1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Polisi: Ba'asyir Terkait Kamp Militer Teroris Aceh

9 Agustus 2010

Pemimpin Pondok Pesantren Ngruki, Abu Bakar Ba'asyir, Senin pagi (09/08), ditangkap satuan anti teror Densus 88 Mabes Polri di daerah Banjar Jawa Barat.

https://p.dw.com/p/OfNO
Abu Bakar Ba'asyirFoto: AP

Abu Bakar Ba'asyir, Amir Jamaah Anshoru Tauhid JAT itu dituduh terlibat dalam rencana teror kelompok teroris yang berlatih di kamp militer Aceh.

Peran Abu Bakar Ba'asyir

Kepolisian Indonesia menyatakan, penangkapan Abu Bakar Ba'asyir terkait dengan sejumlah rencana teror yang disiapkan kelompok teroris kamp militer Aceh. Juru bicara polisi Edward Aritonang mengatakan, polisi memiliki bukti kuat keterlibatan langsung Ba'asyir dengan kelompok teroris yang antara lain merencanakan serangan terhadap presiden itu.

Dulmatin
DulmatinFoto: AP

Edward Aritonang memaparkan, peran Abu Bakar Ba'asyir berperan aktif dalam menyiapkan rencana awal pelatihan militer Aceh, terutama dalam pembentukan "Qoidah Aminah" atau basis perjuangan militer dan juga berperan menunjuk Ustadz Mustaqim, menunjuk Mustofa alias Abu Thalib (DPO) sebagai pengelola latihan militer dan menunjuk Dulmatin sebagai penanggung jawab lapangan. Ditambahkannya, "Beliau juga turut merestui dan mendanai latihan militer di Aceh. Beliau mengetahui semua rangkaian pelatihan dan rencana latihan di Aceh karena beliau secara rutin mendapat laporan dari pengelola lapangan.”

Rencana Penangkapan Sudah Lama

Rencana penangkapan Ba'asyir telah berhembus lama. Sumber-sumber kepolisian memastikan, polisi sejak lama telah mengantongi bukti kuat mengenai keterlibatan Ba'asyir dalam pelatihan teror Aceh, termasuk dari kesaksian sejumlah pengikut Basyir. Namun sejumlah rencana penangkapan batal karena berbagai alasan.

Polisi mengakui, memperoleh bukti tambahan untuk menangkap Ba'asyir setelah berhasil menyergap lima tersangka teroris di sejumlah daerah di Jawa Barat akhir pekan lalu. Kelimanya diduga merupakan anggota Jamaah Anshoru Tauhid, organisasi bentukan Ba'asyir. Beberapa anggota JAT saat ini ditahan atas sejumlah rencana teror yang berhasil digagalkan polisi.

Sejumlah Rencana Serangan Baru

Menurut Edward Aritonang, dalam penggerebekan itu, polisi menemukan bahan peledak dalam jumlah besar dan dokumen berisi plot rencana serangan. Polisi meyakini kelompok ini tengah menyiapkan sejumlah serangan ke Markas Brimob, Markas Polda Jabar, sejumlah hotel internasional dan kantor-kantor kedutaan besar asing di Jakarta.

Anschlag in Bali
Pasca serangan bom Bali 2002Foto: AP

Edward Aritonang menambahkan, selain tersusun rapi dan terencana, rencana teror kelompok ini juga semakin canggih, terbukti dengan telah disiapkan-nya sebuah laboratorium bom oleh kelompok ini, “Kelompok ini membangun atau membuat laboratorium pembuatan bom di daerah Cikuda, Kecamatan Cibiru, Bandung. Dan bahkan sudah melakukan percobaan dua kali uji coba peledakan bom di pegunungan di daerah Sumedang, Jawa barat. Hasilnya sangat dahsyat, karena mereka sudah berubah menggunakan peralatan, bahan bakunya tidak lagi menggunakan C4 tapi sudah menggunakan Natrium Klorat dan mereka juga menggunakan pakar ahli teknik kimia lulusan satu perguruan tinggi tahun 2000.”

Di luar itu, polisi juga masih memburu seorang warga negara Prancis yang diduga ikut mengirim dana dan menyumbangkan sebuah mobil untuk serangan bom mobil kelompok ini di Jakarta.

Ba'asyir Tiba di Jakarta

Sementara itu, usai ditangkap di Banjar, pada Senin siang (09/08), polisi telah menerbangkan Ba'asyir ke Jakarta untuk diperiksa. Saat tiba di Mabes Polri, ditengah kawalan ketat polisi, kepada wartawan Baasyir hanya berkomentar singkat: “Ini rahmat Allah. Mengurangi dosa. Ini rekayasa Amerika”

Ini bukan kali pertama Ba'asyir dituduh terlibat terorime. Pendiri Pesantren Ngruki ini, kerap dikaitkan dengan perkara terorisme, sejak menjalani tahanan dan hukuman penjara pada tahun 2002-2005 karena terkait bom Bali dan Marriot.

Namun, vonis itu digugurkan ditingkat banding. Ba'asyir kemudian dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan pada tahun 2006. Tetapi meski hanya dinyatakan bersalah atas dakwaan pelanggaran keimigrasian, namun ulama radikal ini, selalu dikaitkan dengan aksi teror yang dilakukan para penganut dan murid-muridnya di Pesantren Ngruki.

Kali ini, tuduhan untuk Baasyir jauh lebih serius. Ia tak cuma dianggap terkait dengan aksi teror yang dilakukan penganutnya, tetapi juga dituduh terlibat langsung dengan rencana teror kelompok Aceh.

Zaki Amrullah

Edtor: Ayu Purwaningsih