjadi kenyataan – dia berhasil memperoleh surat izin mengemudi taksi. Sejak itu dia menjadi sopir taksi. Kebiasaan mengemudi sudah berakar dalam keluarganya. Ayahnya seorang sopir bis. Bagi Janssen pada waktu mengendarai taksi, ada nuansa kebebasan: tak ada bos yang duduk mengawasi dari belakang. Dia bisa memutuskan sendiri kapan mau bekerja, berapa lama, kapan harus beristirahat dan mau ke mana.

Mengemudi Taksi untuk Kebebasan

Janssen mengemudi taksi di malam hari. Namun dia termasuk “pengemudi bisu”. Itu tidak berarti bahwa dia tidak bercakap-cakap dengan penumpangnya. Dalam bahasa dunia pertaksian, “bisu” di sini berarti radio komunikasi di taksi tidak dinyalakan. Baginya itu pun tidak penting. Karena sebelum pergi bekerja, terlebih dahulu dia membolak-balikkan harian kota untuk melihat, event apa yang sedang digelar di kota, misalnya pameran atau konser besar atau mungkin ada DJ ternama yang tampil di klub tertentu. Jadi lokasi kerjanya pun disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

Dengan begitu dia memilih sendiri penumpangnya dan bisa menghindari stres. Karena menurut Janssen, di siang hari suasananya sungguh lain. Acapkali dia mengangkut penumpang yang harus cepat-cepat ke lapangan terbang dan dikejar-kejar waktu. Kalau malam hari suasananya sedikit lebih santai. Mengemudi pun jadi lebih tenang karena jalan-jalan tidak sepadat siang hari.

Heiko punya sejumlah alasan mengapa dia lebih suka mengemudi taksi malam hari. Dia adalah manusia malam. Dia lebih suka tidur lebih lama di siang hari dan pergi bekerja antara pukul 9 malam hingga 6 pagi. Meskipun bekerja malam hari hubungan dengan pacarnya, Barbara, tetap harmonis. Sudah lebih dari 10 tahun keduanya hidup serumah. Pacarnya bekerja di rumah dan baginya tak jadi masalah kalau Heiko mengemudi taksi di malam hari. Barbara sendiri bekerja mandiri dan tahu membagi bagi jam kerjanya. Karena itu hubungan mereka berjalan mulus, katanya memberi penjelasan.

Berapa lama Janssen tidur, itu tergantung dari lama jam kerjanya. Namun pada umumnya dia tidur hingga jam 1 siang. Jarang sekali dia sarapan. Di “pagi hari”, begitu istilah yang disebutnya, dia harus minum teh. Ini sangat penting. Sebagai seorang warga Ostfriesland, dalam sehari paling kurang dia minum teh 3 kali, yakni teh Ostfriesland, suatu campuran dari berbagai teh hitam dengan aroma khas Inggris. Setelah itu baru dia santap siang bersama pacarnya. Pada waktu ditanyai, makanan apa yang paling dia sukai, dia menjawab, “Semua yang dihidangkan oleh pacar saya.” Namun seandainya pacarnya harus keluar kota karena dinas, maka dia memasak masakan kegemarannya yang sudah dikenalnya sejak kanak-kanak, yakni kentang, daging sosis goreng dan sauerkraut.

“Sejak dulu saya ingin jadi sopir”

Gesichter Deutschlands HeJaP2
Mengendarai mobil dan mendengarkan musik, tidak bisa lepas darinyaFoto: DW

Makanan kegemaran dan teh Ostfriesland adalah dua hal yang mengingatkan Janssen akan daerah asalnya. Selain itu dia juga pergi mengunjungi orang tuanya dua atau tiga kali dalam setahun. Namun tak ada lagi kontak dengan teman-teman di masa mudanya. Yang tetap tersisa hanyalah cintanya pada musik. Di apartemennya di Friedrichshain, Berlin, dia memiliki koleksi piringan hitam. Kadang-kadang dia tampil sebagai DJ di club milik temannya. Itu dilakukannya sejak 5 tahun lalu, sejak dibukanya club itu.

Mengemudi mobil dan musik – keduanya memang benar-benar cocok dengan kepribadian Heiko Janssen. Di Ostfriesland dulu dia memang sudah punya profesi yang berkaitan dengan mobil atau di temapat ia bisa menikmati musik. “Sejak di Ostfriesland dulu saya sudah menjadi seorang sopir. Dan sekarang saya jadi pengemudi taksi,” ungkapnya sambil menikmati alunan musik yang terdengar di belakang...


Carlos Albuquerque/Samuel Limahekin
Editor: Yuniman Farid