1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perancis Siap Tambah Pasukan ke Libanon

25 Agustus 2006

Pasukan baret biru PBB sering tidak berdaya menghadapi aksi kekerasan. Perancis sekarang menuntut mandat yang tegas untuk misi ke Libanon.

https://p.dw.com/p/CJbd
Presiden Chirac berpidato di televisi tentang peran Perancis di Libanon
Presiden Chirac berpidato di televisi tentang peran Perancis di LibanonFoto: AP

Sebagian pengamat menilai, pasukan perdamaian Libanon saat ini hanya macan ompong. Sejak bertugas tahun 1978, sudah 250 anggota pasukan PBB ini yang tewas dalam tugas. Sementara mereka sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa melihat saja. Dalam pidatonya, presiden Jacques Chirac menegaskan kembali kesediaan Perancis menambah kontingen pasukan sampai 2000 orang. Chirac tidak menyebut kapan, tapi ia dua kali menegaskan, ada syarat yang harus dipenuhi oleh PBB.

Jacques Chirac: „Kalau tuntutan-tuntutan yang diajukan Perancis dipenuhi, maka Perancis akan mengirimkan pasukan.“

Tuntutan utama perancis adalah: PBB harus memberi mandat tegas sehingga pasukanm perdamaian, kalau perlu, bisa aktif dalam situasi konflik. Maksudnya, pasukan PBB harus punya ijin mengerahkan kekuatan senjatanya, jika situasi membutuhkan hal itu.

Sinyal Chirac sebenarnya juga ditujukan ke Brüssel, dimana para menteri luar negeri Uni Eropa hari ini melakukan pertemuan dengan sekretaris jendral PBB Kofi Annan. Memang beberapa hari belakangan Perancis menghadapi tuntutan internasional agar segera meningkatkan kontingen pasukannya, jika memang ingin memegang komando. Karena Perancis terlihat ragu, Italia akhirnya menyatakan siap mengambil alih komando pasukan perdamaian di Libanon. Menteri Luar Negeri Perancis Douste Blazy menggarisbawahi, Perancis sampai saat ini masih memegang komando pasukan UNIFIL di Libanon.

Douste-Blazy: „Jendral pasukan Perancis Pellegrini, yang saat ini memimpin kontingen di Libanon, baru-baru ini sudah mendapat perpanjangan mandat sampai bulan Februari, juga untuk pasukan yang lebih besar“.

Perancis memang tidak ingin kehilangan peran di Timur Tengah. Inilah alasan mengapa Presiden Chirac lalu menggelar pidato televisi soal itu. Apalagi Italia, pemberi dana terbesar untuk Libanon, juga menyatakan bersedia memimpin pasukan perdamaian.

Parlemen Perancis baru akan merundingkan soal penambahan kontingen ke Libanon awal September. Hari ini, Chirac akan bertemu dengan kanselir Jerman Angela Merkel. Salah satu tema pembicaraan tentu soal pasukan perdamaian Libanon. Perancis memperkirakan, Jerman akan bersedia mengambil alih pengamanan laut, agar tidak ada kemungkinan pasukan Jerman terlibat sengketa dengan pasukan Israel. Jalur utama pemasokan senjata Hisbullah melalui jalur laut.

Perancis masih belum menyebut jadwal jelas pengiriman pasukan tambahan. Tapi sebenarnya tidak ada banyak waktu. Menteri Luar Negeri Israel Livni sudah menegaskan, dalam 4 minggu pasukan Libanon dan PBB harus berada di kawasan perbatasan dan Hisbullah sudah mulai dilucuti senjatanya. Jika tidak, Israel akan menyerang lagi.