1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Olmert Mubarak

5 Januari 2007

Mesir sering berperan sebagai mediator dalam konflik antara Israel dengan Palestina maupun antara kelompok Palestina yang bertikai.

https://p.dw.com/p/CIwF
Ehud Olmert (kiri) dan Husni Mubarak (kanan)
Ehud Olmert (kiri) dan Husni Mubarak (kanan)Foto: AP

Di Sharm el Syeikh Presiden Mesir Husni Mubarak dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert berupaya mencari jalan keluar untuk menghidupkan kembali proses perdamaian di Timur Tengah. Misalnya dengan pelaksanaan pertemuan puncak Timur Tengah yang melibatkan Perdana Menteri Israel Olmert dan Presiden Palestina Mahmud Abbas, serta kepala negara Mesir dan Yordania. Demikian menurut Menteri luar negeri Mesir Ahmed Abul Gheit. Tapi tampaknya saat ini yang lebih penting adalah upaya pembinaan kembali kepercayaan sedikit demi sedikit seperti misalnya melalui pertukaran tahanan.

Menteri luar negeri Mesir meminta Palestina segera mengambil keputusan tentang hal tersebut. Sampai sekarang prajurit Israel Gilad Shalit yang diculik sekitar setengah tahun lalu, masih berada di tangan Palestina. Israel telah mengajukan tawaran demi pembebasan Shalit. Tapi untuk masalah tersebut tidak terdapat perkembangan. Demikian dikatakan Abul Gheit di Sharm el Syeikh kemarin. Sebaliknya Perdana Menteri Palestina dari kelompok Hamas, Ismail Haniya menyatakan di Jalur Gaza terdapat kemajuan yang mendasar. Sementara kemarin di Damaskus, wakil ketua politbiro Hamas Mussa Abu Marsuk mengatakan, serdadu Israel Shalit yang diculik sejak 25 Juni lalu masih hidup dan berada di dalam tahanan.

Sebenarnya dalam pertemuan puncak itu Mesir berharap dapat mengumumkan tercapainya terobosan baru dalam krisis Timur Tengah. Namun nyatanya pertumpahan darah di kawasan Palestina terus berlangsung. Kelompok Hamas dan Fatah yang bertikai, kembali terlibat bentrokan berdarah yang menyebabkan sedikitnya satu korban tewas. Sementara itu beberapa jam sebelum berlangsungnya pertemuan antara Mubarak dengan Olmert, dalam aksi militer Israel di Ramallah Tepi Barat Yordan, sedikitnya 4 warga Palestina tewas.

Dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri Olmert, Presiden Mesir Mubarak menyampaikan protes atas aksi militer Israel tersebut, serta semua bentuk aksi yang menghambat upaya perdamaian yang dilakukan Mesir. Menurut pernyataan yang disampaikan di Sharm El Syeikh, Mubarak meminta segera diakhirinya tindak kekerasan. Israel tidak akan pernah dapat mencapai keamanan dengan kekerasan militer, melainkan hanya dengan jalan damai. Sejak beberapa pekan Mesir berupaya sekuat tenaga untuk kemungkinan pelaksanaan pembicaraan antara Israel dengan Palestina. Demikian dikatakan duta besar Israel untuk Jerman, Shimon Stein kepada kantor berita Reuters di Berlin. Juga dalam masalah krisis sandera, Mesir berupaya mengatasi hambatan yang ada. Tapi dalam hal ini Mesir juga mengalami kesulitan. Demikian dikatakan Stein.