1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

50 Ribu Warga Gaza Mengungsi ke Selatan

9 November 2023

Puluhan ribu warga Palestina menyelamatkan diri dari pertempuran di Gaza pada saat Israel intensifkan serangan terhadap Hamas dan kembali menolak gencatan senjata tanpa pembebasan sandera.

https://p.dw.com/p/4Yalo
Puluhan ribu warga Palestina meninggalkan wilayah pertempuran dan pengeboman di Gaza utara
Ribuan warga Gaza utara pergi mengungsi ke wilayah selatan palestina, Rabu (08/11)Foto: Hatem Moussa/AP Photo/picture alliance

Militer Israel melaporkan sekitar 50.000 warga sipil telah meninggalkan wilayah konflik di Gaza utara dan mengungsi ke wilayah selatan Palestina pada hari Rabu (08/11), di tengah pertempuran yang terus berlangsung antara militan Hamas dan pasukan Israel.

"Kami melihat hari ini sekitar 50.000 warga Gaza bergerak dari Gaza utara ke Gaza selatan," kata juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari. "Mereka mengungsi karena memahami bahwa Hamas telah kehilangan kendali di utara dan di selatan lebih aman," tambahnya.

"Hamas telah kehilangan kendali dan akan terus kehilangan kendali di utara," kata Hagari.

Juru bicara militer Israel tersebut lebih lanjut mengatakan, tidak akan ada gencatan senjata dengan militan Hamas, tetapi Israel telah mengizinkan adanya jeda kemanusiaan pada waktu tertentu untuk memberikan kesempatan kepada warga sipil berpindah ke selatan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres
Sekjen PBB Guterres mengatakan ada sesuatu yang salah dengan operasi militer IsraelFoto: Brendan McDermid/REUTERS

Sekjen PBB: Jumlah korban di Gaza buktikan ada yang 'salah' dengan operasi Israel

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan kepada kantor berita Reuters, jumlah kematian warga sipil di Jalur Gaza menunjukkan ada sesuatu yang "jelas salah" dengan operasi militer Israel terhadap Hamas.

"Ada pelanggaran yang dilakukan oleh Hamas jika mereka menggunakan perisai manusia," kata Guterres kepada Reuters. "Namun, ketika kita melihat jumlah warga sipil yang terbunuh dalam operasi militer tersebut, jelas ada sesuatu salah," tambahnya.

Guterres juga mencatat bahwa jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza, angkanya sangat tinggi.

"Penting untuk Israel memahami bahwa ini bertentangan dengan kepentingan Israel, melihat setiap harinya banyak gambaran mengerikan tentang kebutuhan kemanusiaan yang dramatis dari rakyat Palestina," kata Guterres. "Hal itu tidak membantu Israel terkait dengan opini publik global."

Israel telah bertekad untuk memusnahkan militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza, sejak kelompok militan itu menewaskan 1.400 warga Israel dan menyandera lebih dari 200 orang dalam serangannya pada tanggal 7 Oktober lalu.

Israel telah membalas Hamas dengan serangan udara ke Gaza, memberlakukan pengepungan dan melancarkan serangan daratnya. Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, lebih dari 10.500 warga Palestina telah terbunuh, dengan angka yang belum dapat diverifikasi secara independen.

Italia kerahkan kapal rumah sakit di lepas pantai Gaza

"Italia mengirimkan sebuah kapal rumah sakit ke perairan lepas pantai Gaza untuk membantu merawat para korban konflik Israel-Hamas", ungkap Menteri Pertahanan (Menhan) Italia Guido Crosetto.

Kapal tersebut diberangkatkatkan hari Rabu (08/11) dari Pelabuhan Civitavecchia, Italia barat, dekat Roma, dengan 170 staf medis, termasuk 30 orang yang terlatih menangani situasi darurat medis, tambah Crosetto.

Menhan Italia itu juga menambahkan, negaranya sedang berusaha untuk dapat mengirimkan sebuah rumah sakit lapangan ke Gaza.

Kapal rumah sakit ini nantinya akan singgah di Siprus sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke wilayah paling dekat dengan Jalur Gaza. Para korban yang terluka akan dibawa ke kapal untuk mendapatkan perawatan medis dan kemudian dikembalikan ke Gaza.

"Kami adalah yang pertama melakukan operasi kemanusiaan seperti ini di wilayah itu dan kami berharap negara-negara lain dapat mengikuti (langkah) kami," kata Crosetto.

Sementara itu, Belanda juga mengatakan akan mengirimkan kapal militernya menuju Siprus untuk membantu operasi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza. "Kapal ini juga berpotensi digunakan untuk evakuasi", kata Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren.

Kapal angkatan laut Belanda dijadwalkan berangkat pada pertengahan November dan tiba di Siprus sekitar 10 hari kemudian. Satu unit angkatan laut Belanda sudah ditempatkan di Siprus, termasuk dua pesawat angkut. Menurut Menhan Belanda, pesawat tersebut dapat digunakan untuk membawa pasokan medis ke Jalur Gaza.

RTR,AP,AFP(kp/ha/as)