1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perundingan Sengketa Atom Iran Dilanjutkan

21 Oktober 2009

Rabu ini (21/10) dilanjutkan pembicaraan tingkat tinggi antara Iran dan negara-negara adidaya dunia yang sempat macet.

https://p.dw.com/p/KC32
Direktur, IAEA, Mohamed El Baradei (kiri) dan Asisten Direktur Vilmos Cserveny (kanan), tiba ke ruang perundingan antara Iran, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat membicarakan sengketa program atom Iran.
Direktur, IAEA, Mohamed El Baradei (kiri) dan Asisten Direktur Vilmos Cserveny (kanan), tiba ke ruang perundingan antara Iran, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat membicarakan sengketa program atom Iran.Foto: AP

Pembicaraan multilateral mengenai sengketa atom Iran itu berlangsung sejak awal pekan ini. Rabu ini (21/10), pembicaraan antara Iran dan tiga negara adidaya dunia, yaitu Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia dilanjutkan.

Tujuan perundingan Rabu ini adalah membujuk pemerintah di Teheran untuk mengirimkan uraniumnya ke luar negeri. Jika tercapai kesepakatan, itu akan mengurangi kemampuan Iran untuk memproduksi senjata nuklir. Iran mengatakan bahwa pengayaan uranium dilakukan untuk memproduksi bahan bakar jaringan reaktor penelitian. Dengan kesepakatan ini, Iran akan menandatangani kontrak dengan Rusia yang akan menjadi kontrak bagian dari perjanjian kerjasama dengan Perancis.

Para diplomat barat mengatakan, negara-negara adidaya dunia itu ingin Iran mengirimkan 75 persen jumlah uranium berkadar rendah (LEU) ke luar negeri sebelum akhir tahun ini. LEU tersebut akan dikembalikan ke Iran sebagai bahan bakar reaktor yang memproduksi isotop bagi pengobatan kanker.

Selasa kemarin (20/10) perundingan tersebut menemui jalan buntu ketika Iran menyatakan tidak setuju untuk membatasi kegiatan pengayaan uranium, sesuatu yang dianggap sangat penting bagi negara-negara adidaya dunia. Selain itu perwakilan Iran juga mengatakan bahwa negaranya tidak lagi menginginkan Perancis ikut dalam perundingan tersebut. Dikatakannya, terlalu banyak selisih pendapat antara Iran dan Perancis mengenai cara menyusun kesepakatan.

Menteri Luar Negeri Iran Manoucher Mottaki dan pejabat tinggi Iran menuding pemerintah di Paris melanggar kontrak pengiriman bahan-bahan nuklir di masa lalu.

Direktur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohammad el Baradei mengatakan kepada media hari Selasa kemarin (20/10) bahwa perundingan mengalami kemajuan meski lebih lambat dari yang diharapkannya.

“Kami masih berharap mampu untuk mencapai suatu kesepakatan. Ini merupakan proses yang rumit,“ demikian dinyatakan el Baradei.

„Terdapat aspek teknis, banyak masalah teknis yang harus diselesaikan. Ini tentu merupakan masalah pembentukan kepercayaan terhadap jaminan,“ demikian ditambahkan el Baradei.

Sementara itu duta besar Iran di IAEA, Ali Asghar Soltanieh, menggambarkan perundingan di Wina, Austria, tersebut sebagai 'membangun' dan mengatakan bahwa 'diskusi akan dilanjutkan hari Rabu ini dan diikuti semua negara peserta'.

Pada pertemuan sebelumnya di Jenewa awal Oktober silam, Iran dan negara adidaya dunia sepakat bahwa Iran mengirimkan sebagian uranium kadar rendahnya ke luar negeri untuk diproses menjadi bahan bakar bagi reaktor penelitian di Iran yang diawasi dunia internasional.

Perundingan di Jenewa itu merupakan pertemuan pertama mengenai sengketa atom Iran sejak 15 bulan terakhir antara Iran dengan Inggris, Cina, Perancis, Jerman, Rusia dan Amerika Serikat. Negara-negara adidaya dunia tersebut mencurigai Iran melakukan penelitian pengembangan bom atom. Iran menyangkal tudingan itu. Iran juga dituduh Badan Energi Atom Internasional IAEA tidak bekerja sama dalam menentukan apakah program atomnya itu bertujuan damai.

LS/AR/rtr/afp/ap/dpa