1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pidato Kebencian di Internet Picu Ketegangan Sektarian

4 Juli 2014

Polisi berpatroli di tengah suasana tegang kota kedua terbesar Myanmar menyusul konflik sektarian maut antara penganut Buddha dan Islam, yang dikhawatirkan akan meluas.

https://p.dw.com/p/1CVaC
Foto: Reuters

Ketenangan telah pulih di Mandalay setelah diberlakukannya jam malam sejak hari Kamis untuk memadamkan kekerasan dimana massa yang memegang senapan angin, pedang, batu dan berbagai senjata lainnya mengamuk, menimbulkan satu orang Buddha dan satu dari kelompok Muslim tewas.

Ini adalah kekerasan terbaru dari rangkaian bentrokan maut bermotif sektarian yang menyebar di negara itu selama dua tahun, memicu peringatan mengenai rapuhnya proses transisi demokrasi yang kini terancam.

Kekerasan terjasi Selasa lalu setelah munculnya tuduhan mengenai pemerkosaan atas seorang perempuan Buddha oleh dua pria Muslim dari kedai teh lokal yang kemudian menyebar di internet, memicu kerumunan ratusan orang berkumpul dan melempari kedai dengan batu dan merusak benda yang ada di tempat tersebut.

“Kekerasan terjadi karena ceramah kebencian dan kesalahan informasi yang menyebar di internet,” kata seorang pejabat kepresidenan yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Ia mengatakan situasi kini bisa dikontrol dan pemerintah sejauh ini tidak punya rencana khusus untuk mengatasi berbagai komentar kebencian yang ramai diposting di internet.

Kebencian dan dendam terus berkobar

Para sahabat dan kerabat pria Buddha yang dibunuh pada hari Rabu, seorang laki-laki 36 tahun dengan tiga anak, mengungkapkan keterkejutan dan rasa marah ketika menyiapkan pemakaman bagi orang yang mereka cintai.

“Dia seperti saudara bagi saya,” kata Htwe, yang bersama korban pada malam ketika serangan terjadi.

Ia menunjukkan luka di tangannya dan mengatakan bahwa goresan itu akibat pedang yang digunakan kelompok Muslim untuk membunuh temannya.

“Saya akan menyimpan dendam seumur hidup saya,” kata dia merujuk kepada serangan tersebut.

Pemakaman bagi pria Muslim, seorang pemilik toko sepeda terkenal, digelar hari Kamis, beberapa jam setelah ia terbunuh ketika sedang berjalan kaki hendak sholat subuh.

Kari Hasan, kepala mesjid Shaeshaung, mengatakan komunitas Muslim telah menjadi sasaran pidato kebencian dan selama ini dibiarkan oleh pihak berwenang.

“Jika sesuatu terjadi mereka tiba-tiba akan bilang itu karena Islam. Dengan pemerintahan baru, kami berharap hal-hal baik tapi yang kami dapat hanya hal-hal buruk,” kata dia.

Ab/rn (afp,ap,rtr)