1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perubahan Iklim Datangkan Spesies Baru di Laut Utara

Irene Quaile6 September 2012

Banyak jenis ikan yang hidup di Laut Utara hijrah lebih ke utara, ke perairan yang lebih dingin. Dan pendatang jauh mengubah ekosistem dan rantai makanan di wilayah ini.

https://p.dw.com/p/164SJ
Bilder von Irene Quaile-Kersken, DW August 2012
Foto: DW/I.Quaile-Kersken

“Satu-satunya batu yang ada antara Norwegia di utara dan Perancis di selatan,“ demikian Karen Wiltshire menggambarkan Helgoland, pulau kecil milik Jerman di Laut Utara. Pulau ini sejak dulu menjadi lokasi penelitian kelautan. Di tahun 1873 diambil sampel air dari sekitar pulau ini untuk menguji suhu serta kandungan garam. Sejak tahun 1960 para peneliti juga mengamati hewan dan tumbuhan yang hidup di perairan. “Satu sidik jari yang menakjubkan dari ekosistem,“ dikatakan Karen Wiltshire, direktur Institut Biologi Helgoland.

Laut Utara Semakin Hangat

Dalam 50 tahun terakhir “sidik jari“ ini telah berubah secara dramatis. Akibat perubahan iklim suhu air rata-rata naik 1,7 derajat Celcius, jauh lebih tinggi dibanding peningkatan suhu di laut lainnya di dunia, dikatakan Wiltshire. Para ahli biologi juga mengamati bahwa hewan-hewan yang biasanya mati setelah musim dingin, kini mereka masih mampu hidup. Mereka memakan tanaman air muda sebelum tanaman ini benar-benar tumbuh,

Reportage Helgoland Klimawandel in der Nordsee
Profesor Karen WiltshireFoto: DW/I.Quaile-Kersken

Arah angin dan arus laut juga berubah, Air bening yang mengandung sangat banyak garam mengalir dari Samudera Atlantik ke Laut Utara. Dalam 15 tahun terakhir, Karen Wiltshire bersama timnya mengamati banyak organisme dari perairan hangat yang masuk ke Laut Utara.

Heinz.Dieter Francke, yang sejak 25 tahun lamanya meneliti kehidupan laut di Helgoland, mengatakan, “Perubahan spesies yang sangat serius.“ Sekitar 60 spesies baru muncul di wilayah tersebut dalam kurun waktu 25 tahun: kepiting, cacing bulu, ikan dan ubur-ubur. Spesies ini sebelumnya tidak ada di wilayah ini.

Beberapa dari spesies baru dibawa secara tidak sengaja oleh manusia dari wilayah yang iklimnya hampir sama. Sebagian besar spesies baru yang ditemukan berasal dari perairan yang lebih hangat yang tiba melalui Selat Inggris di Laut Utara dan Teluk Jerman, yang memang mengalami peningkatan suhu air.

Reportage Helgoland Klimawandel in der Nordsee
Beberapa tahun lalu, air Atlantik membawa burung ganet utara ke HelgolandFoto: DW/I.Quaile-Kersken

Memakan Semuanya

Biasanya para ahli biologi merasa senang dengan bertambahnya keanekaragaman hayati, dikatakan Heinz-Dieter Francke. Namun dampak perubahan iklim tidak sama terhadap seluruh penghuni laut. Jika beberapa spesies yang bergantung pada satu sama lain, seperti predator dan mangsa, muncul pada waktu yang tidak bersamaan, maka terjadi kekurangan makanan. Kebiasaan makan, misalnya ubur-ubur pendatang, juga mengubah ekosistem, ditambahkan Karen Wiltshire. “Mereka tidak pilih-pilih. Mereka makan semuanya, tidak peduli apakah telur ikan atau ubur-ubur lain.“

Perubahan iklim berdampak pada sistem secara keseluruhan, dari organisme terkecil sampai ikan besar dan burung laut, kata Francke, ”Seolah-olah pasir ditaburkan pada roda gigi rantai makanan.“ Dan manusia yang berada di ujung atas rantai ini juga terpengaruh. Beberapa makanan laut faforit, seperti ikan cod atau udang bermigrasi ke utara, di mana air lebih dingin.

Lachende Kegelrobbe
Di sekitar Helgoland tersedia berbagai jenis makanan bagi anjing lautFoto: picture-alliance/dpa

Tim peneliti dari Institut Alfred-Wegener, yang dikepalai pakar ekologi ikan Philip Fischer, baru-baru ini membangun sebuah observatorium bawah air di kedalaman 10 meter. Observatorium ini mengirimkan data-data penting, seperi kandungan oksigen, arus dan tekanan air, atau gerakan gelombang, Satu sistem serupa yang terdapat di lepas pantai Spitsbergen juga memungkinkan para ilmuwan untuk membandingakn dengan perairan yang terletak lebih jauh di utara.

Beton Pelindung Pantai

Tim peneliti yang dipimpin oleh Philip Fischer ini juga berfokus pada dampak lainnya dari perubahan iklim terhadap ekosistem pesisir. Para pakar memperkirakan terjadinya peningkatan kekuatan badai dan kenaikan permukaaan laut. Untuk mengantisipasi hal ini dibutuhkan tindakan perlindungan tambahan seperti pembangunan dinding atau tanggul beton. Jepang, misalnya, telah memperkuat pantai-pantai terutama dengan konstruksi beton, diakatakan Fischer. Di Jerman sendiri, 70 persen pantai di Laut Utara telah mengalami perubahan. Philip Fischer ingin mengetahui, bagaimana dampak struktur buatan ini pada ikan dan ekosistem, yang nantinya berdampak pada kualitas hidup manusia.

Sebagian besar dari peningkatan populasi dunia tinggal di daerah pesisir. Oleh karena itu, dampak perubahan iklim terhadap pesisir menjadi lebih serius, dikatakan Karen Wiltshire. Menimbang ekosistem baru yang datang dengan cepat, pengamatan yang terus-menerus dan penelitian jangka panjang sperti di Helgoland menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

Reportage Helgoland Klimawandel in der Nordsee
Beton pelindung di pantai HelgolandFoto: DW/I.Quaile-Kersken

Suatu saat sistem akan mencapai titik jenuh, dikatakan Karen Wiltshire. Namun Laut Utara masih jauh sampai mencapai masa tersebut. Dan sampai titik jenuh tersebut tercapai, Karen Wiltshire yakin bahwa manusia dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. “Kita bisa pindah ke tempat lain, jika ikan yang dicari tidak muncul atau menangkap jenis ikan lain. Atau, siapa tahu, mungkin suatu saat ubur-ubur tertera pada menu?“