1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Erdogan: Negara Arab Wajib Mendukung Palestina Merdeka

14 September 2011

Presiden Palestina Mahmud Abbas pekan depan akan secara resmi minta pengakuan sebagai Negara merdeka dari PBB. Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan meminta negara-negara Arab mendukung Palestina sebagai negara merdeka.

https://p.dw.com/p/12YxW
Turkish prime minister Recep Tayyip Erdogan, left, and Arab League Secretary General Nabeel El-Araby, right, walk out of the Arab league headquarters in Cairo, Egypt Tuesday, Sept. 13, 2011. Erdogan, intent on broadening Turkey's influence in the Middle East and the Arab world, started a visit to Egypt and will also visit Tunisia and Libya, two other countries where popular uprisings have ousted autocratic leaders. (Foto:Khalil Hamra/AP/dapd)
PM Erdogan ingin berperan lebih besar di dunia IslamFoto: dapd

Erdogan menyebut dukungan bagi Palestina merdeka bukanklah sebuah pilihan, melainkan kewajiban.  Sikap vokal Erdogan dalam konflik Israel-Palestina ini diperkirakan akan memperburuk hubungan Ankara dengan Washington

"Pengakuan Palestina sebagai sebuah Negara merdeka adalah satu-satunya solusi. Ini bukan pilihan tapi kewajiban. Mari kita semua sesegera mungkin bersama-sama mengibarkan bendera Palestina….Kita kibarkan bendera Palestina di Timur Tengah, agar ia menjadi simbol perdamaian dan keadilan," demikian cuplikan pidato Erdogan di Mesir. Pidato ini disampaikan tiga hari setelah massa merusak kantor kedutaan besar Israel di Kairo, dan menyebabkan ketegangan diplomatik antara Tel Aviv dengan Mesir.

Suara Lantang terhadap Israel

Tak hanya itu, dalam pidatonya Erdogan juga menyinggung lagi insiden berdarah terhadap bantuan kemanusiaan lewat kapal Mavi Marmara yang terjadi tahun 2010 lalu. Penyerbuan yang dilakukan tentara Israel saat itu atas Mavi Marmara menyebabkan sembilan aktivis Turki tewas. Erdogan menyebut Israel tidak bertanggungjawab dan melanggar hukum internasional dengan menyerang konvoi, yang hanya membawa bahan pangan dan mainan anak-anak. Dan Israel harus membayar tindakan mereka, kata Erdogan.

Erdogan yang berasal dari partai konservatif Islam AKP, beberapa waktu terakhir mengambil posisi vokal terhadap Israel. Sikap ini, dikhawatirkan bakal mengganggu hubungan Turki dengan Amerika. Padahal, paling tidak hingga pekan lalu, Amerika masih melihat Turki sebagai kawan dekat. Dalam soal gerakan demokrasi yang menumbangkan rejim otoriter di dunia Arab, Turki membuktikan diri menjadi partner setia negara-negara Barat.

Hubungan Turki-Amerika Serikat Terancam?

Charles Kupchan, seorang think tank anggota Dewan Hubungan Luar Negeri di International Politics, menilai hubungan Washington dan Ankara kini dalam keadaan ringkih. Dia memperkirakan, dalam bulan-bulan mendatang sebagian besar diplomasi akan dilakukan diam-diam dan di belakang pintu tertutup.

Israel, Jerman dan Amerika adalah tiga negara yang menentang rencana Palestina meminta pengakuan merdeka dari PBB. Mereka menganggap rencana itu justru akan merusak upaya perundingan damai. Namun, sikap itu mendapat kritikan dari Turki. Perdana Menteri Erdogan menilai Amerika sebagai sekutu dekat Israel telah menunjukkan prasangka usang dalam soal Palestina.

Charles Kupchan menilai, Erdogan, dengan partai konservatif AKP yang sedang berkuasa di Turki, belakangan ingin mengambil peran lebih besar di dunia Islam. Erdogan kini sedang melakukan tur di kawasan Arab. Setelah Mesir, Perdana Menteri Turki itu juga mengunjungi Tunisia dan Libya.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk