1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penghargaan 'Fake News' Ala Trump Menuai Kritik

18 Januari 2018

“Perang” antara Trump dan media AS mencapai puncaknya ketika Rabu (17/01/18), Presiden AS itu mengumumkan 10 media pemenang “Fake News Awards”. Media pun bereaksi dengan merilis cuitan serangan Trump selama 52 minggu.

https://p.dw.com/p/2r3YN
Donald Trump Telefon Daumen hoch
Foto: Reuters/J. Ernst

The New York Times berada di urutan pertama "pemenang” Fake News Awards versi Presiden Trump lewat tulisan ekonom pemenang hadiah nobel, Paul Krugman. Trump menyebutkan bahwa pria yang kerap menulis kolom opini di The New York Times tersebut, berhak mendapuk posisi pertama karena pernah menuliskan "pada hari bersejarah Presiden Trump, kemenangan pemilihan di mana ekonomi tidak akan pernah pulih.” Pada laman situs yang ditautkan Trump pada cuitannya, ia mencantumkan bahwa bursa saham menyentuh rekor tertinggi di era-nya.

CNN mendapatkan empat penghargaan sekaligus lewat berbagai pemberitaan mulai dari informasi bahwa Trump dan putranya, Donald Trump Jr. yang memiliki akses ke dokumen di WikiLeaks hingga bantahan mantan direktur FBI James Comey terkait klaim Trump yang menyebutnya tidak diselidiki. Seluruh daftar media beserta acuan tulisan yang dimaksudkan Trump sebagai berita bohong diumumkan lewat akun Twitternya. Cuitan tersebut disertai tautan ke laman milik Partai Republik, yang sempat sulit diakses setelah 90 menit diterbitkan. 

Disebut palsu, media daftar 'serangan Trump'

Bukan hal yang mengejutkan ketika nama-nama media mainstream ini masuk dalam daftar "Fake News Awards” versi Trump. Sejak awal memerintah, Trump sudah menabuh genderang perang dengan media-media yang mengkritik pemerintahannya. Selain menuduh secara langsung pada saat konferensi pers, Trump juga pernah mencuit tentang media yang disebutnya bohong pada Februari 2017 lalu sebagai musuh warga Amerika Serikat.

Komite Perlindungan Wartawan (CPJ) bereaksi dengan menyebutkan bahwa 'ancaman' dari wartawan dan adanya kebebasan pers bukan alasan bersenang-senang. Lewat akun Twitternya, CPJ turut merilis daftar serangan Trump kepada media yang dicuitnya nyaris setiap minggu, sambil mengomentari bahwa "Atas kinerja yang meremehkan kebebasan pers global, PEMENANGNYA adalah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump."

Trump ikuti gaya Stalin

Tak hanya media yang bereaksi, Senator Arizona, Jeff Blake turut mengecam Trump karena secara berulang-ulangnya menyerang media dan menggunakan ungkapan yang mengingatkan pada diktator Soviet Josef Stalin. Kritik ini disampaikan menanggani niat Trump yang ingin mengumumkan "Fake News Award“ sejak 8 Januari lalu. Ia menyebut "Ketika seorang tokoh berkuasa secara refleks menyebut setiap pers yang tidak sejalan dengannya sebagai 'berita palsu', pihak tersebutlah yang seharusnya dicurigai, bukan pers," kata senator Republik dihadapan Senat seperti dikutip dari AFP.

"Ini adalah bukti kondisi demokrasi kita bahwa presiden kita sendiri menggunakan kata-kata yang dengan cerdik diucapkan oleh Joseph Stalin untuk menggambarkan musuh-musuhnya," ungkap Blake lebih lanjut mengacu penggunaan frase "musuh rakyat" yang digunakan Trump untuk menggambarkan pers.  

Serangan Flake atas Trump menyusul kritik pedas yang disampaikan Senator Arizona dari Partai Republik lainnya, John McCaim.  "Trump melanjutkan serangannya yang tak henti-hentinya terhadap integritas wartawan Amerika dan outlet berita, "ujar McCain pada kolom opini yang dituliskannya di Washington Post. "Ini menjadi perlindungan bagi rezim represif yang mengikutinya."

Pengikut Trump di Suriah dan Filipina

Pasca seruan 'Fake News' gencar disuarakan Trump, beberapa pemimpin dunia juga menggunakan metode yang sama. Presiden Suriah, Basyar al-Assad pernah mengatakan bahwa tuduhan media yang menyebutkan bahwa telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia di sebuah penjara militer di Suriah sebagai "berita palsu".

Selasa (16/01), Presiden Rodrigo Duterte mengomentari penutupan berita online Rappler yang disebut Securities and Exchange Commission (SEC) telah melanggar Konstitusi dan peraturan perusahaan. Duterte menyebut situs tersebut sebagai "berita palsu" yang menerbitkan kisah "penuh dengan sindiran dan kepalsuan."

"Karena Anda adalah outlet berita palsu, maka saya tidak terkejut bahwa artikel Anda juga palsu," katanya. "IKLAN Anda (Rappler) tidak hanya melempar kertas toilet. Anda membuang kotoran pada kami. Kamu sudah pergi terlalu jauh," tambahnya.

ts/vlz (dpa, afp, reuters)