1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Peringkat Kredit Indonesia Naik Menjadi BBB-

16 Desember 2011

Fitch Rating memulihkan status peringkat utang Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Kenaikan peringkat yang telah ditunggu selama 14 tahun ini dipercaya akan meningkatkan investasi asing.

https://p.dw.com/p/13U4r
Kantor lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings di New York
Kantor lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings di New YorkFoto: DW / Sonja Kanikova

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menggelar konferensi pers setelah lembaga pemeringkat kredit Fitch Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia kedalam jajaran negara layak investasi. Kenaikan peringkat ini memulihkan rating Indonesia setelah anjlok akibat krisis ekonomi Asia akhir tahun 1997. Dengan peringkat baru ini, Indonesia dianggap mampu melunasi utang. Presiden Yudhoyono berjanji menjaga pencapaian ini dengan melanjutkan reformasi.

"Kita sungguh bersyukur, ditengah-tengah situasi perekonomian global yang kurang menentu sekarang ini, kita justru mendapatkan kenaikan pangkat. Sesuatu yang 14 tahun kita perjuangkan untuk kita dapatkan kembali. Ini secara umum tentu momentum dan karena itu tidak boleh kita sia-siakan. Memang Fitch juga menyebut masalah politik di Indonesia yang bisa saja mengganggu proses reformasi yang sedang berjalan dan masih ada kasus korupsi. Saya rasakan itu benar. Oleh karena itu mari mengelola politik dengan baik, agar ekonomi tumbuh," tegasnya.

Sentimen pasar positif

Ekonom Standard Chartered Eric Sugandi menilai pencapaian kali ini mengejutkan, karena diberikan lebih awal dari prediksi para ekonom, yakni awal tahun depan. Sugandi menyatakan, peringkat baru akan membuat Indonesia lebih menggiurkan di mata investor asing.

Peringkat kredit Indonesia kini sejajar dengan India
Peringkat kredit Indonesia kini sejajar dengan IndiaFoto: AP

Ia mengungkap sejumlah keuntungan dengan status baru ini, “Biaya penerbitan obligasi pemerintah itu akan menjadi lebih murah. Kemudian yang kedua, surat berharga pemerintah kita menjadi lebih kredibel sehingga akan membantu likuiditasnya juga gitu. Yang ketiga dengan pemberian upgrade ini pada akhirnya akan menguntungkan obligasi koorporasi, obligasi diluar pemerintahan karena Indonesia dipandang aman sebagai tujuan investasi. Yang jadi masalah nanti, pemerintah akan mempunyai uang tetapi bagaimana menyalurkan dana ini ke sektor riil, tapi itu masalah klasik yang selalu kita hadapi ya..”

Infrastruktur belum siap

Momentum kenaikan peringkat kredit Indonesia juga mendapat sambutan gembira dari kalangan pengusaha. Namun Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi, mengingatkan pemerintah untuk segera membereskan sejumlah penghambat investasi.

"PR (pekerjaan rumah) pemerintah yang paling penting itu adalah, infrastruktur itu, cepat harus dibangun. Karena itu kelemahan kita yang pertama untuk investasi. Terutama listriknya, gasnya, pelabuhannya sudah mulai macet, jalan jalannya juga macet. Nah itu dijanjikan oleh presiden pada saat tadi pagi kita ketemu untuk menindaklanjuti ini. Jangan sampai momentum ini hilang lagi, itu yang penting menurut saya. Karena orang melihat Asia sekarang dan kita yang salah satunya dilihat sekarang. Jadi habis (selesaikan) Undang Undang Tanah (untuk pembangunan) mesti harus selesaikan Undang Undang tata ruang misalnya. Saya tentu ingin melihat bukti dulu, karena birokrasinya dan juga terlalu banyak orang orang politiknya yang semua habiskan waktu untuk main main politik aja, memang bikin kita  pusing," jelas Wanandi.

Kenaikan peringkat utang Indonesia turut mengukuhkan optimisme banyak kalangan atas prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diprediksi berada di level 6 persen tahun depan.

Zaki Amrullah

Editor: Carissa Paramita