1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perwira Tinggi Militer Membelot ke Kubu Oposisi

21 Maret 2011

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh semakin terasingkan, setelah sejumlah pejabat pemerintah, klan-klan besar dan perwira militer membelot ke kelompok oposisi. Saleh kini sendirian menghadapi tuntutan perubahan.

https://p.dw.com/p/10daB
Aksi demonstrasi di ibukota Yaman, SanaaFoto: AP

Tindak kekerasan yang berujung pembantaian terhadap para demonstran di Yaman Jumat (18/3) pekan lalu berbuntut panjang. Sejumlah pejabat pemerintah dan perwira militer mengundurkan diri dari jabatannya sebagai protes. Klan-klan terbesar di negeri itu malah secara terang-terangan menuduh pemerintah berbuat kejahatan. Presiden Ali Abdullah Saleh kini terasing di negeri sendiri.

Ali Muhsin al-Ahmar, seorang perwira tinggi dan penasehat dekat Presiden Saleh mengumumkan dirinya bergabung dengan kelomok oposisi. Muhsin al-Ahmar adalah komandan satuan lapis baja di Yaman, "kami mendukung revolusi damai para pemuda dan tuntutannya. Kami memenuhi kewajiban kami untuk menjaga ketertiban dan keamanan ibukota," katanya dalam sebuah pesan video.

Menurut informasi dari Kementrian Pertahanan, Jendral Mohammed Ali Muhsin yang menguasai wilayah barat Yaman juga menyatakan dukungan terbuka terhadap para demonstran. Perwira tinggi ketiga yang membelot dari Presiden Saleh adalah Hamid al-Qusaiby.

Tindakan yang "Memalukan"

Para pejabat dan perwira tinggi militer tersebut bereaksi atas pertumpahan darah yang terjadi Jumat pekan lalu. Saat itu aparat keamanan yang berjaga-jaga di atap-atap gedung di sekitar lapangan Tahrir melepaskan tembakan peluru tajam ke arah sekitar 100.000 demonstran. Sedikitnya 52 orang tewas, kebanyakan melalui tembakan di kepala.

Sadiq al-Ahmar yang mengetuai konfederasi klan terbesar di Yaman, Hashid, menuntut agar Saleh mundur dari jabatannya. Ia menyebut insiden di lapangan Tahrir sebagai tindakan yang "hitam dan memalukan." Menurutnya setiap klan harus melawan siapapun, yang "membunuh saudara dan anak-anak kami, yang berdemonstrasi secara damai tanpa senjata."

Kemungkinan besar klan-klan yang lain akan mengikuti seruan Hashid agar mencabut dukungan terhadap Presiden Saleh.

"Awal dari Akhir" buat Presiden Saleh

Sejak pertumpahan darah hari Jumat lalu sudah empat orang menteri, sejumlah duta besar dan pejabat-peabat tinggi lainnya yang telah mengundurkan diri. Hari Minggu (20/3) Saleh membubarkan kabinetnya untuk menyiasati rencana pengunduran diri secara besar-besaran semua anggota kabinet yang ingin memprotes tindakan brutal pemerintah.

Hanya Menteri Pertahanan Ahmed Nasser saja yang secara terbuka mendukung Saleh dan berjanji akan melindungi "pemerintah yang demokratis" dari upaya kudeta.

Kejutan terjadi hari Minggu ketika direktur kantor berita pemerintah Saba mengundurkan diri. Dalam pernyataannya ia menulis, tidak ada yang bisa membenarkan kematian para pemuda. Satu-satunya dosa mereka adalah mencoba menjalankan haknya untuk kebebasan yang dijamin oleh konstitusi.

Seorang jurubicara oposisi menyebut pengunduran diri tersebut dan membelotnya pejabat serta perwira militer sebagai "awal dari akhir" bagi Presiden Ali Abdullah Saleh.

Nugraha/afp/ap/rtr
Editor: Purwaningsih