1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertempuran Memanas di Pinggiran Damaskus

29 Januari 2012

Puluhan orang, termasuk warga sipil, dilaporkan tewas dalam pertempuran terhebat di sekitar ibukota Damaskus dalam 10 bulan terakhir.

https://p.dw.com/p/13sb6
Desertir militer Suriah di Homs
Desertir militer Suriah di HomsFoto: dapd

Sedikitnya 3 warga sipil tewas hari Minggu (29/1) saat militer Suriah berupaya merebut kembali kekuasaan di pinggiran Damaskus yang telah jatuh ke tangan pemberontak. Sekitar 2 ribu tentara menggunakan bus dikawal 32 tank dan 50 kendaraan lapis baja dikerahkan sejak fajar. Adu tembak antara pasukan rezim dengan pemberontak di Ghouta hari Sabtu (28/1) menewaskan 17 orang, yakni 11 tentara dan 6 warga sipil.

Televisi pemerintah Suriah terakhir melaporkan serangan terhadap sebuah bus yang mengangkut para tentara di selatan Damaskus. Bus hancur akibat bom yang diledakkan dari jarak jauh di wilayah Sahnaya. Enam tentara tewas, dan enam lainnya terluka. Pemberontakan terhadap Presiden Bashar al-Assad semakin berdarah sejak para pengunjuk rasa dan desertir militer mempersenjatai diri untuk melawan rezim. Begitu juga dengan pasukan pro-rezim yang bertempur bersama militer Suriah.

Para pemantau Liga Arab saat mengunjungi Daraa
Para pemantau Liga Arab saat mengunjungi DaraaFoto: picture-alliance/dpa

Upaya diplomatis

Eskalasi pertempuran datang di tengah penangguhan misi pemantau Liga Arab yang telah berlangsung selama sebulan. Oposisi Suriah terus menekan komunitas internasional untuk bertindak melalui PBB. Dewan Nasional Suriah (SNC) juga memprotes penentangan Rusia terhadap rancangan resolusi negara-negara Arab dan Eropa yang mendukung rencana Liga Arab menuntut Assad mundur. Negara-negara Teluk dan Turki telah mendesak Assad untuk menyerahkan tanggung jawab kepada wakilnya hingga pembentukan pemerintahan baru. Proposal ini jelas langsung dimentahkan oleh rezim di Damaskus.

Sementara Moskow mengaku terkejut atas keputusan penarikan para pemantau Liga Arab dari Suriah. "Kami ingin tahu mengapa mereka memperlakukan instrumen yang berguna dengan cara seperti ini. Kami justru mendukung penambahan jumlah pemantau. Di tengah keputusan untuk memperpanjang misi pemantau hingga sebulan lagi, sejumlah negara terutama negara-negara Teluk Persia malah menarik pemantau mereka dari misi," ujar menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov.

Moskow menjalin hubungan dagang yang erat dengan Suriah sebagai sekutu di era Soviet. Bulan ini Rusia menandatangani kontrak penjualan jet tempur baru dengan Damaskus, dan juga kontrak sewa pelabuhan Suriah untuk angkatan laut Rusia. Moskow telah mengajukan rancangan resolusi PBB yang menetapkan kesalahan atas kekerasan secara imbang terhadap rezim Assad dan oposisi Suriah. Sebuah rancangan yang ditolak oleh negara-negara Barat. Bersama Cina, Rusia memveto rancangan resolusi dunia Barat bulan Oktober lalu. Rusia hanya akan mendukung proses politik yang dipimpin oleh Suriah, dan bukan hasil paksaan Liga Arab atau gaya pergantian rezim seperti yang terjadi di Libya.

afp/ap/rtr/Carissa Paramita

Editor: Marjory Linardy