1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perjanjian Baru untuk Redakan Konflik

17 Mei 2013

Menteri luar negeri Marty Natalegawa menyerukan agar dibentuk kesepakatan baru di Asia, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan saling percaya dan menghindari konflik.

https://p.dw.com/p/18Zn6
Marty NatalegawaFoto: AP

Dalam kunjungannya ke Washington, Amerika Serikat, menteri luar negeri Marty Natalegawa mengatakan perlunya sebuah perjanjian baru yang mencakup seluruh Asia untuk menghindari “semua lingkaran ketegangan“. Ia memperingatkan, jika ketegangan itu dibiarkan akan mengarah menjadi konflik.

Tanpa menyebut langsung nama negara yang dimaksud, Natalegawa juga mengatakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak ingin dikungkung oleh dominasi satu negara ataupun berada dalam situasi ketidakpastian akibat persaingan negara-negara adidaya.

USA UN Indonesien Außenminister Marty Natalegawa in New York
Marty NatalegawaFoto: AP

“Sebaliknya, kami mengharapkan terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan yang seharusnya diwujudkan lewat mengedepankan pandangan soal keamanan, kesejahteraan dan stabilitas bersama,“ demikian dikatakan menteri luar negeri Indonesia itu, di pertemuan dengan Pusat Strategi dan Kajian Internasional (CSIS) di Washington.

Dipaparkan oleh Natalegawa, Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama Indo-Pasifik akan mengiringi model perjanjian persahabatan dan kerjasama blok ASEAN, yang melarang penggunaan kekuatan dalam mengatasi konflik di Asia Tenggara.

Perjanjian itu pertama kali ditandatangani tahun 1976, seiring meredanya era Perang Dingin. Baik Cina, India dan Amerika Serikat sepakat dengan perjanjian dengan ASEAN tersebut.

Menlu Indonesia menekankan, Indo-Pasifik yang terbentang sepanjang Samudera Hindia dan Pasifik sebagai kawasan yang penting bagi pertumbuhan dunia dan kerap diamati dari berbagai sudut pandang.

China Japan Konflikt um die Senkaku Inseln
Konflik Cina-Japan terkait Pulau SenkakuFoto: Reuters

Natalegawa menyerukan agar kawasan itu harus waspada atas friksi-friksi yang terjadi. Negara-negara harus mengakui terjadinya ketegangan di teritorialnya.

Beberapa negara tetangga Cina, termasuk Vietnam, Filipina dan Jepang telah menuding pemerintahan di Beijing melakukan tindakan agresif menyangkut wilayah yang diklaimnya. Sementara Jepang menolak menyebut pulau yang diklaim itu sebagai kawasan yang dipersengketakan.

Contoh lainnya adalah krisis yang terjadi di Korea Utara, yang menandai "lompatan signifikan“ dalam ketegangan dan menyebabkan kekhawatiran pada negara-negara tetangga.

Flagge Fahne Nordkorea
Bendera Korea UtaraFoto: AFP/Getty Images

Di Washington, Natalegawa juga bertemu dengan menteri luar negeri Amerika Serikat John Kerry yang menyebutkan Indonesia memainkan peranan penting dalam menyeimbangkan kepentingan-kepentingan di kawasan.

ap/vlz (ap/rtr)