1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Malaysia : Perkuat Jembatan Perdamaian Barat dan Islam

11 Februari 2006

Jembatan perdamaian antara Barat dan Timur perlu dipererat lagi, agar tidak mudah runtuh oleh pihak manapun yang ingin mengoyaknya.

https://p.dw.com/p/CJeY
Protes yang disulut penerbitan karikatur Nabi Muhammad.
Protes yang disulut penerbitan karikatur Nabi Muhammad.Foto: AP

Apalagi setelah adanya reaksi keras akibat pemuatan karikatur Nabi Muhammad di media Denmark, Jylands Posten. Demikian pernyataan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Abdullah Ahmad Bawadi hari Jumat dalam pertemuan Persidangan Antar Bangsa di Kuala Lumpur. Konferensi Internasional ini diberi tema: 'Who Speak for Islam ? Who Speak for the West ?' Digagas oleh Institut Diplomasi dan Hubungan Luar Negeri Malaysia, bekerjasama dengan Forum Dialog Dunia Islam, Amerika dan Barat. Turut hadir dalam pertemuan itu, bekas presiden Iran Mohammed Khatami.

Dalam dialog Barat dan Islam, Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Abdulah Ahmad Badawi mengingatkan dunia Barat dan Islam harus dapat menerima satu sama lain dalam semangat keseteraan. Ia menganjurkan jembatan perdamaian dunia Islam dan Barat dibangun melalui hubungan keluarga, pendidikan dan media. Sehingga nantinya akan menjadi fondasi perdamaian yang kuat, dan mampu meruntuhkan tembok yang dibangun kelompok-kelompok yang ingin merenggangkan hubungan Islam dan Barat. Demikian Ahmad Badawi. Ia menambahkan, semua pihak harus berusaha melakukan perubahan suasana, agar permusuhan dan pertentangan Islam dan dunia Barat dapat diakhiri. Perdana Menteri Malaysia yang juga menjabat pimpinan Organisasi Konferensi Islam OKI menyerukan agar jangan meremehkan kekuatan kepercayaan atau agama. Namun, fanatisme atau histeria juga harus disikapi lebih moderat dan rasional.

Mengacu pada kemarahan umat Muslim di beberapa belahan dunia atas penerbitan karikatur Muhammad di negara-negara Eropa, Abdullah Badawi mengajak semua untuk mengakhiri pengolok-olokan atas agama apapun di dunia. Pengamat politik Malaysia Fathi Omar Idris membaca posisi moderat Badawi ini sebagai sesuatu yang wajar. Karena, untuk kebijakan luar negeri, Malaysia masih punya ketergantungan dengan dunia barat. Misalnya saja dalam hubungan bisnis ekspor.

Sementara untuk kebijakan dalam negeri, Malaysia sendiri cukup keras dalam menangani media yang memuat ulang karikatur. Media Sarawak Tribune dibredel gara-gara menyiarkan artikel bertajuk 'Cartoon Not Much Impact Here,' yang juga memuat ulang karikatur Nabi Muhammad SAW. Bukan saja di Malaysia, media yang kena masalah gara-gara memuat ulang karikatur kontroversial itu. Di Indonesia, editor tabloid Peta, kini menuai dakwaan akibat tindakan yang sama. Pakar media Ade Armando menyarankan agar media lebih hati-hati dalam memuat artikel atau gambar yang merupakan isu sensitif.

Baik pemerintah Indonesia maupun Malaysia, mempunyai satu suara terhadap pemuatan karikatur tersebut. Keduanya mengutuk karuikatur itu. Namun juga menentang penggunaan kekerasan dalam aksi memprotes karikatur tersebut. Singapura pun seirama. Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong juga menganggap karikatur tersebut provokatif dan tak membiarkannya terbit di Singapura. Sebagai masyarakat yang multiras, sebaiknya saling menghormati kepercayaan orang lain dan tidak melecehkan, baik sengaja atau tidak, apa yang orang lain anggap suci.(ayu)