1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertanian di Atap Bangunan Perkotaan

Agus Setiawan16 November 2011

Urban Farming menawarkan sayuran dan buah-buahn segar dari produsennya langsung di perkotaan.

https://p.dw.com/p/13ApE
Foto: Volkmar Kreuter, Fraunhofer UMSICHT

Ditinjau dari neraca ekologis, dipertanyakan apakah transportasi bahan makanan semacam itu memang perlu? Dipandang dari bisnis modern, transportasi, logistik dan infrastrukturnya memang sebuah keharusan yang menggerakkan ekonomi dunia. Kini para pakar lingkungan mempertimbangkan kompromi, berupa pemanfaatan lahan atap bangunan di perkotaan untuk pertanian.

Istilah pertanian urban, kini ibaratnya menjadi salah satu solusi bagi pemenuhan kebutuhan pangan di perkotaan. Buah-buahan dan sayuran segar, tidak perlu menempuh jarak ribuan kilometer, untuk sampai di meja makan warga kota. Lahan produktif tersedia dalam jumlah cukup di kota-kota metropolitan. Yakni di atas atap datar banyak bangunan di perkotaan. Inilah tempat ideal untuk membangun kebun rumah kaca.

Volkmar Keuter dari Institut Fraunhofer untuk lingkungan dan keamanan teknik energi di Oberhausen mengatakan : “Jika kita memiliki industri yang beroperasi di bawahnya, misalnya pabrik roti atau industri lain yang memiliki sumber panas, itu dapat dimanfaatkan rumah kaca di musim dingin. Juga di bangunan perkantoran, di mana terdapat ruang komputer besar, untuk mendinginkan komputer biasanya diproduksi panas. Panas ini juga dapat digunakan.“

Keuter adalah pakar urban farming, sebuah tren baru untuk membuka lahan pertanian di perkotaan. Kota besar juga menawarkan potensi lainnya yang dapat digunakan dalam pertanian. Misalnya jaringan pembuangan air hujan atau air limbah. Jika diolah secara tepat, air limbah dapat dijadikan pupuk tanaman.

Urban Farming Hydroponisches System über den Dächern von Manhattan
Sistem pertanian hydroponik di atas atap bangunan di Manhattan.Foto: Volkmar Kreuter, Fraunhofer UMSICHT

“Kita memanfaatkan jaringan saluran air yang ada di bangunan, air hujan atau air limbah. Jika diolah dan disterilkan, kita dapat memasok akar dengan air yang bebas bakteri,” ujar Keuter.

Memang mula-mula petani di perkotaan itu harus menginvestasikan modal dalam teknik pengolahan air limbah. Tapi setelahnya, mereka dapat menghemat uang cukup banyak. Keuter menambahkan keuntungan lainnya : “Jika kita mendaur ulang bahan makanan yang ada dalam air limbah, yakni Phospor, Nitrogen dan Kalium, artinya kita hanya perlu menambah sedikit pemupukan.“

Sirkulasi Air dan Pupuk

Untuk membudidayakan sayuran di atap bangunan, instalasi yang paling tepat adalah yang disebut hydroponik. Tanamannya tumbuh dalam pot-pot berisi granulat artifisial, serabut atau butiran lempung yang dibakar. Akar hanya perlu dibasahi air dalam interval tertentu, lewat instalasi pengatur sirkulasi air. Airnya berasal dari sebuah tangki besar, dan setelah airnya membasahi akar, sisanya dipompa kembali ke dalam tangki. Dengan itu, para petani dapat secara kontinu memantau kadar keasaman airnya.

Kandungan bahan makanan dalam air, juga dapat terus dipantau, dan dengan itu persyaratan optimal bagi pertumbuhan masing-masing tanaman dapat dijamin. Selain itu, tidak ada pemborosan air atau pupuk, karena semua akan kembali bersirkulasi dalam sistem.

“Penggunaan pupuk pada tanaman jauh lebih terarah, dibanding pertanian klasik. Kita dapat menjamin hasil panen 10 hingga 20 kali lipatnya. Artinya, pada ruangan amat sempit, di atap bangunan yang tentu saja mahal, kita dapat menanam sangat banyak tumbuhan”, papar Keuter

Potensi Besar

Lahan di atap bangunan yang sesuai untuk urban farming, tersedia cukup banyak di Jerman. Keuter menaksir hingga 36.000 hektar atap bangunan, yang dapat memproduksi sayuran bagi kebutuhan warga perkotaan.

Pressefoto der Seite: verticalfarm.com
Pertanian vertikal di kota besar.Foto: verticalfarm.com

Pakar urban farming Keuter memaparkan hasil panennya: “Pada setiap seribu meter persegi atap, kita dapat memproduksi sekitar 40 ton sayuran per tahunnya. Bisa selada, tomat, kacang atau zuchini."

Dewasa ini di Amerika Serikat dan Cina gagasan urbang farming ini dijabarkan secara agak berbeda. Lahan pertanian tidak dibangun di atap-atap bangunan industri atau pabrik, melainkan di tempat-tempat hiburan umum dan pusat perbelanjaan besar yang dekat perkotaan. Juga menimbang terus menyusutnya lahan pertanian di seluruh dunia, kini dikembangkan gagasan pembuatan rumah kaca bertingkat. Tentu saja tanamannya harus mendapat sinar matahari secara bergilir atau cahaya buatan. Kini dengan teknologi LED dapat diberikan pencahayaan buatan yang lebih hemat energi.

Fabian Schmidt/AgusSetiawan,

Editor : Vidi Legowo-Zipperer