1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Persiapan Pemilihan Umum di Kongo

27 Juli 2006

Pemilihan umum di Kongo akan dimulai tanggal 30 Juli mendatang. Pemilu yang akan berlangsung di tengah-tengah situasi yang terus memanas di Kongo.

https://p.dw.com/p/CPD2
Kerusuhan di Kongo
Kerusuhan di KongoFoto: picture-alliance / dpa

Kampanye pemilihan umum di pusat kota Kinshasa. Situasi disana penuh tanda tanya. Warga Kinshasa masih harus mengerti dan mempelajari arti porses demokrasi. Pengamat pemilu dari Uni Eropa Jean-Michel Dumont tegang dan hanya dapat berharap supaya kampanye berlangsung dengan damai.

Jean-Michel Dumont : “Memilih, ini adalah yang diinginkan oleh rakyat Kongo. Ini adalah pemilu pertama setelah begitu lama. Semenjak tahun enampuluhan tidak ada lagi pemilu yang benar. Sekarang antusiasmenya mulai terasa. Kini rakyat Kongo mengerti bahwa ini akan benar-benar terjadi. Masa setelah pemilu akan menjadi fase yang paling penting dan sulit. Saya berharap, bahwa situasi tetap tenang.”

Sebelum pemilu pun, kerusuhan selalu terjadi. Seperti Selasa lalu, ribuan pendukung partai oposisi bentrok dengan kepolisian di jalanan Kinshasa. Polisi melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata untuk membubarkan massa yang memblokir jalan ke bandara udara.

MONUC, pasukan beranggotakan 17.000 orang yang dibentuk oleh PBB, juga berharap agar pemilu berjalan dengan lancar. Setengah milyar Dolar AS biaya yang ditelan oleh pemilu Kongo. Ini mungkin adalah pemilu termahal dalam sejarah. Karena itu, menurut Albrecht Conze, pemilu ini harus berhasil.

Albrecht Conze : “Jika sekarang tidak ada pemilu, maka di berbagai wilayah negara ini akan terjadi demonstrasi. Rakyat disini telah muak dengan pemerintahan transisi, muak dengan kekuasaan kelompok yang terlibat peperangan. Masa transisi ini harus berakhir, kalau tidak akan terjadi revolusi, dan kita akan mengalami perang saudara. Ini tidak diinginkan siapa pun dan tidak boleh terjadi. Kongo harus menjadi stabil, untuk itulah diadakannya pemilu. Tidak ada jalan yang lain.

Kini tekanan berada pada Komisi Pemilu Independen atau CEI yang mengorganisasi pemilu di Kongo. Bersama dengan PBB dan kelompok masyarakat sipil lainnya, CEI menyediakan 50ribu tempat pemungutan suara dan menyediakan transportasi kotak pemilihan umum di seluruh pelosok negara itu. Para pekerja secara sabar menjelaskan kepada warga bagaimana cara mendaftar, hak apa saja yang mereka miliki, dan apa yang harus diperhatikan saat berada di dalam kabin pemilu. Para pemilih akan dipusingkan dengan enam halaman ukuran A1 dan satu halaman A3. Tidaklah hal yang mengejutkan, mengingat mereka tidak hanya harus memilih Presiden dari 33 orang kandidat tetapi juga 500 anggota parlemen dari ribuan calon.

Albrecht Conze : “Ini akan membutuhkan waktu yang lama. Mungkin terlalu lama antara putaran pemilihan pertama dan kedua. Dalam putaran pertama, parlemen yang akan dipilih. Parlemen daerah akan dipilih dalam putaran kedua. Merekalah kemudian yang akan membentuk senat. Sehingga untuk mencapai terbentuknya institusi-institusi yang baru, dimana kita memiliki kedua majelis dalam parlemen, akan memakan waktu sekitar setengah tahun. Kemudian kita masih harus memiliki seorang perdana menteri dan pemerintahan.”