1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Persiapan Pelaksanaan Resolusi PBB di Timur Tengah

13 Agustus 2006

Hanya beberapa jam sebelum gencatan senjata yang direncanakan, pasukan Israel belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk menghentikan serangan.

https://p.dw.com/p/CPCe
Dubes Inggris untuk PBB, Emyr Jones Parry (kiri), berbincang dengan, Dubes AS John Bolton (tengah) dan Dubes Israel Dan Gillerman
Dubes Inggris untuk PBB, Emyr Jones Parry (kiri), berbincang dengan, Dubes AS John Bolton (tengah) dan Dubes Israel Dan GillermanFoto: AP

Kini 30 ribu tentara diturunkan di Libanon. Tiga kali lebih banyak dari sebelumnya. Ini adalah kekuatan aksi tentara terbesar yang pernah ada. Angkatan udara juga kembali melakukan serangan pada hari Minggu (13/08) ini. Wilayah yang paling terkena adalah Tirus dan sebuah desa di bagian timur Tirus. Pasukan Israel kehilangan tentara terbanyak semenjak dimulainya pertempuran ini sebulan yang lalu. Dalam pertempuran melawan milisi Hisbullah, 24 tentara Israel tewas.

Sementara itu, pemerintahan Libanon telah memulai persiapan pelaksanaan resolusi PBB. Masih belum jelas adalah, kapan mereka akan mengirimkan pasukan pertama ke wilayah selatan negeri tersebut. Yang juga belum jelas adalah kapan pasukan helm biru yang akan memperkuat pasukan pengamat UNIFIL saat ini akan tiba. Menurut Timur Goksel, mantan juru bicara UNIFIL, aksi UNIFIL akan menjadi lebih tegas di Libanon Selatan.

Goksel: "Mandatnya adalah mandat perdamaian berdasarkan bab 6 piagam PBB. Dimana tertera penjagaan perdamaian dan kekerasan hanyalah jalan keluar terakhir. Dan juga ada lagi bab 7, dimana kita diijinkan untuk menggunakan kekerasan dalam pelaksanaan mandat. Resolusi asli adalah bab 7, namun pemerintahan Libanon dan Hisbullah menolaknya. Karena itu, mandat berubah menjadi penjagaan perdamaian, namun berdasarkan keinginan Amerika Serikat dan Israel, UNIFIL akan lebih menunjukkan gigi. Jadi dapat dibilang, bahwa ini adalah bab enam setengah.“

Namun ini juga tidak memudahkan tugas UNIFIL. Menurut Goksel, masalah akan timbul juga, jika pasukan helm biru berhadapan dengan kelompok Hisbullah yang tidak seharusnya berada disana.

Goksel: "Berdasarkan garis peraturan yang lama, akan dicoba untuk berbicara dengan mereka atau mencoba untuk menghubungi pemimpinnya. Di bawah mandat baru, kini senjata dapat digunakan. JIika mereka mencoba menyerang dengan senjata dan menghambat tugas, maka diijinkan untuk menggunakan senjata. Ini tapi terdengar jauh lebih mudah daripada sebenarnya. Karena sebuah pasukan perdamaian tidak memiliki sarana untuk berperang melawan kekuatan seperti Hisbullah. Karena itu, pasukan Libanon akan lebih banyak diturunkan. Ini lebih diterima oleh Hisbullah.“

Goksel memperingatkan: untuk mempercayai bahwa sebuah pasukan internasional dapat datang ke Libanon untuk berhadapan dengan aksi kekerasan yang ada – ini adalah hal yang tidak akan pernah terwujud.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Tsipi Livni memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai resolusi PBB. Sebelumnya seorang juru bicara pemerintahan telah mengatakan secara singkat bahwa kabinet Israel menyetujui resolusi PBB. Kini adalah tugas sang menteri luar negeri untuk menjelaskan mengapa pemerintah Israel, setelah empat minggu berperang dan banyak korban yang jatuh di kedua belah pihak, memilih penyelesaian melalui jalur diplomatik.

Livni: "Saya tidak hanya salah seorang warga Israel, saya juga warga Timur Tengah. Saya tahu bahwa tidak semua keputusan dapat dilaksanakan dan masalah pasti akan ada. Tetapi saya yakin, bahwa resolusi ini adalah keputusan yang baik bagi Israel.“

Sebelumnya Perdana Menteri Ehud Olmert dalam rapat kabinet menjelaskan, resolusi Dewan keamanan PBB termasuk syarat untuk pelucutan senjata Hisbullah. Dengan demikian, tuntutan penjelasan PBB yang sebelumnya turut dilaksanakan. Tuntutan yang juga merupakan keinginan Israel, demikian Olmert. Sementara itu Livni menyatakan, resolusi yang baru akan mengatasi masalah yang lama.

Livni: "Pasukan Libanon tidak ada di Libanon selatan. Hisbullah terus menerima suplai senjata dari Suriah dan Iran melalui Suriah. Setelah resolusi 1599 ditetapkan, dimana senjata Hisbullah akan dilucuti, kami melihat dialog intern di Libanon, yang tidak membuahkan hasil.

Kini semuanya lain, menurut Livni. Israel dan Libanon telah menyepakati waktu dimulainya gencatan senjata dengan PBB. Hari Senin pukul 7 pagi, waktu Eropa Tengah, gencatan senjata akan dimulai. Apakah kemudian kedua pihak akan segera menarik diri dari segala bentuk serangan belum dapat diramalkan. Karena pasukan Israel tetap berada di Libanon Selatan, hingga pasukan internasional dan tentara Libanon mengambil alih wilayah tersebut.