1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perang Melawan Ekstrimisme di Afrika

16 Oktober 2011

Afrika tak hanya berjuang melawan kemiskinan. Konflik sektarian telah menyuburkan ekstrimisme. Berbagai upaya dilakukan untuk memerangi kelompok militan sektarian yang ada di sana.

https://p.dw.com/p/12sw9
Joseph Kony pemimpin LRA Uganda yang diburu ASFoto: picture-alliance/ dpa

Presiden Amerika Serikat Barack Obama, hari Jumat (14/10/2011) mengumumkan bakal mengirimkan sekitar seratus tentara untuk memerangi kelompok milisi Kristen radikal: Perlawanan Tentara Tuhan atau LRA di Uganda. Amerika bertekad akan menangkap pemimpin LRA Joseph Kony untuk meredakan konflik berdarah di wilayah tersebut.

Juru bicara militer Uganda Felix Kulayigye menyambut baik rencana Paman Sam. Dia menyebut bantuan ini tak hanya diperlukan Uganda, tapi juga Kongo, Sudan dan Republik Afrika Tengah yang selama ini terganggu dengan aksi-aksi Perlawanan Tentara Tuhan.

Joseph Kony adalah bekas tentara yang menjadi pemimpin Perlawanan Tentara Tuhan LRA yang ingin menjatuhkan pemerintahan Kampala. Kony meyakini dirinya sebagai Nabi yang diutus Tuhan untuk memurnikan orang-orang Uganda dan menciptakan surga di bumi. Pemberontak LRA mendaku diri berjuang untuk membentuk pemerintahan yang didasarkan pada sepuluh perintah Tuhan sebagaimana yang ada di kitab injil.

LRA banyak melakukan kekejaman antara lain menyiksa, memperkosa dan membunuh warga sipil. Milisi ini juga menculik anak-anak laki-laki untuk dipaksa menjadi milisi. Sementara gadis-gadis muda diculik dan diperdagangkan atau diberikan sebagai hadiah oleh LRA untuk para pedagang senjata dari Sudan.

Perang melawan kelompok militan juga terjadi di wilayah Afrika lainnya. Pemerintah Kenya telah mengumumkan perang melawan kelompok ekstrimis al-Shabaab. Hari Minggu (16/10/2011) tentara Kenya telah menyeberangi perbatasan masuk ke wilayah Somalia. Jurubicara pemerintah Alfred Matua mengatakan, tentara Kenya akan mencari al-Shabaab yang bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan. Dilaporkan, selain pasukan darat, juga pesawat militer dan helikopter Kenya telah menyeberangi kawasan perbatasan.

Kenya menuding al-Shabaab yang berada di belakang aksi penculikan dan pembunuhan atas turis Eropa di wilayah Kenya. Kasus terakhir, dua pekerja kemanusiaan asal Spanyol diculik kelompok bersenjata asal Dadaab, yang selama ini menjadi tempat penampungan pengungsi asal Somalia.

Menteri Keamanan Dalam Negeri Kenya, George Saitoti mengingatkan kemungkinan adanya pengungsi Somalia yang tinggal di Kenya adalah bagian atau simpatisan al-Shabaab. Kenya kini mulai merasa terancam oleh kelompok ekstrimis Islam yang selama ini beroperasi di Negara tetangganya itu.

Al-Shabaab berasal dari bahasa Arab yang artinya orang muda. Kelompok ini memberontak kepada pemerintah Somalia. Cita-cita mereka adalah mendirikan pemerintahan yang didasarkan pada hukum Islam. Kelompok ini kerap melakukan intimidasi, penculikan dan pembunuhan para pekerja internasional. Mereka juga mencegah bantuan kemanusiaan masuk ke Somalia yang kini dilanda kelaparan. Milisi al-Shabaab disebut-sebut punya kaitan dengan jaringan teroris al-Qaeda.

Andy Budiman Editor: Edith Koesoemawiria