1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penyergapan Kapal Bantuan ke Gaza

2 Juni 2010

Serangan satuan elit Israel terhadap konvoi kapal bantuan untuk Gaza adalah langkah yang keterlaluan dan merusak citra Israel sendiri.

https://p.dw.com/p/Nfzc
Rekaman militer Israel saat pasukan elit diturunkan ke kapalFoto: AP

Harian Perancis Le Monde menulis:

Dipandang dari berbagai aspek, operasi khusus yang dilaksanakan militer Israel adalah bencana. Pertama, hal ini adalah tragedi kemanusiaan. Beberapa orang tewas tertembak. Kedua, peristiwa ini merupakan bencana diplomatis. Karena serangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan itu dilakukan di daerah perairan internasional. Ketiga, aksi ini adalah sebuah bencana politis. Karena sekarang makin gamblang terlihat, betapa tidak adilnya blokade yang dilakukan terhadap Jalur Gaza. Blokade ini tidak mencapai satu pun tujuan awalnya. Kelompok Hamas tidak menjadi makin lemah, malah sebaliknya. Serdadu Israel Gilad Shalit yang diculik Hamas tahun 2006 tidak dibebaskan. Sulit dimengerti, mengapa pemerintah Israel tidak segera mencabut blokade yang tidak punya landasan hukum ini.

Harian Perancis lain, L'Alsace menilai, kecaman terhadap Israel masih belum cukup. Harian ini menulis:

Mari kita bayangkan sejenak, jika Iran dan bukan Israel, yang melakukan serangan terhadap rombongan enam kapal di perairan internasional. Rombongan kapal ini bermaksud menembus blokade yang diputuskan secara sepihak. Blokade ini tidak punya landasan hukum. Mari kita bayangkan, Iran kemudian melakukan operasi militer secara berlebihan, menewaskan beberapa orang sementara puluhan orang luka-luka. Dalam hal ini, masyarakat internasional tampaknya tidak hanya akan mengeluarkan kecaman-kecaman biasa seperti yang sekarang dilakukan terhadap Israel. Masyarakat internasional akan sibuk meninjau kemungkinan penjatuhan sanksi, termasuk sanksi militer. Dan Israel akan menjadi negara pertama yang menuntut sanksi semacam itu.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung berkomentar:

Mengapa operasi militer Israel terhadap konvoi bantuan bagi Gaza kemudian berubah menjadi bencana? Ada dua kemungkinan yang bisa menerangkan hal itu. Kemungkinan pertama, operasi khusus itu berkembang tidak terkendalikan, karena satuan elit militer salah memperkirakan situasi. Dalam hal ini, seharusnya Israel meminta maaf. Kemungkinan kedua, ada pihak yang sengaja menyulut aksi militer itu untuk menggagalkan kelanjutan perundingan perdamaian. Yang jelas, dengan aksi tersebut posisi pemerintah Israel makin sulit. Dalam hubungan diplomatis, Israel makin terisolasi. Perlu ditunggu, apakah Israel mau memenuhi tuntutan dari banyak pihak dan mengijinkan pemeriksaan independen terhadap kasus ini.

Harian Italia Corriere delle Sera menyoroti posisi Amerika Serikat dan sebagai mitra dekat Israel dan menulis:

Presiden Barack Obama harus tetap menjaga hubungan dengan Israel dan pada saat yang sama mempertahankan citra sebagai penengah. Ia harus tetap memperhatikan realita internasional. Para pengeritik Israel kini bersuara makin lantang. Obama perlu memperhatikan situasi politik dalam negeri Amerika Serikat sekaligus memahami kepentingan keamanan Israel. Strategi resmi Amerika Serikat saat ini adalah menjaga keseimbangan. Doktrin baru ini ingin memperluas konsensus di kawasan krisis dengan melibatkan negara-negara seperti Turki, yang bisa berfungsi sebagai jembatan. Namun dalam beberapa hari terakhir, hubungan Turki dan Israel makin memburuk.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Ayu Purwaningsih