1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perkembangan Menarik di Turki

Cemal Karakas24 Juni 2013

Kelompok masyarakat sipil di Turki ramai-ramai menuntut kebebasan dengan berbagai aksi damai. Menurut pakar politik Cemal Karakas, ini adalah suatu perkembangan baru.

https://p.dw.com/p/18u3l
ISTANBUL, Turkey - Demonstrators stand in silence in Taksim Square, June 19, 2013. (Kyodo)
Türkei stummer ProtestFoto: picture alliance / Kyodo

Gerakan protes di Turki dimulai dengan aksi protes segelintir aktivis lingkungan di Istanbul, yang menentang penebangan pohon di Taman Gezi. Tapi aksi itu kemudian meluas mencakup kalangan kiri, ilmuwan, kelompok Islam sekuler dan kalangan Kurdi.

Yang mencolok dalam aksi ini adalah, banyaknya kaum muda yang terlibat. Sebagian besar peserta unjuk rasa masih di bawah 30 tahun. Banyak perempuan, baik yang berkerudung maupun tidak, yang juga ikut dalam berbagi aksi.

Mereka memprotes gaya otoriter Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, yang dianggap sangat membatasi kebebasan berpendapat. Sehingga banyak media di Turki yang sekarang takut dan melakukan sensor sendiri.

Mengeritik Retorika Erdogan

Cemal Karakas
Cemal KarakasFoto: HSFK

Erdogan dan jajaran pimpinan partai AKP melancarkan retorika tajam terhadap para demonstran. Mereka ingin mengatur kehidupan rakyat tidak hanya di ruang publik, melainkan juga di ruang pribadi. Mereka menyebut tarian ballet sebagai seni yang buruk, mengecam kelahiran lewat operasi Cesar sebagai "tidak Islami". Banyak warga Turki khawatir akan terjadi "Iranisasi" di negaranya.

Masih terlalu dini untuk menyebut gerakan protes ini sebagai sebuah gerakan nasional yang mencakup semua kalangan, termasuk serikat buruh dan kalangan ekonomi. Kritik terhadap AKP memang wajar, tapi tidak boleh dilupakan, AKP menang pemilu dalam sebuah pemilihan yang demokratis.

AKP memenangkan pemilu di Turki tiga kali berturut-turut. Ia menguasai mayoritas kursi di parlemen dan diuntungkan dengan sistem pemilu yang memberlakukan batas minimum 10 persen bagi partai yang berhak masuk parlemen.

Mengharapkan Perubahan Politik

Aksi protes di Turki dipicu oleh kekecewaan dan rasa frustasi kaum mudanya. Generasi muda ini berhadapan dengan kelompok konservatif yang sekarang menguasai politik Turki. Kelompok konservatif tua ini masih trauma dengan situasi Turki tahun 1990-an, yang didominasi oleh konflik bersenjata dengan kelompok Kurdi dan situasi ekonomi yang buruk.

Munculnya AKP di panggung politik Turki awalnya membawa perbaikan dan keterbukaan. Ekonomi membaik, sistem sosial direformasi dengan penerapan jaminan kesehatan yang bisa dinikmati oleh semua kelompok masyarakat. Sejak tahun 2002, pendapatan per kapita di Turki sudah naik sampai empat kali lipat.

Demokrasi Belum Berfungsi

Penyelenggaraan pemilu yang demokratis belum tentu menjamin bahwa penguasa akan bertindak demokratis juga.

Dua hal perlu dicatat tentang proses demokratisasi di Turki. Pertama, sistem demokrasi belum berfungsi. Struktur kekuasaan masih bersandar pada sistem sentralistis yang ingin mengatur segala hal. Kedua, pemahaman nasionalisme yang dirintis oleh pendiri Repubkik, Kemal Ataturk, lebih mementingkan dominasi pemerintahan dan lembaga-lembaga negara, bukan kekuatan masyarakat sipil.

Hal penting lain yang perlu dicatat adalah, untuk pertama kalinya dalam sejarah Turki, pihak militer sekarang tidak ikut campur tangan dalam sengketa antara pemerintah dan masyarakat sipil. Ini perkembangan yang baik. Tapi kekerasan polisi terhadap para demonstran harus diusut. Sistem demokrasi yang baik harus bisa menampung aksi protes masyarakat sipil sampai batas-batas tertentu.

Jika pemerintah tidak berhasil menenangkan situasi, dan aksi protes meluas menjadi gerakan nasional, perlu dipertimbangkan untuk mempercepat pemilu parlemen yang rencananya baru akan dilaksanakan tahun 2015.

*Cemal Karakas adalah peneliti politik di Yayasan Penelitian Konflik dan Perdamaian di Hessen.