1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertikaian dalam Pemerintahan Israel

Clemens Verenkotte22 November 2006

Awal masalahnya adalah pembicaraan telefon antara Menteri Pertahanan Israel Amir Peretz dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, yang berlangsung akhir pekan lalu.

https://p.dw.com/p/CIxV
Menhan Israel Amir Peretz
Menhan Israel Amir PeretzFoto: DPA

Dalam pembicaraan, Peretz mengusulkan kepada Abbas agar kedua belah pihak yang bertikai mengadakan gencatan senjata. Ini diusulkannya tanpa berdiskusi dengan Perdana Menteri Ehud Olmert. Pada kesempatan itu Abbas berjanji untuk menuntut kelompok militan, yang menembakkan roket Kassam atas kota Sderot dan wilayah Israel lain di dekat Jalur Gaza, menghentikan aksinya. Dan segera setelah gencatan senjata dimulai, Israel akan menghentikan serangan atas anggota Hamas dan Jihad Islam. Setelah itu, pembicaraan politik akan dimulai.

Baru setelah pembicaraan dengan Abbas, Peretz yang menjadi pemimpin Partai Buruh dan mitra koalisi terpenting Olmert, melaporkan hasilnya kepada Perdana Menteri Olmert. Pertikaian kemudian terjadi antar kedua politisi, demikian dilaporkan sejumlah surat kabar Israel. Olmert menuntut Peretz untuk tidak mengurus gencatan senjata dengan Palestina. Karena itu juga harus ditentukan Olmert dan menteri luar negeri Israel. Menurut Olmert, gencatan senjata tidak dapat dirundingkan dalam pembicaraan telefon selama dua menit. Olmert menuding Peretz hanya berusaha memperbaiki posisinya dalam Partai Buruh, dan tindakan Peretz itu sudah melampaui kompetensinya.

Di depan rekan-rekan dari Partai Buruh, Peretz membela diri:

"Sebagai menteri pertahanan saya merasa bertanggungjawab, bukan saja untuk memulai pertempuran, tetapi juga untuk mencari jalan mengakhiri perang. Sebelum kita terpaksa melaksanakan operasi militer, kita harus mencari jalan keluar diplomatis, sehingga mungkin operasi militer tidak diperlukan lagi. Itulah yang saya bicarakan dengan Mahmud Abbas Senin 21 November lalu."

Peretz mendapat dukungan rekan di partainya, Ophir Pines-Paz, yang meletakkan jabatan sebagai menteri kebudayaan beberapa pekan lalu, sebagai protes terhadap sikap kaku Perdana Menteri Ehud Olmert.

"Saya mendukung arah yang diambil menteri pertahanan. Saya rasa, masalah gengsi menyangkut pembicaraan telefon dengan Mahmud Abbas ini konyol. Jika pembicaraan telefon dengan Abbas menyebabkan pertikaian dengan Perdana Menteri Olmert, itu tentu sangat mengganggu situasi." Demikian dinyatakan Ophir Pines-Paz.

Menurut analisa komentator dari sejumlah harian Israel, sudah jelas Peretz tidak bersedia lebih lama lagi mentolerir kenyataan, bahwa Perdana Menteri Ehud Olmert sama sekali tidak mengajukan rencana politis, bagaimana dialog dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas akan dimulai kembali. Peretz juga tidak lagi mentolerir sikap keras Olmert, yang tidak bersedia berunding dengan Presiden Suriah Bashar al Assad. Ini lah yang menyebabkan Peretz mengajukan sejumlah konsep. Dan itu mengakibatkan kemarahan Perdana Menteri Olmert. (ml)