1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Menlu EU-ASEAN Dibuka di Nürnberg

Hendra Pasuhuk15 Maret 2007

Motto tidak resminya adalah: "50 tahun Uni Eropa, 40 tahun ASEAN, 30 tahun kerja sama."

https://p.dw.com/p/CP86
Wirajuda dan Steinmeier usai konsultasi EU-Indonesia.
Wirajuda dan Steinmeier usai konsultasi EU-Indonesia.Foto: AP

Pertemuan puncak tingkat menteri luar negeri Uni Eropa dan ASEAN dibuka Rabu (14/03) di kota Nürnberg oleh Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier sebagai pihak tuan rumah. Tapi lain dari konsultasi-konsultasi sebelumnya, pertemuan kali ini adalah pertemuan yang cukup istimewa.

Dalam sambutan pembukaannya di Balai Kota Nürnberg, Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier menyebutkan tahun 2007 sebagai tahun istimewa bagi Uni Eropa dan bagi ASEAN. Ini memang pertemuan penuh simbolik. Dan di panggung diplomasi, simbolik punya arti cukup penting.

Uni Eropa akhir Maret 2007 ini akan melangsungkan perayaan '50 Tahun Perjanjian-Perjanjian Roma’. Perjanjian-perjanjian yang ditandatangani tahun 1957 itu merupakan landasan hukum penting kerjasama antara beberapa negara Eropa Barat yang menjadi cikal bakal Uni Eropa.

ASEAN tahun 2007 merayakan 40 tahun pembentukannya. Pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, wakil-wakil dari 5 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand, menandatangani apa yang disebut 'Deklarasi Asean’. Lalu, 30 tahun yang lalu, 1977, Uni Eropa dan ASEAN secara resmi mulai menjalin hubungan dan konsultasi formal. Jadi, motto tidak resmi dibalik pertemuan Uni Eropa ASEAN kali ini adalah: 50 tahun Uni Eropa, 40 tahun ASEAN, 30 tahun kerjasama.

Masih belum cukup simbolik angka, ada juga simbolik sejarah. Kota Nürnberg adalah tempat di mana partai NAZI Jerman dulu menggelar kongres-kongresnya. Setelah Perang Dunia II berakhir dan Jerman kalah, Nürnberg kemudian menjadi tempat digelarnya Mahkamah Perang Sekutu untuk mengadili para tokoh NAZI.

Kembali ke pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa dan ASEAN, apa yang ingin dicapai dalam pertemuan ini? Terutama kerjasama ekonomi. Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier selaku tuan rumah pertemuan ini menerangkan, Asia saat ini sedang mengalami perkembangan pesat. Uni Eropa jangan hanya memperhatikan negara-negara besar di Asia saja seperti Jepang, Cina dan India, tapi perlu juga memperhatikan ASEAN, yang jumlah penduduknya 500 juta lebih. Tema lainnya adalah politik energi dan soal stabilitas serta keamanan internasional.

Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda sebelum pembukaan resmi juga menyampaikan hal serupa ketika ditanya tentang harapan ASEAN dari pertemuan ini.

"Dalam pertemuan seperti ini tentunya akan kita bicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan upaya meningkatkan hubungan dan kerjasama antara kedua organisasi regional ini. Tetapi juga sebagaimana biasa dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya akan dipertukar pikirkan masalah-masalah yang menyangkut perkembangan global yang menjadi keprihatinan bersama.“

Konsultasi Uni Eropa- ASEAN terutama akan bertumpu pada dua pilar, yaitu dialog politik dan kerjasama ekonomi. Bidang yang masih bermasalah adalah dialog politik. Dalam hal ini, Myanmar masih tetap menjadi batu sandungan. Selama tidak telihat ada langkah-langkah demokratisasi di Myanmar, dialog politik Uni Eropa dan ASEAN akan tetap sulit.

Menlu Hassan Wirajuda mengakui, memang belum banyak perkembangan ke arah demokratisasi di Myanmar, sekalipun pemerintah Myanmar sendiri sudah menyusun agenda yang dinamakan 'roadmap to democracy’ atau petunjuk jalan menuju demokrasi.

"Rancangan itu ada di ‚roadmap to democracy’ yang diumumkan sendiri oleh pemerintah Myanmar pada bulan Juli 2003. Masalahnya, kita juga melihat prosesnya sangat lambat dan sejauh ini belum memperlihatkan hasil nyata. Itu adalah kepentingan kita dan saya mengerti, itu juga kepentingan Uni Eropa. Baik ASEAN dan juga Uni Eropa sebetulnya sama-sama, katakanlah frustasi, dengan kelangkaan kemajuan yang dicapai. Tapi saya kira, bagaimanapun masih ada cara-cara untuk berhubungan dan mendorong Myanmar."

Dalam isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan, Uni Eropa saat ini sudah mencanangkan program reduksi gas rumah kaca. Mengenai isu keamanan global, Menlu Jerman Frank Walter Steinmeier kembali menunjuk keberhasilan solusi damai konflik di Aceh sebagai sebuahn terobosan baru dalam kerjasama Uni Eropa-ASEAN.

Konferensi Menteri Luar Negeri Uni Eropa-ASEAN akan berakhir Kamis (15/03) ini. Kedua pihak diharapkan mengeluarkan deklarasi yang menegaskan lagi komitmen mereka untuk bekerjasama demi keamanan dan kesejahteraan global.