1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengusaha Jerman Langgar Embargo Iran

Sven Pöhle24 Juli 2013

Empat orang diajukan ke pengadilan di Hamburg karena melanggar embargo perdagangan terhadap Iran. Sistem pengawasan perlu diperbaiki.

https://p.dw.com/p/19Daz
An Iraqi money dealer counts Iranian rial banknotes in Baghdad, February 3, 2012.
Iran SanktionenFoto: A.Al-Saadi/AFP/GettyImages

Empat orang, Kianzad K, Ghomali K, Hamid Kh dan Rudof M didakwa secara sengaja melanggar embargo Iran. Proses pengadilan di Hamburg dimulai hari Rabu (24/7). Ke-4 orang itu dituduh menjual perangkat yang bisa digunakan untuk instalasi atom kepada sebuah perusahaan Iran. Perusahaan ini membangun reaktor nuklir Arak, yang diduga bisa juga digunakan untuk memproduksi senjata atom.

Sanksi Perdagangan

Amerika Serikat dan Uni Eropa memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran, terutama di sektor energi dan perbankan. Selain melarang impor minyak sejak akhir 2012, Uni Eropa juga melarang impor gas bumi dari Iran. Semua bank di Eropa dilarang melakukan transaksi dengan bank Iran. Embargo perdagangan meliputi sektor jasa, teknologi dan semua barang yang berhubungan dengan teknologi nuklir dan militer.

Sekalipun ada sanksi yang ketat, Jerman merupakan mitra dagang penting Iran, disamping Cina, India, Uni Emirat Arab dan Korea Selatan. Tahun 2012, ekspor Jerman ke Iran mencapai voluime 2,5 miliar Euro.

Tidak mudah menentukan barang apa saja yang boleh dijual ke Iran. Sebab banyak barang dan peralatan bisa digunakan untuk keperluan sipil maupun keperluan militer. Michael Tockus dari Kamar Dagang Jerman-Iran menerangkan, contohnya, bahan penambal gigi yang mengandung logam ,tidak boleh dijual ke Iran. Karena kandungan metalnya terlalu tinggi.

Sistem Pengawasan

Semua ekspor ke Iran harus dilaporkan ke kantor pajak. Selain itu, banyak perusahaan yang berbisnis dengan Iran mendaftarkan diri ke Dinas Pengawasan Ekspor BAFA. Mereka harus mendapat surat ijin perdagangan. Sebaba ada juga larangan untuk melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan tertentu, misalnya perusahaan pemerintah atau perusahaan milik militer Iran. Jadi, pengusaha Jerman yang ingin menjalin bisnis dengan Iran, harus tahu perusahaan mana saja di Iran yang masuk daftar hitam.

Tapi Michael Spaney dari organisasi Stop The Bomb menerangkan, pengawasan itu mudah untuk dilanggar. "Menurut informasi yang kami miliki, relatif gampang melakukan bisnis ilegal dengan Iran.". Perusahaan Iran biasanya mencari warga keturunan Iran yang punya paspor Jerman, lalu mereka diminta mendirikan perusahaan sesuai undang-undang Jerman. Kemudian perusahaan ini digunakan untuk bisnis terselubung.

Ada perusahaan yang dulu milik militer Iran, kemudian berganti nama dan memasang warga Jerman sebagai pengurusnya. Trik lain adalah, mengirim barang ke negara lain sebagai tujuan ekspor, misalnya ke Turki, sebelum kemudian dibawa ke Iran.

Hal inilah yang dilakukan ke-4 terdakwa yang sekarang sedang diadili di Hamburg. Mereka mengirim barang ke Turki dan Azerbaijan lewat jalan darat. Tapi menurut Spaney, barang-barang itu kemudian di bawa ke Iran.

Banyak Pelanggaran

Menurut majalah berita Focus, tahun lalu terjadi makin banyak pelanggaran di Jerman atas larangan ekspor senjata. Kantor Pajak sedang mengusut 136 kasus dari tahun lalu, 35 kasus lebih banyak dari tahun sebelumnya. 75 persen dari kasus ini berkaitan dengan Iran.

Tapi Michael Tockus dari Kamar Dagang Jerman-Iran membantah makin banyak perdagangan ilegal. Tidak semua pengusutan berakhir dengan gugatan di pengadilan. "Di Jerman hanya ada beberapa kasus yang akhirnya masuk ke pangadilan", tandasnya.